Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Geliat dan Tantangan Bisnis Buku Bekas di Era Digital: Bercuan, tapi Makin Ekstra Lawan Pembajakan

20 September 2024   16:44 Diperbarui: 23 September 2024   09:18 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hunting buku-buku bekas amat berjaya pada era 80 hingga 90-an. Namun kini, hanya tersisa segelintir penjual offline dan pelanggan yang tetap setia mencari jutaan ilmu di antara buku-buku yang menumpuk.

Geliat bisnis buku offline khususnya bekas dan lawas di era digital terbilang makin sayup. Toko buku besar dan ternama pun satu per satu mulai pamit. Tidak lain tidak bukan, karena persaingan yang makin ketat ditambah dengan era yang semakin maju, di mana kehadiran pasar online rupanya lebih memudahkan dan menguntungkan baik dari sisi penjual ataupun pembeli.

Lantas, kok masih ada yang namanya bisnis buku? Emang laku?

Terbilang sayup bukan berarti tutup. Sebagian penjual buku offline ada yang vakum dan memilih beralih ke pasar online, tetapi ada juga yang melanjutkan usahanya dari dua sisi, yakni secara offline dan online, bahkan ada juga yang baru memulai bisnis ini yakni berasal dari kolektor hingga pemasok.

Era digital memang hampir membuat semua lahan kehidupan jadi memiliki versi 'digital'nya, termasuk buku yang kini tersedia versi elektroniknya alias e-book.

Meski demikian, buku fisik belum mampu tergantikan, daya tariknya begitu melekat, dari mulai lebih berumur panjang, terjaga isinya, tidak ada gangguan iklan dan notifikasi, ramah untuk kesehatan mata, hingga bisa disimpan sepanjang masa baik untuk sekedar koleksi ataupun untuk dibaca berulang kali.

Jangan salah, buku fisik mungkin sekilas sudah terlihat sayup diperedaran, tetapi kenyataanya masih meluncur ria dipasaran.

Tahun ini menjadi tahun ke-5 saya ada di dunia bisnis buku bekas lawas dan original. Kilas balik di masa awal memulainya, belum genap berusia 19 tahun waktu itu, pikiran rasanya belum ajek dan belum paham seluk beluk dunia usaha, terlebih berhadapannya dengan barang bekas yang kalau dipikir-pikir dulu seperti barang kurang layak dan khawatir ngga laku.

Begitu dicoba, rupanya buku lawas sekalipun masih diburu oleh masyarakat, baik kolektor, pencinta buku, atau orang-orang hanya dengan kebutuhan tertentu sekalipun. Terlebih, pasar online sangat membantu dalam memberikan peluang hingga arahan.

Di era digital ini, bisnis buku amat menguntungkan, bukan hanya dari sisi pemasukan, melainkan dari sisi kemudahan, kepraktisan, hingga membuka koneksi yang lebih luas baik dengan sesama penjual ataupun pelanggan.

Bisnis Buku Bekas Laris Manies

Berikut beberapa alasan mengapa bisnis buku bekas di era digital terus hidup dan masih laku, yang coba saya tafsirkan melalui pengalaman ketika terjun ke dunia bisnis buku:

1. Buku fisik belum mampu tergantikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun