Mohon tunggu...
Predictors Dims
Predictors Dims Mohon Tunggu... Dosen - Predicting by history

Keep The ..[Red and White]..Flag Flying High

Selanjutnya

Tutup

Bola

AC Milan dan Harapan Mereplikasi Era Lajos Czeizler

12 Juli 2015   14:53 Diperbarui: 12 Juli 2015   14:53 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Musim 2015-16, AC Milan akan kembali dilatih oleh pelatih asing.  Sinisa Mihajlovic (Serbia) yang musim lalu cukup sukses sebagai pelatih Sampdoria, telah ditunjuk menggantikan Pippo inzaghi.  Hal ini berarti setelah 6 tahun, Milan kembali menunjuk pelatih asing sejak awal musim untuk melatih tim utama, dan setelah 14 tahun Milan menunjuk pelatih asing yang bukan mantan pemainnya. 

Dalam catatan historis klub,  AC Milan memang pada awal berdirinya sudah dilatih oleh pelatih asing, yaitu salahsatu pendirinya: Herbert Kiplin (Inggris), namun klub ini sebenarnya punya catatan kurang bagus berkaitan dengan pelatih asing.  Tercatat sebelum Sinisa Mihajlovic, sudah ada 17 pelatih asing termasuk Herbert Kilpin yang pernah melatih AC Milan namun hanya 3 pelatih saja yang sukses meraih gelar juara bagi AC Milan. 

Padahal beberapa nama pelatih asing yang pernah melatih AC Milan mempunyai Curriculum Vitae yang menjanjikan.  Sebut saja William Garbutt (Inggris) yang sebelum melatih AC Milan punya prestasi juara Serie A dan juga La Liga, bahkan ada Luis Carniglia (Argentina) yang merupakan salah satu pelatih juara Liga Champions UEFA dari Real Madrid.  Di luar kedua nama tersebut, ada Herman Felsner (Austria),  Bela Guttman (Hungaria), Oscar Tabarez (Uruguay), dan Fatih Terim (Turki) yang mempunyai prestasi cemerlang sebagai pelatih, namun hal tersebut tidak mendatangkan kesuksesan bagi AC Milan. 

Herbert Kilpin, Nils Liedholm, dan Lajos Czeizler menjadi 3 pelatih asing yang sukses di AC Milan.   Dua dari tiga pelatih tersebut mempunyai keterkaitan langsung dengan AC Milan: Herbert Kilpin (Inggris) pendiri klub, dan Nils Liedholm (Swedia) mantan pemain AC Milan.  Lajos Czeizler (Hungaria) menjadi satu-satunya pelatih asing yang tidak pernah ‘membela’ AC Milan namun sukses memberikan gelar juara sebagai pelatih Diavollo Rosso (Red-Julukan AC Milan). 

Tidak hanya itu, Czeizler juga bisa disebut pelatih non-Italia tersukses bagi AC Milan karena menjadi satu-satunya yang pernah memberikan trofi juara tingkat kontinental bagi Milan yaitu Latin Cup 1951.  Siapa sebenarnya Lajos Czeizler?

Czeizler sebelum berkarir sebagai pelatih, merupakan pemain sepakbola asal Hungaria yang sempat bermain untuk klub MTK Budapest tahun 1908-1919, dan mulai menjadi pelatih tahun 1923 untuk klub Polandia LKS Lodz.  Dalam masa awal karir kepelatihannya, Czeizler tidak mempunyai prestasi yang cemerlang. 

Pada masa awal kepelatihan bersama LKS Lodz, ‘prestasi’ tertinggi Czeizler hanya runner-up Grup Selatan Liga Polandia tahun 1925.  Setelah berhenti melatih LKS Lodz pada tahun 1926, Czeizler mulai berkarir di Italia, melatih 2 klub di Divisi 1 : Udinese (1927-1928) dan Faeza (1928-1930).  Petualangan Czeizler di kedua klub tersebut juga tidak cemerlang. 

Udinese hanya menjadi peringkat 6  Grup A Divisi 1 Wilayah Utara 1927-28.  Sementara di Faenza, Czeizler hanya membawa klub tersebut menjadi peringkat 9 Grup C  Divisi 1 Wilayah Utara 1928-29 dan peringkat 12 Grup C  Divisi 1 Wilayah 1929-30.  Lajos Czeizler sempat kembali ke LKS Lodz pada tahun 1935, namun hanya berhasil membawa klub tersebut ke peringkat 6 Ekstraklas (Divisi Primer Liga Polandia) 1935 dan peringkat 7 Ekstraklasa 1936.

