Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! ~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Ketika Komik Bekas Lebih Menarik dan Digandrungi Ketimbang Versi Baru

27 Januari 2025   09:52 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:45 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumen Pribadi/Dina Amalia (Gambar komik lawas bersampul motif dan memiliki coretan).

Penulis: Dina Amalia

Sekitar 6 tahun lalu, ratusan buku komik bekas yang baru datang ke toko langsung diharapkan segera terjual (seluruhnya), agar rak buku tak lagi penuh dan sesak juga bisa terlihat lebih rapi.

Itulah pikiran instan saya ketika dihadapkan dengan komik-komik bekas yang saat itu entah mau pakai metode jualan seperti apa agar 'cepat' lakunya. Sebab, kehadirannya sempat tak terduga -- dari hasil tawaran hitungan menit, yang sayang kalau dibuang atau dikasih ke tangan lainnya.

Sempat pula menyepelekan keberadaan komik bekas tersebut, karena terlihat usang dan sudah banyak kurangnya secara fisik. Tetapi, 'menjadikan pengalaman' dalam perjalanan usaha -- membuat saya tetap berlaku seperti menjual buku lainnya dalam memasarkan komik-komik bekas tersebut.

Berjalannya waktu, satu per satu pengalaman pun mampir, baik yang datang dari pencinta komik ataupun dari fisik dan isi komik bekas itu sendiri.

Ketika saya coba tafsirkan dari pengalaman-pengalaman yang mampir, buku komik sepanjang perjalanannya hingga kini masih dipeluk erat sebagai bacaan hiburan, bukan hanya bagi anak-anak saja melainkan juga orang dewasa, salah satunya kalangan pekerja yang sibuk seharian di kantor. Seperti tak mampu tergantikan, unsur-unsur dalam komik yang dipenuhi dengan gambar terus memanjakan para pembacanya.

Saat menikmati alur cerita, melihat tokoh-tokoh yang muncul dan berinteraksi, sekaligus ilustrasi yang tak pernah gagal dalam merepresentasikan peristiwa dan narasi yang sedang berjalan -- seakan menghipnotis si pembaca ikut terbawa dalam cerita, hingga menjadikan komik sebagai hiburan yang keberadaannya sulit tergantikan dan selalu diburu oleh pencintanya.

Kalau mengupas fakta, tentu saja ada beberapa karya komik yang telah diangkat menjadi film, One Piece misalnya. Ada juga komik-komik baru yang lahir dalam bentuk digital, selain lebih praktis banyak pula yang gratis. Belum lagi karya-karya komik lama yang saat ini terbit dengan versi terbarunya, seperti Flame of Recca salah satunya.

Banyak versi dan lebih menyegarkan? Tentu saja. Tetapi, rupanya tak menyurutkan minat dan kecintaan penggemar komik terhadap versi cetak. Fisik komik yang mungil dan dominan bernuansa hitam-putih selalu dicari-cari. Terkadang, bukan hanya datang dari penggemar setianya saja, melainkan orang-orang yang lebih dulu menikmati filmnya -- baru setelah itu penasaran sekali dengan versi cetakan asli buku komiknya.

Tak terpaku dengan versi bekas, tentunya. Tetapi, tahun terbit, kelangkaan, harga, dan versi yang menjawab seiring berjalannya waktu -- bahwa judul-judul komik yang masih populer sampai saat ini juga berasal dari komik legendaris, alias masa lampau yang agaknya sulit terelakkan meski beberapa sudah memiliki versi baru.

Saya pribadi sempat bertanya-tanya dan berpikir, bahwa memang meski komik yang berasal dari masa lampau berkondisi bekas -- tetapi soal kualitas masih terjaga dan yang pasti layak sekali untuk dibaca. Pun dengan alasan lainnya seperti kelangkaan sampai harga.

Lagi-lagi, sederet pertanyaan masih terus bergumul, kenapa komik dengan versi bekas jauh lebih menarik dan diburu ketimbang versi baru? Walaupun soal minat disini, setiap orang berbeda yang didasari dengan kondisi dan keinginan.

Yang Tua-Tua Justru Lebih Menarik dan Dicari-Car

Pertanyaan tersebut tanpa dipaksa mulai terjawab dari lalu lalang pembeli, yang terkadang tanpa ditanya sudah asyik bercerita lebih dulu.

Dari jejak cerita yang disampaikan baik melalui pesan ataupun ulasan, saya mencoba untuk tafsirkan menjadi beberapa poin, berikut diantaranya:

1. Versi tua lebih hangat saat menyuguhkan cerita, meski fisik sudah terlihat renta

Bukan masalah fisik, melainkan isi dan kesan saat membaca komik bekas atau komik tua membuat para pembacanya jadi bernostalgia. Meski beberapa komik sudah diangkat menjadi sebuah film, tetapi rupanya 'menikmati' dan 'membaca' versi asli tetap tidak teralihkan, yang pada akhirnya tetap membuat versi cetak dari si komik tersebut dicari-cari.

Beberapa pencinta sekaligus kolektor komik saat ingin membeli beberapa judul komik yang mereka cari -- tidak pernah mempedulikan masalah fisik buku komiknya yang bahkan sudah jelas terlihat banyak kekurangan, seperti ada cap, nama dan tanda tangan, coretan gambar di belakang cover, kertas yang kekuningan, hingga kadang kala bergelombang.

Bagi mereka fisik komik tua wajar saja bila sudah renta, selain bekas dipakai orang terdahulu juga perihal waktu yang lama-kelamaan akan membuat si komik menua -- yang terpenting bagi mereka adalah isinya, di mana versi tua atau bahkan benar-benar cetakan pertama akan terasa lebih hangat saat dinikmati.

