Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudah Pulihkah Pendidikan Indonesia dari Bullying?

21 Februari 2024   17:43 Diperbarui: 21 Februari 2024   17:45 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Canva /74images

Beberapa tahun lalu, ketika menjalani patroli di lingkungan sekolah, saya sempat menganalisa mengenai sikap siswa dalam bergaul, hingga mendapatkan pengetahuan baru, bahwasannya lingkungan atau pergaulan, menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan aksi perundungan atau bullying. Di dunia sekolah sendiri terkenal sekali dengan yang namanya 'geng' diantara siswa dan biasanya berkumpul di suatu tempat atau istilahnya nongkrong, entah di warung dekat sekolah hingga berlokasi di salah satu rumah siswa. Hal ini yang terkadang menjadi biang dari perlakuan negatif, misalnya siswa yang baik ikut nongkrong, yang tadinya tidak mau melakukan hal-hal negatif tapi bisa jadi melakukannya karena 'ikut-ikutan', dan seperti itu pula ketika melakukan aksi perundungan, tidak semua siswa dalam geng sebenarnya mau melakukannya, tapi karena 'ikut-ikutan' dan ada rasa takut ketika menolak, maka ia pun akan ikut melancarkan aksi tersebut.

Aksi bullying sendiri biasa terjadi secara berkelompok, salah satu penyebabnya seperti intoleransi perbedaan, misal ada salah satu siswa yang terlihat berbeda secara fisik, sering kali diperlakukan buruk seperti menjadi bahan ejekan dikelas, hingga diperlakukan dengan kasar oleh pelaku.

Efek Bullying yang Berkelanjutan

Tak hanya berpengaruh pada perkembangan kesehatan mental korban di masa sekarang, melainkan juga berefek panjang ke masa depannya atau beberapa tahun mendatang. 

Efek yang kerap kali timbul di diri korban bullying, yakni hilangnya rasa kepercayaan diri dan sikap menarik diri dari lingkungan.

Sebagai contoh, kasus perundungan atau bullying verbal yang sering ditemui di lingkungan sekolah yakni berupa ejekan, entah ejekan fisik ataupun intelektual. Kedok dari perundungan ini biasanya hanya dikatakan sebagai 'bercanda' oleh pelaku, namun tanpa disadari ejekan-ejakan yang kerap dilontarkan itu bisa membuat korban tidak memiliki rasa percaya diri lagi, dan efeknya pun panjang bahkan tidak bisa diobati karena perkataan atau ejekan yang menyakitkan itu terus terngiang dikepala, sehingga ketika ingin bersikap selayaknya orang pada umumnya maka akan timbul rasa takut dan habis untuk berpikir panjang, seperti bertanya-tanya kepada diri sendiri 'apakah saya pantas?', dan sebagainya.

Kemudian, efek yang juga sering kali timbul yakni korban menarik diri dari lingkungan. Efek ini bisa terjadi karena timbulnya rasa cemas atau takut, hingga berpikiran bahwa tidak akan diperlakukan sama oleh orang-orang di lingkungannya. Awal dari sikap menarik diri dari lingkungan ini, biasanya korban akan menunjukkan sikap diam dan lebih memilih untuk menghindar atau sendirian.

Kasus-kasus perundungan atau bullying memang kerap kali ditemukan pada dunia pendidikan, baik tingkat SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi, namun faktanya perundungan atau bullying juga terjadi di lingkungan masyarakat dan salah satunya yakni media sosial.

Untuk bisa mencegah terjadinya kasus perundungan atau bullying, tentu tidak bisa sendirian, baik warga sekolah, orang tua, hingga masyarakat harus sama-sama bergotong royong membangun lingkungan rumah dan sekolah yang aman, sehingga dapat mendorong siswa untuk menjadi wakil perubahan.

Tak lupa dengan pilar karakter yang bisa menguatkan pribadi siswa. Jika dirumah ada orang tua dan keluarga, maka disekolah ada para guru, yang bisa membantu, merawat, dan mengembangkan kebiasaan atau perilaku baik siswa sehingga bisa membentuk karakter yang positif.

Penulis: Dina Amalia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun