[caption id="attachment_406767" align="aligncenter" width="300" caption="Pahlawan Nasional dari Bekasi, KH. Noer Ali (DM0"][/caption]
"Tulisan Dimyat Aa Dym yang dianggap Paforit oleh Warga kompasiana (Pembacanya melebihi 1000 pembaca"
Dalam hidup ini kita harus mempunyai prinsip Man Jadda Wajada yang artinya siapa yang bersunguh-sungguh maka dia pasti akan mendapatkannya. Sebagai cirinya maka ia akan focus, sungguh-sungguh, yakin, dan cinta dengan apa yang sedang diusahakannya, tidak ada keluh kesah walaupun tujuan yang akan dicapai belum sepenuhnya diraih, doa yang dipanjatkan belum terkabulkan. Dengan memiliki prinsip tadi maka kita akan termasuk golongan orang yang beriman, terutama beriman kepada qodho dan qodar. Yakni ketentuan dan ketetapan dari Allah baik yang baik maupun yang buruk, yang penting kita sudah berusaha, berdoa, pasrah dan tawakkal kepada Tuhan kita Allah SWT.
Sebagai contoh bisa kita lihat bagaimana perjuangan yang dilakukan oleh Kiyai Kanjeng dalam memasyarakatkan Kenduri Cinta, saya salut dan Simpati Emha Ainun Nadjib sampai-sampai beliau menulis buku yang secara bahasa sangat atraktif karena bahasa Al-Quran ia pakai untuk judul bukunya, meskipun hal ini bisa saja ada yang tidak sependapat denganya. Buku yang dimaksud yaitu bukunya yang berjudul “Demokrasi La Roiba Fiih”. Judul yang sangat provokatif bukan, saking yakinnya beliau kepada jalan demokrasi untuk melakukan perbaikan dan perubahan.
Begitu juga saya salut dengan perjuangan para guru, pembimbing dan pelajar alumni sekolah Thariq Bin Ziyad dalam menyelenggarakan ”Pesantren Kilat Ramadhan” beberapa waktu lalu. Mereka menyusun teknik dan strategi bagaimana supaya Pesantren Kilat Ramadhan tidak membosankan dan bisa menantang bagi para pesertanya dalam hal ini adik-adik kelasnya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SDIT Thariq Bin Ziyad). Karena mereka semua adalah para tunas bangsa, calon generasi muda Islam dan Indonesia masa depan pendidikannya harus tumbuh dan berkembang.
Jangan sampai generasi muda kita menjadi korban ketidak kompakan kita dalam membangun bangsa dan Negara. Maka antara komponen ummat yang ada seperti Muhammadiyah, NU, PKS Salafi Wahabi jangan sampai dibenturkan. Memang semuanya berbeda dan jauh berbeda tapi terkadang, NU yang sejak dulu konsentrasi menggarap kaum pesantren tradisional yang kebanyakan ada di desa-desa, Muhammadiyah sebagai besar kaum terpelajar di kota-kota besar, begitu juga dengan PKS yang awal mulanya tumbuh dari kampus-kampus baik negeri atau swasta, dengan konsep moderatnya terkadang suka terdesak kekanan dan di tengah. Sedangkan Salafi dan Wahabi dengan gayanya yang terkadang kaku, saklak dan cenderung tektual sering membid’ahkan saudara yang berbeda dengannya.
Sekarang zamannya reformasi bahkan sudah terlewat karena semenjak presiden Jokowi sudah mengusung tema Revolusi Mental, meskipun istilahnya agak ke kiri-kirian. Politisasi PNS bukan zamannya lagi, begitu juga politisasi pendidikan, politisasi BUMN, dan politisasi para aparat penegak hukum, apalagi jangan ada yang menuduh bahwa PKS Politisasi Banjir Benarkah? Sebagaimana yang sering terjadi di Jakarta dan sekitarnya, disebabkan kepeduliannya dalam melakukan aksi-aksi sosial dan sikap kritisnya untuk tujuan membangun kepada penguasa yang ada.
Begitu juga jangan sampai isu tentang Syiah yang akhir-akhir ini marak, sengaja dimunculkan agar berhadap-hadapan dengan Ahlussunnah Waljamaah yang sudah jelas-jelas banyak dianut oleh mayoritas muslim di negeri ini. Kasus yang terjadi pada LHI PKS dan KPK pada awal 2013 dulu menjadi suatu pelajaran yang berharga bagi penegakkan hukum kita dan semuanya supaya tidak boleh hukum yang memihak dan pandang bulu. Maka terbukti sampai pada masa presiden Jokowi muncul lagi “perseteruan” antara KPK dan POLRI. Semoga ke depan tidak terulang lagi kejadian yang sama pada penegak hukum kita.
Maka sejak itulah apa yang dilakukan oleh para pimpinan PKS Melangit Istighotsah Ala PKS. Melalui presidennya yang baru yaitu Anis Matta. Konsolidasi pasca kejadian atau prahara saat itu pimpinan bar uterus melakukan konsolidasi dari kota ke kota untuk menghadapi persiapan Pemilu 2014. Dengan gaya pidatonya yang khas presiden Anis Matta memompa semangat para kadernya baik yang ada di kota maupun di daerah. Sampai ada yang menyandingkan Anis Matta Ainun Nadjib dan Chairil Anwar karena sama-sama tokoh muda dan berjiwa muda. Anis Matta menulis buku “Menikmati Demokrasi” dan Emha Ainun Nadjib menulis buku tadi di atas “Demokrasi Laa Roiba Fiihi”.
