Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! ~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Komik Digital Banyak yang Gratis, Komik Cetak Kok Masih Laku?

16 November 2024   08:49 Diperbarui: 16 November 2024   14:19 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia digital, saat ini terbilang menjadi kiblat dari segala informasi, dan menjadi kekuatan berbagai industri terus berdiri.

Dahulu, mau tahu informasi/hiburan apapun butuh effort lebih untuk mencarinya, entah dari koran ataupun media cetak lainnya, entah dengan cara meminjam ataupun membelinya. Kini, tanpa dicari dan diminta, sudah dicekoki ragam informasi dengan berbagai bentuknya.

Ketika dunia digital mulai menyala, berbagai industri pun mulai berpindah haluan, selayaknya memperbaiki diri perlahan untuk sebuah perubahan.

Seperti dunia komik, dahulu melekat sekali dengan lembaran hitam dan putih, kini sudah menjamur versi digitalnya.

Selain, terdapat berbagai medium untuk bisa menikmati komik digital, terdapat beragam cara pula untuk bisa menikmatinya secara gratis, entah dari media sosial, aplikasi, ataupun website tertentu. Diantaranya seperti Webtoon, Komik Next G Online, Comica, Crunchyroll Manga, WeComics, Komikcast, dan lain sebagainya.

Digital Banyak yang Gratis, Komik Cetak Apa Kabar?

Jika, menengok era saat ini, memang dominan masyarakat menyukai dan terbilang sepenuhnya menggunakan ponsel untuk kebutuhan apapun. Hal ini pula yang terkadang membuat sebagian orang menjadi berspekulasi bahwa apapun yang bentuknya cetak itu sudah mati.

Padahal kenyataannya, tidak semua media terdahulu yang memiliki bentuk cetak itu mati. Begitu pun dengan komik, versi cetaknya tidak hilang dan ditinggalkan begitu saja, sebab kembali kepada kenyamanan dan pengalaman masing-masing penggemar, alias menyangkut karakteristik si penggemar.

Bagi yang menyukai dan menginginkan kepraktisan maka akan menggunakan versi digital, tetapi bagi yang ingin menikmati dan mengutamakan pengalaman pasti masih memilih versi cetak.

Melirik sedikit ke pasar global tahun 2022 pada kategori penjualan komik (cetak), yakni menembus 7,79 miliar (Dolar AS). Angka ini melambung naik jika dibandingkan dengan tahun 2021, yakni berada diangka 7,14 yang artinya kondisi pasar komik cetak masih baik dan penjualannya masih meningkat setiap tahunnya.

'Praktis' dan 'hemat', menjadi alasan yang cukup mendominasi dari penggunaan komik digital saat ini, entah beralih menggunakan sepenuhnya ataupun hanya diwaktu dan kondisi tertentu saja.

Akan tetapi, alasan tersebut agaknya tidak berlaku bagi para penggemar komik cetak fanatik yang sudah terbiasa dengan fisik komik, apalagi jika sudah memiliki koleksi komik yang beragam.

Menjadi hal yang rugi jika harus membuang dan mengubur koleksinya begitu saja hanya demi versi digital, apalagi kalau mengingat proses pengumpulannya dengan waktu pencarian yang panjang dan tidak mudah didapat.

Jadi, antara komik cetak dengan komik digital terus berjalan berdampingan, sama-sama memiliki peran yang seimbang pada perindustrian komik saat ini.

Komik Cetak, Kok, Masih Laku?

Layaknya artis, di dunia perbukuan khususnya toko buku memiliki primadonanya masing-masing diantara puluhan kategori dan genre buku yang dipasarkan. Beberapa toko buku pasti diungguli oleh 1 kategori dan genre yang menjadi favoritnya pengunjung, baik offline ataupun online.

Hal ini saya analisis ketika membuka beberapa cabang toko buku online dan kerap bertegur sapa dengan toko buku lainnya, perbandingan yang saya analisis terdiri dari 4 toko internal, di mana hasil penjualan 2 toko buku di dominasi oleh komik cetak, sedangkan 2 toko buku lainnya di dominasi oleh buku-buku manajemen dan buku-buku agama.

Dominasi penjualan buku sendiri didasari oleh jumlah buku yang dipasarkan, lebih banyak kategori dan genre buku apa?

Hasil analisis di atas adalah sebanding, sebab 2 toko buku yang di dominasi komik cetak memang memiliki koleksi beragam komik dengan jumlah yang cukup banyak, sedangkan 2 toko buku yang di dominasi buku manajemen dan agama hanya memiliki komik cetak dengan jumlah sedikit dan sudah cabutan.

Sumber Foto: Pinterest/sa (Ilustrasi Buku Komik Cetak yang Terpajang Rapi)
Sumber Foto: Pinterest/sa (Ilustrasi Buku Komik Cetak yang Terpajang Rapi)

Siapa yang masih berminat dengan komik cetak di era digital?

Berbagai kalangan dari mulai anak-anak, remaja, sampai dewasa masih banyak yang berminat dan terus memburu komik cetak sampai saat ini.

