Setiap manusia yang ada di bumi pasti mempunyai sesuatu mimpi yang ingin diwujudkan. Apalagi saat diri kita manusia masih anak - anak kita pasti mempunyai mimpi yang sangat banyak yang ingin diwujudkan. Namun seiring berjalannya waktu yang membuat kita bertambah usia yang membuat diri kita semakin sering mempertimbangkan sesuatu sebelum memutuskan mewujudkan mimpi kita dahulu saat masih anak – anak dan akhirnya mimpi – mimpi yang kita ingin wujudkan saat anak – anak dulu hanya menjadi kenangan yang lucu karena bisa berpikir mimpi tersebut bisa diraih dengan mudah.
Ini adalah kisah nyata yang saya alami sendiri tentang saya yang harus merelakan mimpi masa kecil saya demi mimpi yang baru saya sadari ketika menjadi mahasiswa di STAN. Mimpi ini berasal dari saat saya masih smp yang mengetahu kalau salah satu saudara perempuan saya di terima di salah satu universitas negeri yang ternama di Indonesia. Yah, Universitas Gadjah Mada namanya di jurusan Kehutanan. Pada saat itu saya selalu memikirkan bagaimana caranya untuk bisa mengikuti jejak saudara perempuan dan bermimpi untuk bisa menimba ilmu di Fakultas Kehutanan UGM. Karena saya yang saat itu masih smp yang ingin memperbaiki hutan yang ada di Indonesia memang juga mempunyai mimpi untuk menjadi seorang Menteri di bidang Kehutanan agar hutan bisa saya jaga.
Namun saat SMA perjuangan untuk menggapai mimpi tersebut sedikit lebih berat karena saya ternyata lebih cenderung masuk ke jurusan IPS menurut tes psikologi memang awalnya saya sesali ketika saya masuk IPS tapi ketika muncul sedikit harapan bisa keterima di UGM jika lewat jalur prestasi dan akhirnya saya dan dua orang saudara laki – laki mengikuti lomba karya tulis tingkat Nasional yang diadakan oleh LIPI yang berhasil mencapai babak seleksi di Jakarta. Sayangnya kami tidak mendapat juara. Namun kata om saya sertifikat nya mungkin berguna pada saat jalur penerimaan undangan prestasi UGM. Saat penentuan pemilihan universitas melalui jalur undangan pun tiba saya pun tetap memilih UGM menjadi pilihan no 1 tapi tidak dengan prodi Kehutanan karena itu milik jurusan IPA. Pada jalur undangan tersebut saya belum berjodoh dengan UGM. Akhirnya saya mengikuti semua tes yang ada untuk masuk ke perguruan tinggi UGM seperti SBMPTN dan UTUL - UGM tak terkecuali dengan tes masuk perguruan tinggi kedinasan STKS dan STAN yang pada awal nya paling saya hindari karena tidak ingin terlalu terikat peraturan.
Dan akhirnya pun aku berhasil memasuki UGM jurusan Sosiologi melalui jalur SBMPTN yang kebetulan juga saya di terima di STKS dan STAN lolos ke tahap berikutnya. Saya lebih memilih UGM daripada STKS tapi masih tetap mengikuti pelaksanaan tes tahap berikutnya dari STAN karena harapan orang tua saya. Di UGM saya mengikuti PPSMB semacam orientasi mahasasiswa baru selama seminggu. UGM memang sangat besar sekali dan banyak mahasiswa dari berbagai daerah seluruh Indonesia berkumpul menjadi satu di UGM. Selama PPSMB Universitas saya mendapatkan banyak sekali teman dari berbagai daerah yang salah satunya akrab dengan saya dari NTB yang bernama Teja dia anaknya sangat humoris yang bisa membuat saya menjadi tidak kaku ketika pertama bertemu orang yang baru. Aku pun mendapat nama panggilan baru di PPSMB fakultas yaitu “asik” aku juga gak tahu kenapa bisa dipanggil seperti itu tapi ya enggak apa- apa soalnya yang member panggilan anaknya cantik. Di PPSMB jurusan aku mendapat julukan “anak yang dingin/keren” padahal sikap ku juga biasa saja tapi jarang bicara mungkin itu yang buat mereka menjuluki seperti itu. Setelah PPSMB selesai waktu kuliah pun tiba dan saat itu pula aku menunggu pengumuman dari STAN. Selama seminggu kuliah aku merasa tidak nyaman dengan kelas Sosiologi karena aku tak bisa paham dengan semua yang dibicarakan dosen di kelas. Saat itu pengumuman STAN dipercepat dan ternyata aku diterima di D-1 Pajak Balikpapan. Saat itu pula aku merenung setelah menelepon semua keluarga ku dan meminta pertimbangan. Pilihan nya memang berat waktu itu karena aku harus mengorbankan mimpi ku menjadi mahasiswa UGM yang dari Smp namun aku juga ingin meringankan beban orang tua ku.
Akhirnya aku memutuskan memilih STAN dan merubah mimpiku arah mimpi ku yang menjadi Menteri Kehutanan melalui UGM sekarang melalu STAN aku ingin mewujudkan mimpi ku menjadi Menteri Kehutanan yang aku cita – cita kan dari kecil. Walaupun lebih jauh dari orang tua tapi aku akan tetap berusaha mewujudkan mimpi tersebut. Orang yang berusaha mewujudkan mimpi adalah pemberani tapi orang yang merubah arah dan mewujudkan mimpi dengan tidak egois adalah orang yang besar hati. Banyak jalan untuk mewujudkan sebuah MIMPI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H