2. Ada versi baru, tapi sayang nggak bisa kenang masa lalu

Kak Fatimah, salah satu pencinta komik yang sebelum membeli sempat berdiskusi perihal versi, ia mengungkap bahwa komik kesukaannya memiliki versi baru, namun sayangnya justru lebih monoton terlebih pada bagian covernya -- yang ketika baru dilihat saja tidak bisa mengembalikan memori masa lalu apalagi saat menikmati isi komiknya, dan ia lebih menyukai versi tua/lawasnya yang bisa membuat bernostalgia sehingga masih terus memburunya. Saat beberapa volume yang dicari masih ada, ia pun langsung memborongnya meski mengakui masih kurang lengkap dan memilih nitip jikalau stok tersedia lagi.

Masa lalu, memang dominan menjadi masa yang pasti dilupakan. Tetapi, tidak dengan bacaan komik, terlebih menyoal kualitas -- di mana versi lampaunya terus dicari-cari, entah untuk sekedar dinikmati, dikenang cerita dan fisiknya, hingga dikoleksi. Bahkan, ketika yang lampau berhasil didapatkan kembali, bukanlah menjadi sial melainkan semakin disayang-sayang.

3. Bacaan yang mengembalikan kenangan masa kecil

"Thank youuu mengembalikan masa kecilkuu. Plis dicariin seri-seri lainnya," ungkap salah seorang pembeli melalui ulasan toko.

Salah satu pembeli itu menuturkan bahwa komik menjadi bacaan yang bisa mengembalikan kenangan masa kecil. Namun, poin ini juga dikaitkan dengan poin 1 dan 2, di mana lembar bernuansa hitam-putih dan hanya berwarna pada sisi covernya saja seakan menjadi ciri khas dari komik tua yang mempunyai kenangan tersendiri.

Sumber Foto: Dokumen Pribadi/Dina Amalia (Gambar komik lawas bersampul motif dan memiliki coretan).
Sumber Foto: Dokumen Pribadi/Dina Amalia (Gambar komik lawas bersampul motif dan memiliki coretan).

Belum lagi, saat pembeli komik tua/bekas menemukan jejak dari pemilik sebelumnya seperti disampul plastik bermotif, cap, catatan berisi alamat -- tahun pembelian komik -- nama -- tanda tangan -- hingga cuitan singkat yang membuatnya ikut bernostalgia ke masa yang telah lalu.

4. Dimanfaatkan sebagai tumpukan cantik yang menarik untuk ruangan dan bernostalgia

Tak sedikit pembeli yang mencari komik bekas secara cabutan untuk melengkapi volume/seri yang kurang dan hilang.

Tetapi, sempat dibuat terpana oleh beberapa kolektor saat dikirimi foto komik dan ruang koleksinya, yang ternyata pengumpulan volume komik secara full bukan semata-mata untuk melengkapi bagian yang hilang saja, melainkan ditata rapi dan benar-benar cantik sekaligus dijadikan sebagai spot terbaik untuk healing, membaca, dan bernostalgia.

Lagi-lagi, kebanyakan komik yang mereka dapat adalah versi bekas, sebab berasal dari terbitan lampau dan rata-rata sangat langka sekali. Ada juga yang memang mengincar versi pertamanya yang tentu saja sudah berkondisi bekas.

Saat komik-komik tersebut ditata, posisi yang ditonjolkan adalah bagian tepinya yang terdapat urutan nomor seri atau volume si komik, ditambah dengan nama sang komikus. Terkadang, penataan komik rapi seperti ini bukan hanya cantik secara tampilan, melainkan juga mengeluarkan aroma-aroma buku lawas yang membuat ruang koleksi menjadi terasa khas dan istimewa.

5. Harga dan sistem pembelian yang berkawan

Komik-komik bekas bisa dikatakan memiliki harga yang berkawan, alias pas dikantong. Meski tetap dihitung dari sisi kelangkaan, tetap saja komik-komik bekas dan lawas dominan dibandrol murah dari mulai Rp 5000,-an.

Komik populer sekalipun tetap bisa dijangkau harganya, seperti masih dalam kisaran Rp 9.000 -- Rp 25.000 per satu buku komik. Kecuali komik-komik tertentu yang benar-benar langka/terbatas baik dari sisi tahun, judul, ataupun komikus -- bisa mencapai ratusan hingga jutaan rupiah.

Biasanya, komik bekas lebih mudah ditawar, misalnya saja dibeli secara borongan atau sekaligus membeli beberapa seri, maka akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan penurunan harga dari sang pemilik atau penjual.

Terlebih, komik-komik bekas bisa dibeli secara cabutan atau per satu buku dengan seri acak, bukan yang harus membelinya secara full seri. Jadi, lebih memudahkan, menghemat, dan tidak perlu kerepotan masalah seri yang double. Dari sisi harga dan sistem cabutan inilah yang sering menarik perhatian para pencinta dan kolektor komik.

Itulah 5 poin atau alasan komik bekas lebih menarik dan masih digandrungi, yang sering kali diceritakan oleh para pencinta dan kolektor komik. Meski terlihat sederhana, komik cetak masih tetap hidup di antara derasnya media digital.

Semoga ulasan ini bisa bermanfaat yaa dan menambah wawasanmu dalam mengenal luasnya dunia perbukuan. Salam literasi, salam sehat-sehat selalu yaa untuk dirimu yang lagi baca artikel ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun