Mohon tunggu...
Dina Alfi afrisa
Dina Alfi afrisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Jember

Seorang mahasiswa yang menyukai analisis sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Militer Indonesia dalam Operasi Trikora 1961-1962: Merebut Kembali Irian Barat

7 Juni 2024   23:14 Diperbarui: 7 Juni 2024   23:18 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Angkatan Udara  Mandala dalam membebaskan Irian Barat yaitu dengan melakukan penerbangan  menggunakan pesawat B-25 atau B-26 untuk mengintai pasukan Belanda dari udara. Angkatan Udara juga menyiapkan kesatuan kesatuan tempur seperti kesatuan Tempur Senopati yang tugasnya mengintai, pemrotetan, dan menyerang musuh, Kesatuan Tempur Bala dewa yang tugasnya logistik dan mengangkut kebutuhan, Kesatuan Tempur Bimasakti yang tugasnya mengintai, membantu penembakan AL dan AD melawan musuh. Peranan lainnya Angkatan Laut melakukan operasi penerjunan pasukan yang disebut sebagai Infiltrasi Udara seperti Operasi Banteng Ketaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, dan lain sebagainya. Peran Angkatan Darat dalam membebaskan Irian Barat yaitu pada tahun 1961 dengan membentuk Komando Cadangan Umum Angkatan Darat (CADUAD)  yang tugasnya untuk menjalankan operasi Trikora dalam merebut Irian Barat dari tangan Belanda yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno. Di Biak Jayapura pada pertengahan Agustus 1962  perlawanan pasukan militer Indonesia melawan Belanda pecah.  Pasukan CADUAD berhasil melawan Belanda hingga akhirnya menyerah.

Dampak Oprasi Trikora Dari Segi Sosial, Politik dan Ekonomi

a. Operasi Trikora dalam dampak politiknya membawa ke beberapa hal berikut. Operasi militer ini berhasil mendesak Belanda untuk gencatan senjata mengantarkan Belanda bersedia menyetujui untuk Perjanjian New York. Perjanjian New York (New York Aggrement) pada 15 Agustus 1969 yang mana Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia sampai diadakannya Free of Choice untuk masyarakat Papua (PEPERA) pada Juli sampai Agustus 1969. Namun, PEPERA ini juga menimbulkan kontra dari sebagian masyarakat yang menginginkan kemerdekaan. Akhirnya, Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan bahwa Irian Barat tetap menjadi bagian dari Indonesia. Hasil Pepera kemudian dibawa ke New York untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke-24. Operasi Trikora memang berhasil mendaulatkan Indonesia sesuai dengan komitmen wilayah NKRI, namun juga membawa pada permasalahan politik lainnya, yaitu ketidakstabilan pemerintahan dan kemunduran yang menimbulkan kecemburuan sosial juga gerakan pemberontakan di Papua.

Selain itu, operasi Trikora menjadi sorotan internasional dan menimbulkan ketegangan antara Indonesia dan Belanda serta beberapa negara Barat. Hal ini mengisyaratkan bahwa isu pembebasan Irian Barat bukan hanya masalah internal bagi Indonesia, tetapi juga menjadi perhatian dunia internasional. Keberpihakan Amerika sebagai salah satu dari bagian PBB ke Belanda dianggap mengecewakan. Sehingga Soekarno memilih bekerja sama dengan Uni Soviet yang menyediakan jual beli persenjataan untuk persiapan operasi militer. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip bebas aktif yang dianut Indonesia. Nasution menjadi salah satu yang menolak kecondongan tersebut.[1] Walaupun begitu, keberhasilan Indonesia atas Irian Barat tidak hanya menandai kemenangan politik bagi Indonesia, tetapi juga memperkuat legitimasi pemerintahan Soekarno di mata masyarakat Indonesia. 

b. Dampak sosial dari Trikora dapat dilihat dalam beberapa aspek, operasi Trikora dapat menjadi pemicu semangat nasionalis untuk bisa mewujudkan persatuan Indonesia yang sebenarnya. Masyarakat sipil dapat ikut serta dalam operasi ini secara sukarela, baik sebagai sukarelawan maupun dengan mendaftarkan diri sebagai anggota organisasi masyarakat dan politik. Seperti halnya, keterlibatan Gerwani dalam mengajak kaum wanita muda untuk berpartisipasi dalam kampanye nasional pembebasan Irian Barat Gerwani serta dalam aksi-aksi demonstrasi yang menentang kolonialisme Belanda di Irian Barat. Selain itu, operasi itu juga membawa keresahan sosial atas pergerakan militer dalam melawan Belanda. Konfrontasi total terhadap Belanda di Irian Barat telah memicu perang yang tidak seimbang di laut Aru, mengakibatkan korban jiwa, termasuk Komodor Yos Sudarso dan Kapten Wiratno yang gugur bersamaan dengan tenggelamnya kapal MTB Macan Tutul pada 15 Januari 1962. Korban jiwa dari operasi Trikora diperkirakan mencapai 214 prajurit Indonesia gugur dan tidak diketahui berapa jumlah korban tewas dari pihak Belanda dan relawan Papua. 

c. Dampak ekonomi yang berupa kerusakan infrastruktur ataupun kerugian materiil dari korban sipil atas operasi militer Trikora ini kendatipun pengungsian mungkin telah dilakukan. Selain berkaitan dengan kerugian materiil, biaya atas persenjataan juga mulai dapat membebani anggaran negara. Terutama, periode setelah kemerdekaan Indonesia masih mengalami situasi kesulitan ekonomi yang berusaha diatasi oleh kabinet-kabinet sebelumnya. Pembebanan ini akan menjadikan pembangunan sarana prasarana ataupun usaha-usaha menyejahterakan penduduk terhambat.

Namun, keberhasilan Operasi Trikora dalam membebaskan Irian Barat dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Melimpahnya sumber daya alam, seperti sumber minyak tanah, endapan tembaga minyak bumi, nikel, uranium, dan lainnya, seta potensi pariwisata, dan potensi pembangunan infrastruktur menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi baru di Irian Barat. 

Refrensi:

Aldiana, Isjoni, Bedriati Ibrahim, "Peranan Teddy S. Supangat Sebagai Pejuang Trikora Irian Barat Tahun 1962-1963" dalam Jurnal Pendidikan dan Konseling, Vol. 4, No. 3, 2022, hlm. 1894-1898

Bupu, Theresia Ngilan & I Ketut Laba Sumarjiana. 2021. " Operasi Trikora Sebagai  Upaya Mengembalikan Irian Barat ke Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia", dalam Jurnal Santiaji Pendidikan, 11 (11).

Febrina, Grace, Bedriati Ibrahim &Ahmal. 2023.  " Peranan Djuwari Dalam Operasi Trikora di Irian Barat (1961- 1963)", dalam Jurnal Dinamika Sosial Budaya,  25 (1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun