Mohon tunggu...
Dimyat Aa Dym
Dimyat Aa Dym Mohon Tunggu... Guru - Bergabung mulai tahun 2012 dan Buku Perdananya tahun 2020 berjudul "Pendidikan Berbasis Al-Qur'an & Pancasila"

Seorang guru dan pendidik di sekolah yang telah mengabdikan dedikasinya untuk tunas-tunas bangsa lebih dari 20 tahun. Blog : www.dimyativi.blogspot.com , twitter : @dimyat1, FB : Dimyat Muqsith

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Sepanjang Hayat, Bagaimana Konsepnya?

15 September 2015   20:28 Diperbarui: 15 September 2015   21:10 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="yayasan RUHI, Rumah Ukhuwah Indonesia"][/caption]

Pada akhir zaman seperti sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam konsep pendidikan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Jika kita ingin mengelompokannya maka kita dapat membedakannya berdasarkan beberapa pertimbangan, paling tidak ada lima macam pandangan konsep pendidikan yaitu pertama, berdasarkan idiologi atau agama, kedua berdasarkan pendekatan proses dan konsep pendidikannya, ketiga berdasarkan tokoh pendirinya atau pemikiran yang berlaku dalam konsep pendidika tersebut, keempat berdasarkan sarana dan fasilitasnya, dan kelima berdasarkan tujuannya atau sasaran pendidikan itu sendiri

 

Maka tidak heran apabila mendekati penerimaan siswa baru, banyak lembaga pendidikan menawarkan ide dan konsep pendidikannya, melalui lembaga pendidikan yang mereka jalankan untuk menarik minat para calon orangtua murid, agar mau mendaftarkan putra dan putrinya di sekolah tersebut. Salah satu pertimbngan calon orangtua murid yang akan mendaftarkan putra dan putri mereka ke sekolah yang ada adalah bagaimana lembaga tersebut menerapkan system pendidikannya atau secara spesifik adalah bagaimanan system pembelajarannya.

 

Berdasarkan pemikiran dan pertimbangan di atas maka penting kiranya bagi kita baik kita sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, sebagai konseptornya maupun sebagai praktisinya, mencermati tentang hal di atas, karena hal ini berkaitan dengan eksistensi kita dan menyangkut masa depan kita, baik masa depan dalam arti sempit ( dunia ) maupun dalam arti luas ( akhirat ). Begitu juga bagi kita sebagai orangtua murid atau calon orangtua murid, penting kiranya bagi kita untuk memahami seluk beluk suatu sekolah sebelum mendaftarkan putra-putri kita ke sekolah tersebut.

 

Dalam buku Visi dan Pondasi Pendidikan ( Dalam Prespektif Islam ) karya Dr. Sanusi Uwes, M.Pd. yang diterbitkan oleh Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, bekerjasama dengan Pemerintah Pusat, halaman 21 menjelaskan bahwa terdapat bermacam-macam pandangan para ahli mengenai hakikat pendidikan dan hakikat ilmu pendidikan, keragaman pandangan mengenai hakikat ilmu ini, berimplikasi terhadap beragamnya definisi ilmu pendidikan, diantara pandangan-pandangan tersebut adalah sebagai berikut :

 

Pertama, Bahwa Ilmu Pendidikan adalah Science of Education

Kedua, Bahwa Pendidikan adalah Bagian dari Filsafat sehingga disebut Philosophy of Education

Ketiga, Kegiatan Pendidikan dapat dikatakan sebagai Psikologi Terapan atau Teori Psikologi

Keempat, Kegiatan Pendidikan merupakan Sosialisasi dan Pembudayaan atau enculturation

Kelima, Ilmu Pendidikan dinilai sebagai Disiplin ilmu tersendiri yang bersifat mandiri.