Ibarat memancing ikan, para penggemar komik cetak juga mempunyai target buruan dari mulai edisi, judul, sampai karya komikus tertentu. Kalau belum dapet, ya belum pulang. Biasanya para penggemar itu tetap nungguin sampai komik yang diburunya dapat, dengan cara nitip ke pemilik toko, jadi kalau sudah ready si pemilik toko tinggal menghubungi via pesan atau telepon saja nanti tinggal dibayar.

Alasan masih meminati komik cetak pun beragam; ada yang mau mengisi koleksi komiknya karena volume masih bolong atau cabutan, ada yang baru mau memulai koleksi, ada yang sudah lama menanti-nanti edisi tertentu, ada yang amat menyukai karya komikus tertentu, ada yang memang hanya berminat dengan versi cetak, hingga ada juga yang berminat karena real datang sebagai penggemar lama dan hanya memburu koleksi komik cetak lawas.

Sekitar 4 pekan lalu, saya juga mendapati customer yang ngebetnya bukan main dengan 1 judul komik. Saking ngebetnya, belum dijelasin sudah menghantui dari malam hari pukul 10 sampai pagi, seperti minta borong semua volume, cek foto, buru-buru minta dipacking (padahal belum dibeli), yang intinya kelimpungan sendiri karena ingin mendapatkan komik yang diincarnya. Di lain sisi operasional toko sudah tutup dan minim balasan karena waktu istirahat.

Ketika diajak diskusi setelahnya, ternyata beliau adalah penggemar baru pada 1 judul komik dari koleksi yang saya miliki, beliau mengincar karena berawal dari kepo dengan alur ceritanya, hingga benar-benar ingin membaca dari awal volume sampai ingin mengoleksi. Sayangnya, dari komik incaran beliau hanya tersisa 4 stok dan sudah cabutan, alhasil sedikit kecewa.

Apasih yang membuat komik cetak masih laku dan terus diminati?

1. Menyoal kebiasaan

Mewarta dari Riaupos, Taufan Batavia yang merupakan pemerhati komik mengungkap, bahwa tingginya minat terhadap komik cetak karena soal kebiasaan. Di mana pencinta komik cetak memang rata-rata sudah lebih dulu mengenal seluk beluk komik dari zaman teknologi belum menyala. Jadi, sudah sangat terbiasa untuk membaca komik dalam bentuk cetak, dan akan merasakan perbedaan sensasi yang mendalam jika harus membaca komik lewat ponsel atau komputer/laptop.

2. Punya nilai lebih

Komik cetak menjadi salah satu barang yang bisa dikoleksi dan akan menguntungkan di masa yang akan datang. Mengingat produksi yang tidak dilakukan secara terus-menerus, membuat komik ikut menjadi barang langka dikemudian hari. Bukan semata soal harga, komik cetak bernilai dari berbagai sisi, seperti kenangan masa, ilustrasi, para karakter di dalamnya, nuansa kertas, hingga alur cerita yang mampu mengisi sepanjang hari.

3. Hiburan dan media bacaan yang menjauhkan diri dari ponsel

Riza Muhardeni yang merupakan seorang psikolog turut mengungkap melalui Riaupos, bahwa komik dalam bentuk cetak banjir manfaat untuk anak dibanding harus memberinya sebuah ponsel. Hal ini menjadi salah satu yang bisa diterapkan pada anak, supaya tertarik akan dunia bacaan dan membuatnya cinta membaca.

Riza juga turut menuturkan, bahwa "Membaca menjadi sesuatu yang 'membosankan'. Bahkan, indeks 'literasi' anak khususnya di Indonesia itu tergolong minim. Dengan memberi komik, anak bisa diajarkan menjadi lebih gemar untuk membaca. Dibanding ponsel yang lebih pada visual, belum lagi kalau menyaksikan hal yang negatif" tuturnya.

Hal di atas agaknya memang sudah banyak yang menerapkan, sebab disisi pasar buku kadang kaget ketika ketemu customer yang merupakan anak-anak sekolah dasar, bahkan masih suka kebingungan soal harga dan cara memesan komik. Biasanya mereka mencari komik satuan, alias bukan berseri, untuk sekedar dibaca.

4. Tidak bisa move on

Banyak pemburu komik berdatangan karena tidak bisa move on dari versi cetak, yang memiliki edisi langka, khas warna disetiap lembarnya, cover yang sangat memorable, hingga sensasi fisik dan baunya. Di mana hal tersebut tidak bisa didapatkan pada versi digital.

Meski kerap membaca versi digital, terkadang penggemar tetap menginginkan versi cetak dan tidak masalah jika harus merogoh kocek yang lebih besar demi memiliki hingga tetap mengoleksi versi cetak.

Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasanmu dalam mengenal luasnya dunia buku ya. Salam literasi, salam sehat-sehat selalu untuk kamu yang lagi membaca artikel ini.

Penulis: Dina Amalia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun