Ketiga, Kegiatan Pendidikan dapat dikatakan sebagai Psikologi Terapan atau Teori Psikologi
Keempat, Kegiatan Pendidikan merupakan Sosialisasi dan Pembudayaan atau enculturation
Kelima, Ilmu Pendidikan dinilai sebagai Disiplin ilmu tersendiri yang bersifat mandiri.
Â
Dari kelima pandangan tadi kita dapat membedakan mana lembaga pendidikan yang benar-benar memiliki visi pendidikan yang jauh ke depan yang memiiki sasarana diisamping jangka pendek juga memiliki sasaran jangka panjang, atau pendidikan sepanjang hayat, bahkan jangkanya tidak terhingga, karena hakikat kehidupan akhirat adalah kehidupan yang langgeng, tanpa ada batas waktu dan ujungnya, sehinggga pantas kita dihadapkan kepada dua pilihan di akhirat sana yakni bahagia atau sengsara, surga atau neraka.
Â
Bagi mereka yang memiliki visi kehidupan jauh ke depan artinya mereka beriman kepada kehidupan di negeri akhirat maka pilihan untuk mendapatkan pendidikan yang baik bagi dirinya dan keturunannya ( putra dan putrinya ) tidak ada kata lain kecuali harus memilih lembaga pendidikan yang memiliki pandangan jauh ke depan (a khirat), hal ini tidak akan kita jumpai selain di lembaga pendidikan islam, atau lembaga pendidikan umum yang di dalamnya diadakan kegiatan atau mata pelajaran pendidikan agama islam.
Â
Pendidikan Islam adalah pendidikan sepanjang hayat, ia merupakan mata rantai perjuangan risalah dakwah para nabi dan rosul, ia adalah sebuah petinjuk menuju ke jalan yang benar, jalan yang diridhoi, jalan yang lurus, jalan yang telah di lalui oleh para tokoh perjuangan dan pergerakan masa lalu, baik mereka itu berasal dari kalangan ulama salaf ( permulaan ) maupun kholaf ( mutakhir, modern ), mereka adalah kaum yang telah Allah berikan kepadanya nikmat ( Iman, Islam dan Ihsan ), bukan golongan orang yang sesat ( Para mufassir menyebutnya ialah orang Nasrani ) dan juga bukan golongan orang yang dzalim ( orang Yahudi ).
Â
Tatanan dunia baru yang penuh dengan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan sebagaimana yang kita cita-citakan, tidak akan terwujud dan belum akan terwujud manakala kita belum menjadikan pendidika islam sebagai pilihan kita, baik dalam skala individu, keluarga dan masyarakat. Kehadiran lembaga pendidikan islam terpadu seperti Thariq Bin Ziyad di Bekasi, Iqro’ di Pondok Gede, Husnayain di Harapan Baru, Nurul Fikri di Depok, Husnul Khotimah di Kuningan, As-Syifa di Subang dan di kota lainnya, baik yang berkarakter maupun hanya sekedar lebel adalah sebuah nikmat yang patut kita syukuri agar ke depan lebih berkualitas.