 

Dari kelima pandangan tadi kita dapat membedakan mana lembaga pendidikan yang benar-benar memiliki visi pendidikan yang jauh ke depan yang memiiki sasarana diisamping jangka pendek juga memiliki sasaran jangka panjang, atau pendidikan sepanjang hayat, bahkan jangkanya tidak terhingga, karena hakikat kehidupan akhirat adalah kehidupan yang langgeng, tanpa ada batas waktu dan ujungnya, sehinggga pantas kita dihadapkan kepada dua pilihan di akhirat sana yakni bahagia atau sengsara, surga atau neraka.

 

Bagi mereka yang memiliki visi kehidupan jauh ke depan artinya mereka beriman kepada kehidupan di negeri akhirat maka pilihan untuk mendapatkan pendidikan yang baik bagi dirinya dan keturunannya ( putra dan putrinya ) tidak ada kata lain kecuali harus memilih lembaga pendidikan yang memiliki pandangan jauh ke depan (a khirat), hal ini tidak akan kita jumpai selain di lembaga pendidikan islam, atau lembaga pendidikan umum yang di dalamnya diadakan kegiatan atau mata pelajaran pendidikan agama islam.

 

Pendidikan Islam adalah pendidikan sepanjang hayat, ia merupakan mata rantai perjuangan risalah dakwah para nabi dan rosul, ia adalah sebuah petinjuk menuju ke jalan yang benar, jalan yang diridhoi, jalan yang lurus, jalan yang telah di lalui oleh para tokoh perjuangan dan pergerakan masa lalu, baik mereka itu berasal dari kalangan ulama salaf ( permulaan ) maupun kholaf ( mutakhir, modern ), mereka adalah kaum yang telah Allah berikan kepadanya nikmat ( Iman, Islam dan Ihsan ), bukan golongan orang yang sesat ( Para mufassir menyebutnya ialah orang Nasrani ) dan juga bukan golongan orang yang dzalim ( orang Yahudi ).

 

Tatanan dunia baru yang penuh dengan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan sebagaimana yang kita cita-citakan, tidak akan terwujud dan belum akan terwujud manakala kita belum menjadikan pendidika islam sebagai pilihan kita, baik dalam skala individu, keluarga dan masyarakat. Kehadiran lembaga pendidikan islam terpadu seperti Thariq Bin Ziyad di Bekasi, Iqro’ di Pondok Gede, Husnayain di Harapan Baru, Nurul Fikri di Depok, Husnul Khotimah di Kuningan, As-Syifa di Subang dan di kota lainnya, baik yang berkarakter maupun hanya sekedar lebel adalah sebuah nikmat yang patut kita syukuri agar ke depan lebih berkualitas.

 

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang memiliki konsep yang sangat lengkap dan paripurna, karena ia bersumber dari Sang Maha Pencipta ( Al-Kholiq ), berdasarkan kitab suci yang mulia yakni Al-Qur’an dan petunjuk kenabian semenjak nabi Adam AS. Sampai nabi akhir zaman Muhammad SAW. Pendidikan Islam sudah teruji dan terbukti telah menghasilkan lulusan yang sangat banyak, berbagai macam disiplin ilmu telah dilahirkan dari konsep pendidikan dan pembelajaran ini, terkadang kita menisbatkan tokoh atau konseptornya ini kepada ulama baik ulama masa lalu (salaf) maupun masa kini (kholaf).

 

Terkadang kita juga menisbatkannya kepada mereka di kalangan sahabat dan tabi’it, dan tabi’in bahkan kepada mereka yang hidup lebih jauh darinya yakni para nabi dan rosul utusan Allah SWT. Sang Pencipta Alam semesta ini, maka menyongsong bulan haji tahun ini mari kita jadikan momentum sebagai kebangkitan pendidikan dan dakwah islam sebagai refleksi dan napak tilas perjalaan spiritual dan ajaran nabi Ibrahim AS. Yang secara langsung atau tidak langsung kita juga telah meneladani kehidupan nabi dan rosul akhir zaman Muhammad SAW. Wallahu’alam [DM]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun