"Bukannya tahun lalu juga sama ya? lalu dimana letak seru nya rev?" tanyaku penasaran, apa sih yang membuat dia seheboh itu, padahal tahun lalu acara itu diadakan juga seminggu di sekolah. Â
"Makanya dengerin dulu, sanlat kan memang tiap tahun diadakan disekolah tapi tidak mengharuskan siswanya menginapkan? nah tahun ini sekolah mengadakan sanlat selama seminggu dan hari terakhir sanlat kita semua menginap sehari semalam di sekolah" jelas Reva panjang lebar.
Mendengar informasi itu dari Reva, aku sangat senang walaupun informasinya belum tentu benar tapi setidaknya aku sudah tahu dari Reva yang jika mendapat informasi tidak pernah meleset. Karena dia punya orang 'dalam' katanya. Â Ada-ada saja Reva ini, Â walaupun begitu Reva termasuk teman sebangku yang tidak pernah aku lupakan sampai sekarang.
Dan benar saja, Â beberapa hari kemudian sekolah memberikan pengumuman tentang acara sanlat itu. Teman-teman sekelas ku pun sibuk membicarakan tentang perlengkapan apa saja yang nanti akan dibawa pada saat menginap. Ada yang menyusun rencana, Â entah rencana apa aku pun tak tahu. Â Ada juga yang biasa saja sama sepertiku karena aku sudah tahu. Â Namun jika mengingatnya aku rindu suasana itu. Ingin rasanya kembali pada masa itu, hanya untuk mengulang kembali masa itu. Benar kata Dilan, tokoh yang sempat viral itu. Rindu itu berat. Makanya jika kita rindu, Â kita kasih saja ke Dilan, biar dia yang berat.
"Diba, kamu mau bawa apa aja buat nanti?" tanya Reva padaku.
"Aku sih paling bawa bekal makanan instan untuk sahur, untuk buka puasanya katanya dikasih dari sekolah kan?" tanyaku memastikan.
"Iya sih tapi cuma takjil doang sama air putih katanya" kata Reva memberitahu.
"ya sudah aku bawa bekal juga buat buka deh, Â karena kan kita dateng ke sekolahnya sore, jadi nasi nya gak akan basi kalo di makan pas buka. kecuali kalo sahur, beda cerita itu mah iya gak?" jelas ku pada Reva. Yang disetujui olehnya.
Sepulang sekolah hari itu aku langsung menyampaikan tentang acara tersebut pada ibuku. Salah satu kebiasaan ku dari kecil adalah selalu menyempatkan waktu untuk bercerita tentang hal-hal yang aku alami setiap harinya pada ibuku. Awalnya aku melihat ibuku yang selalu bercerita pada ayahku baik tentang keadaan rumah, masalah kecil hingga masalah besar. Aku sangat bersyukur memiliki mereka di sisiku. Mereka yang selalu mendukungku Dan menjadi alasanku untuk jangan pernah menyerah. Karena ada mereka yang harus aku banggakan.
Seperti dugaan ku ibu mengizinkanku untuk mengikuti acara sanlat tersebut. Bahkan dia ikut membantuku menyiapkan perlengkapan yang akan aku bawa. Aku sangat senang sekaligus bingung pada saat itu, Â senang karena akan bersenang-senang dengan temanku, Â bingung karena aku sebelumnya belum pernah menginap dan apalagi kali ini tidak bersama keluarga, aku juga takut bila tengah malam aku ingin pulang. Dalam hatiku berkata semoga tidak terjadi apa-apa.
Hari yang aku tunggu pun tiba, sorenya aku ke sekolah diantar oleh adik laki-laki ibuku. setelah pamit aku langsung bergegas menuju ke kelas. Ternyata teman-teman ku belum banyak yang datang hanya ada beberapa. Menurut informasi yang aku dapat dari guru adalah untuk para siswi akan tidur di kelas masing-masing. Jadi di acara sanlat ini laki-laki dan perempuan dipisah, alias beda hari. Kita benar-benar seperti sedang berada di asrama.