Mohon tunggu...
Dhimas Ramdan
Dhimas Ramdan Mohon Tunggu... Freelancer - NewBie

Teruslah Berkembang dan Berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kematian dan Dilupakan

3 Februari 2024   23:39 Diperbarui: 4 Februari 2024   00:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa hari lalu, aku mendengarkan cerita seorang teman yang sedang merasakan bahwa hidup ia hancur, tak karuan, emosi yang meledak, tak ada yang mengerti dia, hilangnya tempat curhat, dan semangat menjalani kehidupannya tatkala seseorang yang amat ia cintai pergi selama-lamanya. Bahkan ia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya agar bisa bertemu dengan orang yang ia cintai.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, dan aku masih antusias mendengarkan semua ceritanya. Aku tahu dan oaham bagaimana perasaan dia. Karna beberapa tahun lalu, akupun pernah merasakan apa yang ia rasakan. Ditinggal selama-lamanya oleh orang yang kita cintai adalah salah satu fase tersulit yang harus dihadapi setiap manusia.

Setelah dia menceritakan semuanya, kamipun diam sejenak tanpa kata. 'gimana kalau hari minggu nanti kita ke tempat istirahat dia' ucapku. Dia hanya mengangguk.

Tibalah hari minggu itu. Kami sampai di tempat peristirahatan terakhir, kuburan. Kuminta ia untuk berdoa dalam hatinya dan sampaikan apa yang mau disampaikan. Hal sama yang selalu aku lakukan ketika berkunjung ke tempat peristirhatan Bapak. Air mata ia pecah, aku hanya mengelus punggung dia 'gakpapa. Keluarin aja semuanya, karna menangis salah satu cara untuk melepas kesedihan. Asal masih sewajarnya' ucapku mencoba untuk menguatkan dia.

'aku yakin, diatas sana dia pasti melihat semua kegiatanmu, dan tetap mengawasimu di suatu tempat yang sangat indah. Dan berkata dengan sangat bangganya 'lihat, itu anakku' jadi, tetaplah melakukan kegiatan yang biasa kamu lakukan, teruslah berbuat baik, semangatlah dalam menjalani kehidupan, dan yang paling penting tetaplah hidup sehingga ia diatas sana bisa tersenyum bahagia melihatmu.' Ucapku

Minggu pukul 5 sore, aku sampai di kostanku. Setelah membersihkan diri dan memesan kopi di warung dekat kostan, aku mulai merenungi rentetan peristiwa yang baru kulalui. Mulai dari mendengarkan cerita sampai mengantar teman ke kuburan ayahnya. Dan berkata dalam hati apa yang bisa kuambil dari kejadian ini.

Mungkihkah dalam diri manusia tidak ada yang abadi? Misalnya, seseorang yang sudah menjadi jenazah dan sampai kapan dia akan di ingat oleh orang-orang di sekitarnya? 7 hari? Satu bulan? Satu tahun? Yang pasti, cepat atau lambat orang sekitar akan melupakan dia, dimulai dari lupa kebiasaan dia, sampai pada akhirnya tidak ada lagi yang mengingat dia. Kecuali jenazah itu semasa hidupnya sudah memiliki istri dan anak. Mungkin mereka yang akan senantiasa mengingat si jenazah ini. Tapi yang pasti, merekapun akan melupakan si jenazah itu. Seperti lupa bagaimana suaranya dan pada akhirnya mereka benar-benar melupakan si jenazah ini. Sudah dilupakan, tidak ada yang mengingat pula.

Itukah nasib manusia setelah meninggal? DILUPAKAN.

Jujur saja, aku sudah lupa dengan suara orang yang aku sayangi. Yang bisa kuingat hanyalah perasaan menyedihkan itu, dan kejadian mengerikan dalam hidupku. Selain suara dia, akupun lupa pesan terakhir dia untukku, dan keluargaku yang ia tinggalkan. Tapi, ada satu hal yang akan selalu kuingat, yaitu senyum di wajahnya. Aku harap apa yang aku lakukan sekarang ini mampu membuatnya tersenyum di sana dan menganggukkan kepalanya tanda bangga melihat aku di Dunia ini.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Andai kita lihat dari sudut pandang agama. Hanya ada 3 hal yang tidak akan pernah putus yaitu harta yang berguna, doa anak yang soleh/solehah, dan amal jariah. Dari ketiganya, salah satu yang mudah untuk dilakukan adalah amal jariah. Amal jariah ini pun banyak sekali contohnya. Misalnya saja Ibnu Khaldun atau Jalauddin Rumi yang sampai saat ini masih bisa kita pelajari pemikiran-pemikiran mereka melalui tulisan yang diabadikan.

Jadi, andai ada manusia yang tidak mau dilupakan pasca kematiannya. Maka dia harus memulai untuk menulis. Ah, tapi tak harus menulis buku, karna kita hidup dizaman modern yang memiliki berbagai macam media untuk mengabadikan suatu hal yang berharga, bisa sebuah kejadian dalam hidup, penilaian kita terhadap  suatu hal, ataupun pengalaman hidup yang bisa dibaca dan dipelajari oleh anak dan cucu kita takala kita sudah meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun