Mohon tunggu...
Dina Meishinta
Dina Meishinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Semester 6 Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Seorang pelajar yang gemar belajar dan membaca buku :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Intervensi untuk Anak dengan Gangguan Autisme Spectrum Disorder (ASD)

18 Desember 2024   07:08 Diperbarui: 18 Desember 2024   07:08 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Intervensi yang Efektif dalam Proses Belajar Mengajar

Dari teori yang ada dalam artikel ilmiah yang ditulis oleh Ismet, disebutkan terdapat beberapa jenis intervensi yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk anak autis (Ismet, 2019), yaitu antara lain :

1.Terapi Perilaku
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi perilaku dalam proses tumbuh kembang yang terhambat serta mengurangi perilaku-perilaku yang berlebihan supaya perilaku-perilaku tersebut dapat berkurang intensitasnya dan berganti menjadi pola perilaku yang wajar. Tujuan dari terapi ini adalah untuk melatih kepatuhan anak (dalam konteks pada anak-anak yang belum mampu melakukan kontak mata dan mematuhi instruksi/aturan). Dalam implementasinya, tidak ada hukuman dalam terapi ini, namun apabila anak merespon negatif (salah/kurang tepat), maka anak tidak akan mendapatkan penguatan positif yang ia senangi.
2.Terapi Wicara
Terapi ini bertujuan untuk menguatkan oral motor supaya anak dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya. Terapi wicara dapat dilakukan melalui 2 metode, yang pertama adalah dengan memijat anggota wicara, seperti pipi, dagu dan lidah. Kemudian yang kedua adalah dengan penerapan latihan artikulasi dengan bantuan benda-benda nyata supaya anak juga memahami konsep yang sebenarnya dari artikulasi benda tersebut.
3.Terapi Bermain
Terapi bermain adalah salah satu jenis terapi yang seringkali pelaksanaannya adalah ketika anak berada di lingkungan sekolah. Implementasi dari terapi ini adalah dengan bermain pada umumnya, karena bermain juga memiliki berbagai manfaat yang positif, seperti meningkatkan kemampuan bersosialisasi, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kemampuan melatih emosi dan juga meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Karena karakteristik anak autisme adalah mereka yang cenderung tenggelam dalam dunianya sendiri, maka disinilah peran guru dibutuhkan, yakni untuk mengajak dan mengajarkan kepada anak supaya anak mau untuk berinteraksi sosial dengan teman-temannya.
4.Terapi Okupasi
Terapi ini bertujuan untuk melatih kekuatan dan keberfungsian motorik halus pada anak. Latihan okupasi ini dapat berupa latihan memegang pensil dengan benar, latihan menyuap makanan ke dalam mulut, mengancing baju dan lain-lain.
5.Terapi Makanan
Terapi makanan dilakukan dengan bantuan kolaborasi dari ahli gizi. Terkadang, terdapat beberapa anak autis yang harus menjalani diet ketat, dalam artian tidak bisa sembarang makan. Contohnya adalah anak autis yang tidak boleh memakan apapun kecuali hanya sayur-sayuran, ayam, daging, buah dan telur puyuh.


Artinya, tidak ada satupun intervensi paten yang efektif bagi seluruh anak autis, hal ini dikarenakan kebutuhan penyesuaian metode pembelajaran akan berbeda-beda pada tiap individunya, maka dari itu penggunaan berbagai intervensi diatas harus disesuaikan kembali dengan kebutuhan masing-masing anak. Dan keberhasilan intervensi juga dipengaruhi oleh peran kolaborasi antara guru, terapis dan juga orang tua.


Daftar Pustaka
Faizy, C. B., Lestari, R. W., Roviat, D. D., & Bagaskara, G. A. (2023). Model Pengajaran Untuk Anak Autisme Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Kelas Homogen Antarjenjang Di Slb Tunas Mulya Surabaya. Jurnal Education and Development, 11(2), 150--154. https://doi.org/10.37081/ed.v11i2.4707
Heryati, E., & Ratnengsih, E. (2018). Penggunaan Metode PECS (Picture Exchange Communication System) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Autis. PEDAGOGIA (Jurnal Ilmu Pendidikan), 3(2). https://doi.org/10.30870/unik.v3i2.5307
Ismet, I. (2019). Intervensi Anak Usia Dini Penyandang Autis. Journal of Early Childhood Care and Education, 2(1), 30. https://doi.org/10.26555/jecce.v2i1.176
Kamil, N., Sholihah, M., Kumala Dewi, U., Hadijah, H., & Zarkasih Putro, K. (2023). Pemberian Layanan Pendidikan untuk Anak Autis: Metode Pendekatan Pembelajaran Prompting. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 211--221. https://doi.org/10.37985/murhum.v4i2.187
Lailatul Maghfiroh, A. M. (2017). Penggunaan Metode Aba (Applied Behavior Analysis) Untuk Meningkatkan Pemahaman Anak Autis Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Slb Negeri Pandaan. Jurnal Al-Murabbi, 2(2), 203--228. https://doi.org/10.35891/amb.v2i2.602
Sa'adah, A., Pramono, P., Huda, A., & Irvan, M. (2022). Implementasi TEACCH Dalam Pembelajaran untuk Siswa Autisme di Sekolah Khusus. Jurnal ORTOPEDAGOGIA, 8(1), 12. https://doi.org/10.17977/um031v8i12022p12-18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun