Optimisme yang dimiliki Riri dalam menghadapi tantangan besar menjadi salah satu ciri utama konsep dirinya. Keyakinan bahwa setiap masalah memiliki solusi, didukung oleh kehadiran keluarga yang selalu memberikan semangat, mencerminkan hubungan positif dengan conditions of worth yang diberikan oleh lingkungan terdekatnya. Fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan dan pelajaran dari kesulitan menunjukkan pola pikir yang adaptif dan berkembang. Â
Dalam menghadapi konflik, Riri menunjukkan kemampuan interpersonal yang baik. Ia berusaha memahami sudut pandang orang lain, mendengarkan tanpa menghakimi, dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Ketika situasi memanas, ia memilih untuk menenangkan diri sebelum melanjutkan diskusi. Pendekatan ini mencerminkan pengelolaan emosi yang matang dan kemampuan menjaga hubungan sosial secara positif. Â
Riri juga menunjukkan pemahaman bahwa kekurangan adalah bagian dari dirinya yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan. Namun, rasa takut akan kegagalan dan khawatir tidak memenuhi ekspektasi orang lain kadang menjadi tantangan emosional yang ia hadapi. Ini menunjukkan adanya tekanan dari ideal self yang ia rasakan, tetapi ia mampu mengatasi perasaan ini dengan melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Â
Reaksi Riri terhadap kritik mencerminkan pola pikir terbuka dan reflektif. Meskipun merasa sedih ketika menerima kritik, ia memilih untuk menjadikannya sebagai bahan pembelajaran. Hal ini menunjukkan kemampuan mengelola umpan balik secara konstruktif demi pengembangan dirinya. Â
Sebagai seseorang yang masih berada dalam tanggung jawab orang tua, Riri menunjukkan kemampuan menyeimbangkan keinginan pribadi dan harapan keluarga. Komunikasi terbuka menjadi alat penting untuk mencapai kompromi yang memuaskan kedua belah pihak. Pendekatan ini menunjukkan bahwa ia mampu mengelola hubungan interpersonal yang kompleks dengan baik. Â
Secara keseluruhan, Riri menunjukkan konsep diri yang sehat, ditandai dengan penerimaan diri, kemampuan mengelola emosi, dan keinginan untuk terus berkembang. Kelebihannya dalam memahami dirinya sendiri serta dukungan dari lingkungan terdekatnya menjadi landasan penting dalam membangun pribadi yang optimis dan resilient.
Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa siswa yang memiliki dukungan emosional dari keluarga dan teman cenderung memiliki konsep diri yang lebih positif. Sebaliknya, siswa yang merasa tekanan tinggi dari media sosial atau lingkungan akademik cenderung memiliki pandangan diri yang lebih kritis. Temuan ini sejalan dengan teori Harlow, yang menekankan pentingnya interaksi sosial yang sehat dalam pembentukan konsep diri. Â
Hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis dialog dan pemberian ruang aman untuk berekspresi sangat penting bagi remaja. Implementasi teori ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk merancang program pendampingan di sekolah guna mendukung pembentukan konsep diri yang sehat pada siswa.
Data Narasumber:
Nama lengkap:Rizla Divia
Umur: 17 Tahun