Menjelang Era Ekonomi ASEAN dan ASIA (MEA) maka pendidikan politik bagi bangsa dan generasi muda sangat penting. Apa yang dilakukan oleh media seperti Pendidikan Poilitik Ala PKS Piyungan PKS TV dan Kompasiana adalah sesuatu terobosan yang perlu diapresiasi karena akan mencerdaskan publik. Media bukan hanya sarana bagi penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya tapi juga menjadi salah satu pilar dari empat pilar demokrasi. Media islam yang sedang belajar sejak zaman reformai dan berkembang, jika ada istilah Ustadz Copy Paste maka ke depan perlu meningkatkan kesadaran dan kualitas literasi kita, jika ingin Negara kita menjadi Negara yang maju.
Solusinya sekali lagi mulai dari pendidikan, baik pendidikan formal, non formal dan informal. Maka tidak ada kata lain selain 3 Solusi Pendidikan Kita. Peran pendidik baik itu Sang Murobbi Sang Pencerah dan Sang Kiyai harus kompak agar memberikan yang terbaik kepada seluruh peserta didik yang ada. Baik yang ada di pesantren, madrasah (RA-MI-MTs-MA) ,maupun sekolah-sekolah Islam (TKIT-SDIT-SMPIT-SMAIT) dan sekolah umum. Kemampuan manajemen organisasi sangat penting, meskipun ilmu manajemen itu dari barat, tapi penerapan manajemen praktis untuk DKM, lembaga zakat, manajemen dakwah lainnya sangat penting. PKS dan Mustahiq Zakat sangat dekat. Karena mereka konsen dalam membina lembaga Amil Zakat, meskipun pada akhirnya lembaga atau yayasannya itu berdiri sendiri sebagai lembaga professional seperti PKPU contohnya.
Geliat dakwah yang ada pada saat ini tidak lepas dari proses pendidikan (Tarbiyah) diri, keluarga dan masyarakatnya. Baik dari kalangan profesionalnya, birokrasinya maupun legislatornya. Jika dakwah islam dan tarbiyah ruhiyah sudah memasyaraka maka penulis yakin korupsi akan bisa ditekan sampai habis, meskipun bukan suatu jaminan. Sampai muncullah adanya Fenomena Selebrasi Sujud Syukur Pemain Sepak Bola yang menunjukan bahwa fenomena kesadaran terhadap agama masyarakat kita pada akhir-akhir ini sudah mulai tubuh tinggi. Maka janganlah dicurigai, dengan tuduhan dan prasangka negatif bahwa mereka itu memiliki benih-benih radikalisme dan teroris. Meski bisa saja ada oknum yang melakukannya atas nama agama.
Wallhu A’lam.
Tulisan Dimyat Aa Dym yang dianggap Paforit oleh Warga kompasiana (Pembacanya melebihi 1000 pembaca) adalah sebagaimana ada pada hyperlink di atas atau tautannya di bawah ini :
1. http://filsafat.kompasiana.com/2013/10/13/fenomena-sujud-syukur-pemain-timnas-garuda-muda-u-19-598585.html = 2903 pembaca
2. http://birokrasi.kompasiana.com/2013/07/06/blsm-pks-dan-mustahik-zakat-fitrah-serial-cinta-edisi-2-571230.html = 1109 pembaca
3. http://hiburan.kompasiana.com/film/2013/05/31/film-sang-murobbi-sang-pencerah-dan-sang-kiai-berlomba-jadi-3-besar-film-nasionalis-religius-560819.html = 1057 pembaca
4. http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/23/3-sebab-3-dampak-dan-3-solusi-untuk-pendidikan-indonesia-549495.html = 1740 pembaca
5. http://birokrasi.kompasiana.com/2013/04/06/semua-ustadz-pks-ustadz-copy-paste--543254.html = 1020 pembaca
6. http://politik.kompasiana.com/2013/03/21/pendidikan-politik-ala-pks-piyungan-pks-tv-dan-kompasiana-538952.html = 2300 pembaca
7. http://politik.kompasiana.com/2013/02/05/anis-matta-emha-ainun-nadjib-dan-chairil-anwar-525769.html = 6662 pembaca
8. http://birokrasi.kompasiana.com/2013/02/02/pks-melangit-doa-istighotsah-ala-pks-525038.html = 1046 pembaca
9. http://politik.kompasiana.com/2013/01/31/lhi-pks-dan-kpk-misteri-beneran-atau-basa-basi--524469.html = 1759 pembaca
10. http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/26/ahluss-sunnah-wal-jamaah-hak-siapa-standarnya-apa--523095.html = 2281 pembaca
11. http://politik.kompasiana.com/2013/01/21/pks-politisasi-banjir-ibu-kota-dan-sekitarnya-benarkah--521502.html = 1757 pembaca
12. http://regional.kompasiana.com/2012/09/16/nu-pks-salafi-wahabi-rempug-harapan-setelah-tabligh-akbar-foswan-487365.html = 3411 pembaca
13. http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/09/agar-pesantren-kilat-ramadhan-tidak-menotondan-membosankan-477884.html = 6465 pembaca
14. http://politik.kompasiana.com/2012/06/11/saya-simpati-dengan-emha-ainun-najib-463793.html = 2180 pembaca
15. http://hiburan.kompasiana.com/film/2012/03/25/n5m-man-jadda-wajada-bukti-percaya-takdir-444717.html = 1235 pembaca
Salam Persaudaraan di Republik Kompasiana.[DM]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H