Mohon tunggu...
Predictors Dims
Predictors Dims Mohon Tunggu... Dosen - Predicting by history

Keep The ..[Red and White]..Flag Flying High

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sensasi Dyche dan The Clarets

22 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 22 Mei 2018   18:11 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liga Primer Inggris musim 2017-18 telah berakhir pada 13 Mei lalu dengan 'Manchester Biru'(Manchester City) sebagai juaranya, namun ada catatan menarik yang mungkin luput dari perhatian para pecinta sepakbola dari Liga Primer musim ini.  Pada musim ini, Liga Primer Inggris 'mendaftarkan' 7 klub ke ajang Kompetisi antar Klub Eropa (4 ke Liga Champions UEFA, dan 3 ke Liga Europa) musim depan.  Dari tiga klub Liga Inggris yang 'terdaftar' untuk Kompetisi Liga Eropa musim depan, Burnley menjadi klub yang menarik perhatian.

Burnley sebagai satu-satunya klub Liga Primer Inggris dari wilayah Lancashire, berhasil lolos ke Liga Eropa musim depan setelah mengakhiri kompetisi di peringkat 7.  Kesuksesan Burnley ini cukup menarik mengingat musim lalu klub ini harus berjuang menghindari ancaman degradasi  dan dua musim lalu mereka masih berkompetisi di Liga Championship Inggris. 

Sekilas cerita dari Burnley musim ini hampir sama dengan Leicester City dua musim lalu, yang menjadi juara Liga Primer Inggris pada musim keduanya setelah promosi ke Liga Primer Inggris.  Pada musim sebelumnya yaitu 2014-15, Leicester juga harus berjuang untuk lolos dari ancaman degradasi.  Namun ada beberapa faktor yang berbeda antara kisah Burnley musim ini dengan Leicester pada musim 2015-16.

Skuaad inti dari Burnley musim ini lebih banyak diisi oleh para pemain Inggris. Tercatat ada 6 pemain lokal yang menjadi pemain inti di Burnley.  Hal ini berbeda dengan Leicester yang hanya diisi oleh 3 pemain lokal saja.  Mathew Lowton, Ben Mee, dan James Tarkowsky menjadi pemain lokal andalan Burnley di lini Pertahanan sementara Nick Pope menjadi andalan di bawah mistar gawang.

Sedangkan di lini tengah, Jack Cork dan Aaron Lennon yang baru masuk pada Januari lalu menjadi andalan.  Leicester City pada musim 2015-16 hanya ada Danny Drinkwater, Marc Albrighton, dan James Vardy sebagai pemain lokal yang menjadi andalan.

Berbeda dengan Leicester pada musim 2015-16 yang menggunakan pelatih asing, Burnley sukses lolos ke Liga Eropa musim depan dengan pelatih lokal.  Sean Dyche telah menjadi pelatih The Clarets julukan dari Burnley sejak musim 2012-13.  Dyche yang merupakan pelatih lokal telah merasakan bersama dengan Burnley bolak balik dari Liga Championship ke Liga Primer.

Namun setelah musim lalu lolos dari ancaman degradasi, Dyche musim ini sukses membawa Burnley ke Liga Europa musim depan.  Hal ini sangat berbeda dengan Leicester City musim 2015-16 yang menggunakan pelatih asing, Claudio Ranieri (Italia).  Ranieri sendiri baru mulai melatih Leicester pada awal musim 2015-16.

Kesuksesan Sean Dyche juga membawa catatan baru di Liga Primer Inggris.  Dyche menjadi pelatih lokal pertama setelah 4 musim kompetisi yang sukses membawa klub Liga Primer lolos ke Kompetisi antar klub Eropa melalui jalur  Kompetisi Liga.  Pelatih lokal terakhir yang sukse meloloskan klub Liga Primer ke Kompetisi antar Klub Eropa adalah Tim Sherwood di musim 2013-14 yang menggantikan Villas-Boaz (Portugal) melatih Tottenham Hotspur di pertengahan musim.

Sedangkan untuk pelatih lokal yang melatih klub Liga Primer dari awal musim yang sukses meloloskan klubnya ke KOmpetisi antar Klub Eropa, terakhir terjadi musim 2011-12.  Pada saat itu, Alan Pardew (NewCastle), dan Harry Redknapp (Tottenham) menjadi pelatih lokal yang sukses meloloskan klub asuhannya ke Liga Eropa.

Kesuksesan Dyche ini menunjukkan bahwa di tengah gempuran para pelatih asing, para pelatih lokal di Liga Primer Inggris masih mampu untuk bersaing di Liga Primer Inggris. Pembuktian berikutnya bagi Dyche dan para pelatih lokal Inggris lainnya adalah di Eropa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun