Penulis: Dina Amalia
Sekitar 6 tahun lalu, ratusan buku komik bekas yang baru datang ke toko langsung diharapkan segera terjual (seluruhnya), agar rak buku tak lagi penuh dan sesak juga bisa terlihat lebih rapi.
Itulah pikiran instan saya ketika dihadapkan dengan komik-komik bekas yang saat itu entah mau pakai metode jualan seperti apa agar 'cepat' lakunya. Sebab, kehadirannya sempat tak terduga -- dari hasil tawaran hitungan menit, yang sayang kalau dibuang atau dikasih ke tangan lainnya.
Sempat pula menyepelekan keberadaan komik bekas tersebut, karena terlihat usang dan sudah banyak kurangnya secara fisik. Tetapi, 'menjadikan pengalaman' dalam perjalanan usaha -- membuat saya tetap berlaku seperti menjual buku lainnya dalam memasarkan komik-komik bekas tersebut.
Berjalannya waktu, satu per satu pengalaman pun mampir, baik yang datang dari pencinta komik ataupun dari fisik dan isi komik bekas itu sendiri.
Ketika saya coba tafsirkan dari pengalaman-pengalaman yang mampir, buku komik sepanjang perjalanannya hingga kini masih dipeluk erat sebagai bacaan hiburan, bukan hanya bagi anak-anak saja melainkan juga orang dewasa, salah satunya kalangan pekerja yang sibuk seharian di kantor. Seperti tak mampu tergantikan, unsur-unsur dalam komik yang dipenuhi dengan gambar terus memanjakan para pembacanya.
Saat menikmati alur cerita, melihat tokoh-tokoh yang muncul dan berinteraksi, sekaligus ilustrasi yang tak pernah gagal dalam merepresentasikan peristiwa dan narasi yang sedang berjalan -- seakan menghipnotis si pembaca ikut terbawa dalam cerita, hingga menjadikan komik sebagai hiburan yang keberadaannya sulit tergantikan dan selalu diburu oleh pencintanya.
Kalau mengupas fakta, tentu saja ada beberapa karya komik yang telah diangkat menjadi film, One Piece misalnya. Ada juga komik-komik baru yang lahir dalam bentuk digital, selain lebih praktis banyak pula yang gratis. Belum lagi karya-karya komik lama yang saat ini terbit dengan versi terbarunya, seperti Flame of Recca salah satunya.
Banyak versi dan lebih menyegarkan? Tentu saja. Tetapi, rupanya tak menyurutkan minat dan kecintaan penggemar komik terhadap versi cetak. Fisik komik yang mungil dan dominan bernuansa hitam-putih selalu dicari-cari. Terkadang, bukan hanya datang dari penggemar setianya saja, melainkan orang-orang yang lebih dulu menikmati filmnya -- baru setelah itu penasaran sekali dengan versi cetakan asli buku komiknya.
Tak terpaku dengan versi bekas, tentunya. Tetapi, tahun terbit, kelangkaan, harga, dan versi yang menjawab seiring berjalannya waktu -- bahwa judul-judul komik yang masih populer sampai saat ini juga berasal dari komik legendaris, alias masa lampau yang agaknya sulit terelakkan meski beberapa sudah memiliki versi baru.