[caption id="attachment_396297" align="aligncenter" width="390" caption="(Foto ilustrasi, sumber : majalah Ummi online)"][/caption]
Keinginan yang membara untuk memperoleh keturunan telah membakar jiwanya sampai pada suatu titik dimana ia melupakan semua hal lain. Karena satu hal yang sangat diidamkan hatinya, namun tidak dimilikinya, ia mengabaikan semua kenikmatan yang telah dianugrahkan Tuhan kepadanya-kesehatannya, kejayaannya, kekuasaannya. Namun, bukankah demikian sifat manusia?
Ketika keinginan-keinginan kita tidak juga terpenuhi dan doa-doa yang selalu kita panjatkan tidak kunjung dikabiulkan Tuhan, apa pernah kita berpikir bahwa itu semua Dia lakukan demi kebaikan kita? Kita selalu merasa yakin bahwa kita mengetahui apa yang kita butuhkan. Namun, kebutuhan seringkali keliru dengan keinginan, dan hal-hal yang kita inginkan-tapi tidak kita butuhkan-kadang menjadi penyebab kejatuhan kita.
Tentu saja jika kita dapat melihat apa yang disimpan masa depan untuk kita, kita tidak akan pernah salah dalam mengajukan keinginan. Tapi m,asa depan adalah hal yang tersembunyi dari pandangan kita. Benang takdir seorang terbentang jauh menembus dunia kasatmata, kita tidak dapat melihat kemana ia akan berujung. Siapa yang dapat mengetahu bahwa kenikmatan pada hari ini dapat membawa kesengsaraan di keesokan hari, atau kesengsaraan pada hari ini akan berbuah kenikmatan di hari esok?
Dan demikianlah, sang Sayid selalu berdoa, berpuasa dan berderma, hingga, ketika ia baru saja akan menyerah, Tuhan akhirnya mengabulkan permintaannya. Ia dianugrahi seorang laki-laki. Seorang anak yang laksana sebuah berlian yang kecemerlangannya dapat merubah malam menjadi siang. Untuk merayakan kelahiran anak yang sangat didambakannya itu, sang Sayid membuka pundi-pundi hartanya kemudian menebarkan emasnya seolah-olah emas itu adalah pasir.
Ia ingin membagi kebahagiaannya kepada semua orang. Atas kelahiran anaknya yang terkenal tampan, dan ketampanannya itu disertai keceriaan dan periang yang tiada tara yang ia beri nama Qois. Sebuah pesta perayaan besar-besaran pun dilaksanakan.
======================================
Pelajaran yang bisa kita petik :
1.Doa dan usaha ibarat mata uang tidak boleh terpisahkan itulah rahasiah dalam hidup kita, siapapun, dimanapun dan kapanpun sudah menjadi rahasiah umum.
2.Dalam berusaha dan berdoa diperlukan adanya keyakinan yaitu keimanan akan taqdir ilahi yang mengetahui rahasia-rahasia masa depan seseorang dan kita semua, tanpa adanya iman kepada taqdir rasanya usaha akan sia-sia doa akan terasa hampa.
3.Jangan lupa ketika kita butuh apapun kita berani mengorbankan apa saja, dan ketika kebutuhan itu dikabulkan jangan sampai lupa diri dan lupa kepada orang lain wabil khusus kepada yang Maha Memberi yang mengabulkan doa dan usaha kita, hendaklah kita tetap mengikuti aturan didalam kondisi apapun kita berada, Allah berfirman “Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendaoat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat” QS Al-Ma’arij (70) : 19-22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H