Setelah tidak melatih selama 4 tahun, Czeizler berkelana di Liga Sepakbola Swedia tahun 1940.  Di Swedia, Czeizler mulai menunjukkan prestasi saat melatih klub Divisi Utama Liga Swedia IFK Norrkoping tahun 1942-1948.  Dalam periode tersebut, IFK Norrkoping dibawanya menjadi 5 kali juara Liga Allsvenskan, dan 2 kali juara Svenska Cupen (1943 dan 1945).  Di klub tersebut, Czeizler memunculkan 2  bintang Swedia Nils Liedhom, dan Gunnar Nordahl yang keduanya menjadi kunci permainan Timnas Swedia di era 1940-1950 bersama Gunnar Gren. 

Prestasi Czeizler di Swedia, menarik perhatian AC Milan yang pada saat itu baru saja memecat  Giuseppe Bigogno yang dalam 3 musim di Milan gagal memberikan satu pun gelar juara.  Pada saat Czeizler ditunjuk sebagai pelatih Milan tahun 1949, AC Milan sedang mengalami ‘puasa’ trofi selama 34 tahun.  Trofi juara terakhir AC Milan, adalah Copa Federalismo musim 1915-16.

Begitu ditunjuk sebagai pelatih AC Milan, Czeizler mulai melakukan perombakan di skuad utama. Sebanyak 12 pemain tim utama dijual, bahkan diantaranya ada Hector Puricelli (32 tahun) yang menjadi goal getter  AC Milan musim sebelumnya , dan Kapten klub, Giuseppe Antonini (34).  Czeizler ‘menyingkirkan’ pemain-pemain yang berusia tua atau yang kuarang berperan di tim. 

Sebagai pengganti, Czeieizler merekrut 6 pemain dengan usia yang relatif lebih muda diantaranya adalah Nils Liedholm (25), Gunnar Gren (25),dan Lorenzo Buffon (19).  Ketiga pemain tersebut nantinya menjadi rekrutan terbaik bagi Czeizler.   Pada musim pertama bersama AC Milan, Czeizler memang hanya membawa Milan menjadi runner-up Serie A 1949-50, namun prestasi cemerlang ditunjukkan pada musim berikutnya. 

Dengan mendatangkan Mario Renosto di awal musim 1950-51, dan mengorbitkan Tridente Gre-No-Li  (Gunnar Gren, Gunnar Nordahl, dan Nils Liedholm) Milan menjadi juara Serie A 1950-51 dan merebut juara Latin Cup 1951. Prestasi Czeizler yang membawa Milan juara Serie A mengakhiri ‘puasa gelar juara’  AC Milan selama puluhan tahun,dan bahkan Czeizler memberikan trofi tingkat Eropa pertama bagi Milan, yaitu Latin Cup 1951.  Melihat perjalanan karir Czeizler, prestasinya bersama AC Milan bisa dibilang cukup menarik. 

Czeizler memang sukses di Liga Swedia, namun Liga Swedia bisa disebut tingkatannya setingkat di bawah Liga Italia.  Padahal sebelum Czeizler, Milan sempat dilatih oleh 2 pelatih yang sempat meraih juara Serie A,  William Garbutt (Inggris) dan Herman Felsner (Austria), namun keduanya gagal memberikan gelar juara untuk Milan.  Czeizler yang sempat gagal ketika awal berkarir di Italia, justru sukses mengakhiri  ‘puasa gelar juara’ AC Milan.

Ditunjuknya Sinisa Mihajlovic, saat AC Milan sedang mengalami krisis prestasi menjadi menarik apakah Mihajlovic mampu menyamai atau bahkan melampaui prestasi Czeizler.  ‘Prestasi’ Mihajlovic di Italia sebagai pelatih, sebenarnya tidak bisa disebut cemerlang.  Musim lalu, Sampdoria memang dibawa lolos ke Liga Eropa 2015-16 dengan finish di peringkat 7, namun sebenarnya hal itu terjadi karena Genoa yang berada di peringkat 6 gagal memenuhi kriteria lisensi UEFA. 

Kebetulan, ‘prestasi’  Mihajlovic yang kurang cemerlang di Italia hampir sama dengan cerita Czeizler saat pertama kali berkarir di Italia, apalagi keduanya sama-sama berasal dari Eropa Timur.  Oscar Tabarez (Uruguay)juara Copa Libertadores 1987, dan Fatih Terim (Turki) juara Piala UEFA 2000 keduanya gagal total saat melatih AC Milan, bahkan 3 mantan pemain AC Milan (Leonardo (Brazil), Clarence Seedorf (Belanda), dan Filippo Inzaghi) juga tidak mampu memberikan gelar juara.

Menarik untuk dinantikan, bagaimana kiprah Mihajlovic yang bukan mantan pemain AC Milan dan tidak mempunyai ‘CV’  yang cukup cemerlang sebagai pelatih mampu membangkitkan kejayaan AC Milan.   Para Milanisti tentu berharap Mihajlovic akan mampu mengulangi atau bahkan melampaui prestasi dari Lajos Czeizler 65 tahun lalu.

Ref:

1

2

3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun