Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Membaca Sejarah dari Majalah Lawas

1 April 2024   10:57 Diperbarui: 2 April 2024   01:00 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majalah lawas bagi sebagian orang mungkin menjadi barang yang sudah tidak layak atau tidak penting lagi, karena hanya lembaran-lembaran kertas yang sudah usang, apalagi di masa saat ini yang bisa mencari dan membaca apapun melalui perangkat digital. Tak sedikit juga yang memilih untuk membuang tumpukan-tumpukan majalah begitu saja.

Padahal, majalah lawas itu bagaikan bendungan fakta dan informasi di masa lampau. Rekam jejak masa lampau yang bertebaran di pelosok nusantara termuat di dalam lembaran-lembaran majalah lawas. Ketika kita membacanya, seperti terlempar kembali ke masa-masa tersebut.

Perjuangan -- Pascaperang

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Lembar Potret Susuhunan Surakarta menumpangi kereta)
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Lembar Potret Susuhunan Surakarta menumpangi kereta)

Seperti majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama, yang isinya memuat beberapa sejarah dunia, diantaranya yakni tulisan yang berjudul "Lawatan Pascaperang Keliling Jawa" dari arsip Mei 1948. 

Tulisan tersebut memuat bagaimana wajah-wajah Indonesia pada awal kemerdekaan, dimulai dari wajah Batavia setelah 5 tahun lamanya Jepang menawan pulau Jawa dengan sisipan potret Susuhunan Surakarta yang sedang menumpangi kereta kencana atau kereta sultan Jawa dengan dikelilingi oleh beberapa abdi kerajaan.

Masih dari arsip yang sama tahun 1948, tulisan tersebut memuat tentang "Kulit Putih dan Pribumi", yakni perbandingan nasib keduanya yang sangat berlawanan pada masa lampau di Batavia, dimana kaum pribumi memiliki tubuh yang kurus kering, berbeda dengan kulit putih yang tubuhnya berisi karena mengonsumsi makan-makanan dengan sangat cukup. 

Kemudian, juga dibagikan potret dua bocah perempuan sedang tidur nyenyak tanpa mengenakan pakaian, tulisan tersebut memaparkan bahwa kondisi saat itu sangat kekurangan kain hingga pakaian akibat dari perang.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Potret Warga yang Pulang Belanja Naik Bus / Delman).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Potret Warga yang Pulang Belanja Naik Bus / Delman).
Tulisan tersebut juga memuat bagaimana susahnya untuk bisa bepergian di Batavia pada masa pascaperang, kendaraan umum seperti taksi sangatlah langka dan bensin pun dijatah sangat ketat sekali. Alternatif yang bisa digunakan pada masa-masa itu hanya numpang mobil lewat, berjalan kaki, atau naik delman.

Jelajah Kota

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Jelajah Kota Kembang).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Jelajah Kota Kembang).

Selain perjuangan ataupun berita harian, majalah juga terdapat sisi lainnya seperti Jelajah kota, salah satunya pada majalah "Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955" memuat tentang keindahan alam Kota Kembang, yang menjadi salah satu tempat wisata paling Indah dengan khas gunung berkabut tipis, yakni Tangkuban Perahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun