Marketplace dalam dunia perbukuan bukan hanya dimanfaatkan oleh toko buku fisik yang berimigrasi ke online saja, melainkan ikut menciptakan lapangan usaha untuk teman-teman yang notabenenya tidak memiliki toko fisik namun memiliki banyak koleksi buku untuk di jual kembali ketimbang dibuang.
Ada 2 golongan penjual buku bekas di (online) marketplace, berikut diantaranya:
1. Online Seller
Online Seller atau penjual buku khusus online, alias para penjual buku yang hanya memiliki lapak secara online saja, namun tidak memiliki toko secara fisik dan tidak bisa dikunjungi secara langsung.
Biasanya, golongan penjual ini berasal dari kolektor buku, pemilik buku banyak namun enggan dibuang, hingga orang-orang yang tersambung dengan pemasok dan memang berniat untuk membuka usaha secara online.
Penjual buku dalam golongan ini biasanya memang hanya memiliki gudang penyimpanan dan ketika ada teman-teman pembeli yang ingin berkunjung secara langsung akan dijawab "hanya bisa dibeli secara online saja".
Ketika ngobrol dengan beberapa kerabat dekat yang menjadi penjual golongan ini, sangat diakui kehebatannya dalam membaca pasar dan pola konsumsi masyarakat, sehingga begitu lihai saat menjalani usaha buku di (online) marketplace. Dari mulai membuka beberapa lapak sekaligus, memberikan penawaran harga yang berani (alias ngga takut ngasih harga murah, selagi dibeli dalam jumlah banyak), membuka semua jenis ekspedisi, hingga memberikan beragam promo.
Penjual dalam golongan ini, sangat diuntungkan dengan kehadiran (online) marketplace, selain membuka usaha baru, juga menjadikan buku-buku yang tadinya hanya diam di rak bisa bermanfaat untuk orang banyak. Terlebih, pengguaan aplikasi marketplace sangat mudah dan menjalankannya sangat praktis.
Golongan ini termasuk ikut menjadi pesaing toko buku fisik yang mungkin belum bergabung ke toko online atau baru berimigrasi.
2. Seller offline & online
Seperti yang sudah dibahas di atas, golongan penjual ini adalah yang berimigrasi dari toko fisik ke online, namun tetap mempertahankan toko fisiknya.
Kelebihan dari golongan ini, toko bisa dikunjungi secara langsung ketika customer benar-benar membutuhkan buku sangat cepat namun tetap ingin melihat kondisi bukunya.
Penghasilan yang didapatkan juga bisa lebih besar, karena datang dua arah, yakni secara langsung dan online.
Membaca Nasib Literasi IndonesiaÂ
Terlepas dari libasan era disrupsi, masih ada solusi untuk bisa beradaptasi, namun apalagi yang menjadi tantangan toko buku?
Melansir dari Indonesiabaik.id dan Perpusnas, pada tahun 2016 hingga 2022 tingkat kegemaran membaca khususnya masyarakat Indonesia terus berangsur meningkat. Pada 2016 hanya berada diangka 26,5 persen, namun hingga 2022 meningkat hingga 63,9 persen.