Mohon tunggu...
Dimastrio Darma Putra
Dimastrio Darma Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS PAMULANG

Prodi Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pancasila dalam Perkembangan Etika Masyarakat Indonesia

30 Juni 2024   11:44 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, tidak hanya berfungsi sebagai panduan politik tetapi juga sebagai landasan moral dan etika bagi masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah membentuk pola pikir, perilaku, dan tindakan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan. 

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana Pancasila mempengaruhi sistem etika di Indonesia, disertai dengan data konkret, contoh penerapan, serta identifikasi masalah yang dihadapi dan solusinya.

Survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 78% masyarakat Indonesia menganggap nilai-nilai Pancasila sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun yang sama menemukan bahwa 65% responden percaya bahwa penerapan nilai-nilai Pancasila dapat mengurangi tingkat korupsi dan meningkatkan keadilan sosial. Data ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Pancasila dalam membentuk kesadaran etika masyarakat Indonesia.

Pancasila diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam setiap silanya. Misalnya, prinsip Ketuhanan yang Maha Esa menekankan pentingnya integritas dan moralitas dalam bekerja. 

Seorang pegawai negeri di Jakarta, Pak Ahmad, dikenal karena selalu menolak suap dan menjalankan tugasnya dengan jujur. Baginya, berbuat curang adalah dosa, dan menjalankan pekerjaannya dengan integritas adalah bentuk ibadah yang mengamalkan prinsip pertama Pancasila.

Pada saat bencana melanda, prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sering terlihat dalam aksi solidaritas masyarakat. Ketika gempa bumi melanda Lombok, berbagai komunitas lokal dan organisasi melakukan penggalangan dana dan bantuan kemanusiaan. Aksi solidaritas ini tidak hanya membantu korban bencana tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian antar sesama, mencerminkan nilai kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila.

Prinsip Persatuan Indonesia sering diterapkan dalam kegiatan yang menghargai keberagaman budaya. Di Yogyakarta, sekolah-sekolah mengadakan acara "Hari Budaya" di mana siswa dari berbagai latar belakang etnis menampilkan seni dan budaya mereka. Kegiatan ini memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman dan mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

Demokrasi dalam pengambilan keputusan di tingkat lokal juga merupakan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila. Di Desa Sukamaju, keputusan penting selalu diambil melalui musyawarah desa yang melibatkan semua warga. Kepala desa, Pak Budi, memastikan setiap warga mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka. Proses ini mencerminkan prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, yang mengajarkan pentingnya partisipasi dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan.

Program pemerintah yang berfokus pada keadilan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), menunjukkan penerapan prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Program ini memberikan bantuan tunai kepada keluarga kurang mampu untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Bu Tuti, seorang ibu rumah tangga yang sebelumnya kesulitan ekonomi, kini memiliki usaha kecil berkat bantuan dari program ini. Upaya pemerintah ini menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai keadilan sosial yang terkandung dalam Pancasila.

Masalah dalam Penerapan Nilai Pancasila

Namun, meskipun Pancasila telah dijadikan landasan etika, penerapannya masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah terbesar adalah korupsi dan kolusi. Meskipun banyak pejabat publik yang berkomitmen pada integritas, kasus suap dan penyalahgunaan wewenang masih sering terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip Ketuhanan yang Maha Esa belum sepenuhnya diinternalisasi oleh semua pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun