Sering kita lihat pada lingkungan kerja atau bahkan lingkungan sekitar (keluarga, teman), ketika seseorang berhasil meraih puncak jabatan tertinggi atau jabatan yang cemerlang, terkadang keberhasilannya itu menjadikan ia lupa daratan. Selain itu, ia membusungkan dirinya sendiri dan kehilangan seluruh sifat yang dahulu mengantarnya ke jabatan tersebut.
Dapat dikatakan bahwa itu adalah kesombongan dan perilaku tersebut merupakan skenario yang celaka. Mengapa demikian? Karena pada akhirnya kesombongannya akan menjadi penyebab ia jatuh terperosok dari puncak sukses itu.
| Baca Juga: Penting Ngga Sih Etika Dalam Chat?
Dari hal tersebut jadi timbul pertanyaan. Mengapa banyak sekali orang yang berbakat tapi nyatanya tidak sanggup menyambangi sukses? Para psikolog mengungkapkan pada kita, bahwa seseorang yang bertindak sombong seringkali menutupi perasaan rendah dirinya.Â
Padahal, orang-orang sukses yang merasa yakin terhadap dirinya sendiri, apa saja bakatnya, apa saja keterbatasannya, tetap mempunyai sikap yang rendah hati dan membuatnya mampu memandang dengan baik segala tanggung jawab ataupun tuntutan terhadap waktunya secara proporsional.
| Baca Juga: Kepalsuan Orang Kota
Tetapi, seseorang yang bertindak sombong, yang tidak dapat menguasai sukses, ia memakai berbagai kedok untuk menutupi semua kelemahannya. Kamuflase yang kompleks seperti itu jarang sekali bisa menutupi kebenaran.
Pernah dikatakan bahwa sebenarnya orang kaya adalah orang miskin yang berduit. Pemenang lotre $7000.000 merupakan orang yang serupa dengan kemarin ketika ia menang, selain bahwa ia menjadi lebih kaya lagi sebanyak $7000.000.Â
Tentu saja uang akan memperlihatkan perbedaan dalam kehidupannya. Namun, kalau sebagai akibat dari keberhasilannya itu ia menjadi sombong, menganggap dirinya paling penting, angkuh, besar hati, arogan, tentu ia akan kehilangan rasa hormat dari orang lain.
Semoga Bermanfaat.
Penulis: Dina Amalia
Referensi: Ash, Mary Kay. 1992. Mengelola Manusia. Pustaka Tangga: Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H