Semarang adalah sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya namun kini sedang dihadapkan pada tantangan yang serius yaitu banjir. Banjir di Semarang disebabkan oleh cuaca hujan yang deras dan secara terus menerus sepanjang Rabu (13/3/2024) . Hujan yang kuat dan terus menerus turun sepanjang malam sampai pagi membuat terjadinya genangan air dibeberapa tempat dan juga karena meluapnya sungai Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB) yang tidak cukup menampung debit air sehingga mengalami luapan air karena tidak bisa menampung air kiriman.
Banjir di Semarang adalah salah satu dari berbagai masalah alam yang kerap terjadi di Indonesia ,khususnya ibu kota Jakarta dan kota besar-besar lainnya seperti Bandung, Bogor, Solo, Pandeglang dan kota besar lainnya.
Dampak banjir bagi masyarakat semarang sangat merugikan. Banyak rumah-rumah yang terendam banjir,infrastruktur rusak, keterbatasan dalam air bersih air banjir yang terkontaminasi dapat menyebarkan penyakit seperti diare penyakit kulit dan penyakit yang dapat tertular melalui air dapat juga menambah beban pada sistem keseshatan yang sudah terbatas,terancamnya keamanan dari predator seperti ular yang memungkinkan untuk berkeliaran secara bebas,gangguan transportasi umum seperti jalan yang tergenang banjir membuat transportasi menjadi sulit bahkan tidak mungkin sehingga dapat mengganggu mobilitas penduduk dan distribusi barang.
 Selain itu banjir juga menyulitkan beberapa orang dalam mencari mata pencaharian terutama yang bekerja difaktor informal seperti pedagang kaki lima dan tukang ojek,serta petani yang mengalami gagal panen. Dampak psikologisnya pun tidak boleh diabaikan dengan banyak warga yang resah akan tempat tinggalnya dan mungkin juga kehilangan setelah banjir melanda.
Sejumlah wilayah di Semarang yang terkena banjir antara lain Jalan Kaligawe di kelurahan Muktoharjo, kelurahan Tambakrejo, kelurahan Krobokan, kelurahan Sambirejo, serta kelurahan Kudu.
Untuk mengatasi banjir Pemerintah kota Semarang bersama dengan berbagai lembaga dan komunitas telah aktif dalam upaya penanggulangannya seperti adaptasi sistem drainase yang lebih baik untuk dapat menampung volume air hujan yang tinggi dan tanggul diperkokoh dapat membantu mengurangi resiko dari banjir, pengerukan dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana untuk penanganan yang lebih besar,pendidikan dan penyadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan lingkungan dan pengurangan resiko bencana dapat meningkatkan kesiap siagaan dan respon yang benar dalam menghadapi banjir adalah langkah penting dalam mengurangi resiko banjir.Â
Namun pemerintah juga harus memperhatikan dan memastikan bahwa pembangunan kota dilakukan dengan memperhatikan potensi resiko dampak yang disebabkan oleh alam, dapat berupa seperti Penetapan zona -- zona hijau serta pembangunan permukiman yang aman dari resiko banjir harus menjadi prioritas.
Sementara itu seperti yang telah disampaikan ketua BNPB Letjen Suharyanto terkait cuaca ekstrim di Jawa Tengah, pihaknya sudah mendapat arahan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan sudah menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dihari ketiga dan akan dilaksanakan sampai pada tanggal 20 Maret. TMC merupakan teknologi yang dapat mencegah hujan atau mengendalikan arah hujan sehingga menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan dalam mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh bencana yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca.
Upaya Penanganan Pasca Banjir juga telah direncanakan seperti pembersihan lokasi - lokasi dari sisa banjir,penyediaan air bersih dari Perusahaan Air Minum (PDAM) Tirta Moedal dan dinas - dinas lainnya, dan pengecekan kesehatan warga yang meliputi sebagai berikut :
*Surveilans faktor resiko
*Skrining dan test pada daerah yang beresiko, waspada dengan kasus penyakit pasca banjir : gatal - gatal, penyakit kulit, demam, diare, DBD,dan Leptospirosis penularan leptospirosis dapat terjadi dari hewan ke manusia. Sejumlah hewan yang kerap menularkan leptospirosis adalah tikus, anjing, serta hewan ternak.
*Memastikan obat dan pemantauannya untuk penanganan pasien kronis.
*Evakuasi atau merujuk pasien yang beresiko tinggi
*Clorinisasi daerah yang masih menggenang termasuk sumber air (sumur)
*Mengantisipasi kenaikan DBD dengan melakukan PJN pada daerah yang sedang terjadi kasusÂ
*Mengedukasi warga agar selalu cuci tangan memakai sabun.
*Sosialisasi dengan flyer edukasi yang berkaitan dengan banjir dan melalui grup-grup wa warga (rt rw, pkk dll)
*Vaksinasi dan kegiatan program kesehatan lain tetap jalan
*Sebar nomor kontak puskesmas untuk penanganan pasca banjir yang bisa dihubungi 24 jamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H