Mohon tunggu...
Dina Nurdiana
Dina Nurdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasisw

Konten ini berisi tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Muhammadiyah dalam Menghadapi Globalisasi

24 November 2022   11:00 Diperbarui: 24 November 2022   11:02 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muhammadiyah dengan konsistensi ideologi Al-Ashr tidak berhenti menjadi penyangga ranah pendidikan dan kesehatan bangsa Indonesia lewat ribuan institusi pendidikan dan ratusan klinik dan rumah sakit yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Mengakarnya aspek gerakan islam yang sosial, transformatif, dan pada konteks tertentu juga politis, tentu dilandasi oleh sebuah kerangka ideologi yang kuat. Dan, atas dasar kerangka ini jugalah Muhammadiyah merespon arus globalisasi dan perkembangan teknologi dan informasi dengan turut andil menjadi pemain di dalamnya. Hal tersebut sesuai dengan salah satu identitas muhammadiyah yang menjelaskan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang melakukan pembaharuan dan memurnikan kembali ajaran Islam dengan mengikuti perkembangan zaman yang ada, agar tidak muncul spekulasi bahwa hal – hal yang tidak pernah dikerjakan atau dicontohkan oleh Nabi Muhammad itu bid’ah. Tatanan nilai inilah yang dijadikan pijakan Muhammadiyah dalam merespon formasi globalisasi tidak hanya sebagai pengamat atau penonton namun juga sebagai pemain melalui partisipasi aktif individu ataupun  lembaga naungan Muhammadiyah di berbagai isu internasional seperti keterlibatan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam berbagai forum disaster management di tingkat global, kerja sama PP Muhammadiyah dan kampus-kampus Muhammadiyah dengan berbagai universitas di Eropa, US, Asia, Australia, hingga Afrika, dan juga melalui pengembangan cabang Muhammadiyah di banyak negara di berbagai belahan dunia.

Sikap keterbukaan Muhammadiyah terhadap perkembangan zaman merupakan bagian dari dinamika gerak Muhammadiyah itu sendiri, yang perlu digali lebih dalam adalah pondasi atau kerangka ideologi sebagai nilai penting yang dapat menjaga Muhammadiyah dapat bergerak sesuai khittahnya dan membuat Muhammadiyah begitu tanggap terhadap perubahan sosio-politik dan kebudayaan yang begitu cepat. Muhammadiyah dapat secara aktif menyambut globalisasi dengan upaya internasionalisasi kelembagaan. 

Internasionalisasi Muhammadiyah dapat berlangsung dengan dukungan penuh kelembagaan dari tingkat pusat hingga cabang. Muhammadiyah adalah manhaj (sistem/metode) dakwah islam untuk mengajak manusia beriman kepada Allah swt serta amar ma’ruf nahi munkar. Semangat berdakwah dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah keburukan) yang diusung oleh Muhammadiyah memang tidak membatasi dirinya dengan batasan etnis, ras, agaman, dan daerah ataupun Negara. 

Semangat inilah yang juga digaungkan Muhammadiyah dalam partisipasinya pada isu-isu global maupun dalam upayanya memperluas cabang di luar negeri. Ideologi Muhammadiyah memiliki kerangka pemikiran dalam; Muqaddimah anggaran dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, dan Pedoman hidup islami warga Muhammadiyah. 

Kelima hal di atas adalah prinsip-prinsip elementer dalam tubuh Muhammadiyah sebagai organisasi massa Islam yang di atas kelima prinsip tersebut ideology Muhammadiyah bertumpu. Seluruh prinsip tersebut (mulai dari anggaran dasar hingga ke khittah Muhammadiyah) mengakomodasi ide internasionalisasi gerakan Muhammadiyah terutama internasionalisasi dalam artian perluasan cabang (PCIM) ke berbagai Negara di luar Indonesia. Kerangka berpikir Muhammadiyah yang tidak sebatas pada aspek-aspek dakwah spiritual dan tauhid melainkan juga pada aspek pengembangan teknologi, sains, ekonomi, dan sosialpolitik menjadi landasan penting bagi proyek transnasionalisasi lembaga Muhammadiyah yang tujuan akhirnya adalah terwujudnya Islamic society atau masyakarat islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah merupakan tali pengikat gerakan yang diwujudkan dalam sistem organisasi, jama’ah, kepemimpinan, dan gerakan amal usaha untuk menjadikan islam sebagai rahmatan lil alamin di muka bumi ini.

Muhammadiyah menggambarkan motivasi yang menyambut era globalisasi melalui kebijakan pengembangan kelembagaan. Muhammadiyah yang memegang teguh prinsip islam sebagai rahmatan lil alamin dan dengan semangat mendorong terciptanya islamic society dimana prisnip dan semangat ini memiliki karakter transnasional dimana anggotanya banyak yang merantau ke berbagai belahan dunia dengan motivasi kerja dan menempuh pendidikan tentu akan menjaga prinsip dan semangat Muhammadiyah.

Semangat Muhammadiyah salah satunya untuk menghadapi tantangan globalisasi, organisasi Muhammadiyah akan memperkuat generasi muda dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Menurut Thohir, saat ini umat menghadapi tantangan pergeseran nilai-nilai akibat dari pasar bebas yang membebaskan nilai-nilai apapun masuk ke dalam kehidupan. 

Era keterbukaan dalam segala hal, pada sektor ekonomi, politik dan nilai-nilai memunculkan era kompetisi yang tak terelakkan. Untuk itu tantangan dunia pendidikan Muhammadiyah harus mampu menghadapi kompetisi tersebut dengan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. Muhammadiyah harus meningkatkan kepercayaan dirinya menghadapi kompetisi itu dengan memperkuat Iptek. Oleh karena itu pendidikan Muhammadiyah harus mengarah pada pendidikan Islam yang berwawasan teknologi yang siap menghadapi semua perubahan. 

Perubahan dunia saat ini dipegang oleh segelintir orang saja, mereka menguasai hampir semua segi kehidupan, sehingga kesenjangan  antara negara-negara maju dengan negara miskin begitu jauh. Kekuatan yang paling menonjol dari negara-negara maju itu adalah sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka sesuai hadits, didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Karena ini zaman teknologi maka mari kita memberi wawasan kepada murid-murid kita tentang teknologi. Ketua Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PWM Jatim, Dr Biyanto, menyatakan untuk merealisasikan pembentukan generasi yang melek IPTEK, Muhammadiyah setiap tahun menggelar National Olympiad and International Conference (Olycon). Pada pelaksanaan tahun ini, Olycon diikuti tak kurang dari 2.600 siswa dan 1.020 guru. Mereka mengikuti olimpiade bidang Sains, Matematika, dan Al Islam dan Kemuhammadiyahaan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Dengan adanya olimpiade ini, Muhammadiyah bertekat mencetak generasi muda yang mandiri dan  mampu menjawab tantangan pada masanya.


Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita- cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Muhammadiyah dengan semangatnya menggambarkan motivasi yang menyambut era globalisasi melalui kebijakan pengembangan kelembagaan, dimana Muhammadiyah dapat secara aktif menyambut globalisasi dengan upaya internasionalisasi kelembagaan seperti perluasan cabang (PCIM) ke berbagai Negara di luar Indonesia. Untuk menghadapi tantangan globalisasi, organisasi Muhammadiyah akan memperkuat generasi muda dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun