16 tahun Kompasiana mewarnai media Indonesia, banyak sekali manfaat dan hadiah tak terduga yang diberikan kepada penulisnya. Terhitung sejak 2022, agaknya baru seumur jagung berwara-wiri menulis di sini, sama seperti usia pribadi yang baru menginjak angka 24, bulan lalu.
Jauh sebelum kenal Kompasiana, sudah mulai menulis ketika lulus sekolah wajib pada 2019, yang kebetulan juga dibarengi dengan mulai usaha jual-buku bekas sambil nunggu aktivitas perkuliahan tiba.Â
Sembari jualan, agaknya banyak waktu luang, sehingga pada saat itu mulai nelusur dunia tulis-menulis, yang diawali dengan metode antik, yaitu menggunakan pena dan buku hitam, tetapi bukan diary, melainkan sudah menjurus ke satu topik, yaitu perjalanan spiritual.
Begitu masuk di tahun 2022, ada aktivitas jurnalistik yang mengharuskan gabung ke beberapa media, yang kemudian salah satunya memilih Kompasiana. Awal menulis beberapa artikel tentu hanya sebatas tuntutan tugas dan laporan, tidak lebih.
Tetapi, begitu masih terus nulis, kok, merasa ada yang beda dari Kompasiana, yakni keaktifan para penulis yang rajin berkunjung ke artikel untuk sekedar menilai dan menyisipkan apresiasi dari komentar.Â
Ingat betul yang sejak 2022 ada banyak senior yang hangat menyapa, dari mulai Pak Irwan Rinaldi, Pak Ali Musri, Bu Neni, Mba Patter (Celestine Patterson), Mas Akbar Pitopang, Oma Rose, Mas Willi, Mba Marcelina, Bu Theresia, Bu Isti, Pak Sigit, dan beberapa lainnya.Â
Keaktifan seperti ini, jujur saja pada saat itu merasa sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan beberapa media lainnya, yang pada akhirnya membuat betah.
Topik yang saya bahas dari tahun 2022 sampai 2023 masih gado-gado alias campuran, karena merasa yang penting kalau ada ide bisa tertuang. Tetapi, juga sembari mencari-cari kenyamanan, topik apa yang kira-kira lebih leluasa dan tidak merasa terbebani ketika dibahas.Â
Pada akhirnya, yang paling sering diangkat adalah buku dan puisi, sesekali menyisipkan pengetahuan umum dan nostalgia masa-masa 90-2000-an sampai 2023.
Di tahun 2024, barulah mulai fokus pada dunia humaniora, khususnya buku. Bukan tanpa sebab, melainkan ada keinginan kuat untuk bisa mengenalkan dunia buku yang selama ini ditekuni, khususnya versi bekas dan lawas secara spesifik dan meluas. Di sisi lain juga ada keresahan tentang pembajakan buku yang semakin ke hari malah semakin tuman dan gencar.