MENGENAL MPOX DAN STRATEGI PENCEGAHANNYA
DINA AULIA PUTRI/191241046
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Menurut WHO, mpox (sebelumnya dikenal dengan monkeypox) adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan ruam yang menyakitkan, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, dan energi yang rendah. Mpox disebabkan oleh virus cacar monyet atau monkeypoxvirus (MPXV). Penyakit ini merupakan penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan dari manusia kepada manusia lainnya.Â
Penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak dekat dengan penderita, seperti kontak kulit ke kulit, mulut ke mulut, atau mulut ke kulit, percikan ludah, kontak seksual, bahkan dapat menular dari ibu hamil ke janin ataupun bayi yang baru lahir selama atau sesudah kelahiran. Selain itu, mpox juga dapat menular melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti melalui pakaian, jarum suntik, jarum tato, dan lain-lain. Sedangkan penularan mpox dari hewan ke manusia dapat terjadi dari hewan yang terinfeksi ke manusia melalui gigitan atau cakaran.Â
Gejala biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan sembuh sendiri. Namun, pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis dan juga kematian. Gejala yang terjadi seperti demam, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung, lemas, pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak, atau selangkangan) dan ruam atau lesi kulit (berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras lalu rontok). Ruam cenderung muncul di wajah, telapak tangan, dan telapak kaki. Ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata.
Kelompok yang cenderung memiliki potensi tinggi untuk terjangkit mpox adalah pekerja kesehatan dan perawat yang cenderung terpapar, orang yang tinggal atau berada di dekat penderita, pekerja seks, orang yang selalu berganti-ganti pasangan, dan bayi yang baru lahir dari penderita mpox.Â
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan penanganan mpox adalah dengan memberikan edukasi, mengingat WHO telah menetapkan mpox sebagai PHEIC (Public Health Emergency of International Concern), sangat perlu bagi seluruh lapisan masyarakat memahami dan tahu mengenai penyakit mpox itu sendiri. Pemantauan gejala dan pemeriksaan spesifik. Menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti menghindari kontak erat dengan orang yang terinfeksi dan jikalau memang tidak dapat dihindari, penting untuk menggunakan peralatan pelindung diri (APD) seperti masker dan sarung tangan. Melakukan isolasi, orang yang terinfeksi harus mengisolasi diri sampai seluruh ruam kulit kering, mengelupas, dan terbentuk lapisan kulit baru di bawahnya. Isolasi bisa dilakukan secara mandiri maupun di fasilitas layanan kesehatan yang ditunjuk. Vaksinasi, vaksin yang sebelumnya digunakan untuk penyakit smallpox telah dikembangkan untuk pencegahan mpox. Namun, ketersediaan global masih terbatas sehingga vaksinasi diprioritaskan untuk orang yang berisiko.Â
Strategi penanganan nasional yang dapat dilakukan adalah surveilans elektronik dan penggunaan mesin PCR. Pemerintah Indonesia telah mengaktifkan kembali electronic surveilans card untuk memantau orang-orang yang datang dari luar negeri. Jika seseorang memiliki gejala, mereka akan diambil PCR untuk memastikan infeksi. Mesin PCR telah ditempatkan di Jakarta dan Bali untuk mengantisipasi penyebaran virus.
Dengan mengikuti strategi pencegahan dan penanganan mpox yang efektif, kita dapat mengurangi risiko terkena penyakit ini dan mengendalikan penyebarannya. Terlebih lagi disertai dengan strategi penanganan nasional yang ditetapkan. Kewaspadaan dan edukasi masyarakat, serta tindakan preventif yang tepat, sangat penting dalam menghadapi tantangan kesehatan seperti penyakit mpox ini.Â