cabai sebagai bahan utama dalam bumbu masakannya. Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun. Awalnya, penggunaan cabai dalam masakan bertujuan untuk preservasi makanan, melindungi dari bakteri dan serangga. Saat ini, cabai tidak hanya berfungsi sebagai bumbu masakan tetapi juga sebagai peningkat nafsu makan yang sering kita temui dalam berbagai hidangan. Seiring waktu, komposisi cabai dalam makanan semakin meningkat, terkadang mencapai dosis yang mengkhawatirkan. Sensasi pedas yang dirasakan tubuh kita jika berlebihan akan membahayakan kesehatan kita. sebelum mengetahui lebih dalam tentang kandungan cabai dan apa yang dilakukan tubuh kita untuk mencernanya.
Indonesia adalah negara yang kaya akan penggunaanKandungan Capsaicin dalam Cabai
Seiring meningkatnya penggunaan cabai dalam masakan, penting untuk memahami kandungan capsaicin yang terdapat di dalamnya. Capsaicin adalah senyawa kimia yang memberikan rasa pedas pada cabai dan berperan penting dalam menciptakan sensasi yang menggugah selera. Ketika kita mengonsumsi cabai, capsaicin merangsang saluran saraf di mulut dan sistem pencernaan, memicu rasa panas yang khas. Sensasi ini tidak hanya menambah kelezatan hidangan, tetapi juga dapat meningkatkan nafsu makan.Â
Dalam satu biji cabai rawit terdapat sekitar 2,5 mg capsaicin. Rekomendasi dosis yang sehat untuk konsumsi capsaicin adalah 12 mg per hari, setara dengan 4 cabai, untuk menghindari masalah pencernaan. Namun, ada banyak makanan yang menggunakan komposisi cabai berlebihan, sering kali lebih dari 20 cabai.
Proses Pencernaan Cabai
Saat mengonsumsi cabai, mulut kita merasakan panas karena capsaicin mengaktifkan saluran kation non-selektif bernama Transient Receptor Potential Vanilloid type 1 (TRPV1). Saluran ini mengirimkan sinyal ke otak, memicu rasa pedas. TRPV1 tidak hanya terdapat di mulut, tetapi juga di seluruh sistem pencernaan, sehingga sensasi pedas dapat dirasakan hingga proses pencernaan.
Secara umum, mengonsumsi cabai dengan dosis yang disarankan tidak menggaggu metabolisme tubuh karena capsiacin yang tersisa sudah dilerai secara alami. namun dengan dosis berlebihan, capsiacin tidak dapat dileraikan secara alami. Kecepatan metabolisme tubuh kita kurang untuk melerai capsiacin dengan dosis yang banyak, sehingga menimbulkan rasa sakit pada bagian pencernaan.
Risiko Kesehatan dari Konsumsi Berlebihan
tak hanya rasa sakit pada bagian pencernaan, pengonsumsian cabai berlebihan dapat menimbulkan penyakit dehidrasi, kejang, sesak nafas, bahkan penyempitan saluran pembulu darah pada otak.Â
Hal tersebut terjadi saat anda mengonsumsi cabai dalam dosis yang berlebihan. Walaupun demikian, konsumsi cabai tidak sepenuhnya berbahaya untuk kesehatan tubuh kita hanya saja kita perlu memperhatikan dosis yang kita konsumsi pada keseharian kita. setelah mengetahui bagaimana cabai bekerja dan diterima oleh badan kita, saya berharap kita dapat mengatur kadar cabai yang kita makan untuk kebaikan kesehatan masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H