Mohon tunggu...
Dhimas Ramdan
Dhimas Ramdan Mohon Tunggu... Freelancer - 1% of my life

Teruslah Berkembang dan Berjuang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Selamat Hari Ayah

12 November 2022   21:18 Diperbarui: 12 November 2022   21:23 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sejak kapan hari ayah nasional di laksanakan? Dan kenapa  tanggal 12 November dijadikan sebagai hari ayah? Hari ayah nasional bermula dari PPIP (perkumpulan putra ibu pertiwi) yang merayakan hari Ibu di Solo, Jawa tengah yang sedang  mengadakan lomba menulis surat untuk Ibu pada 22 Desember 2004. Dan, diakhir acara, banyak peserta yang bertanya tentang lomba serupa untuk Ayah. Akan tetapi pada saat itu belum ada agenda nasional untuk memperingati hari ayah. Singkat cerita, PPIP melakukan audiens dengan DPRD Surakarta untuk menyusun agenda nasional untuk memperingati hari Ayah. Dan pada tanggal 12 November 2006 audiens antara PPIP dengan DPRD telah selesai. Sehingga disepakati bahwa tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Ayah Nasional.

Sehingga, Hari Sabtu, tanggal 12 November 2022. Bagi kebanyakan anak, hari Ayah adalah hari yang amat sangat berkesan. Dan bagi beberapa anak, hari Ayah adalah hari yang biasa saja. Mengapa hal itu terjadi?

Pada era sekarang semua anak pasti memiliki Ayah, tapi tak semua masih memiliki seseorang sosok Pelindung Keluarga yaitu Ayah, Papah, atau pun Bapak. Ada yang sedari kecil tak mengenal Ayah, ada yang Ayahnya Telah Berpulang kepada Tuhan Yang Maha memberi Kehidupan, dan bahkan ada juga yang Ayahnya pergi tanpa alasan.

Dan ada pula yang dari bayi sampai sekarang masih memiliki seorang Ayah. Mereka yang masih memiliki Ayah tentu harusnya bersyukur karena masih memiliki seorang pelindung keluarga.  Sosok yang senantiasa melindungi keluarganya dari kerasnya dunia fana ini. Sosok yang senantiasa menuntun dan mendoakan anak-anaknya agar kelak menjadi manusia yang sukses dan berguna bagi keluarga, agama, bangsa, dan orang sekitarnya.

Untuk kalian yang masih memiliki Seorang Ayah. Sayangilah dia, layaknya engkau menyayangi Ibumu. Memang Ayah tak mengandungmu atau menyusuimu, memang Ayah tak selalu ada dirumah dan menemanimu bermain. Tapi percayalah, ketika kamu masih ada di dalam Rahim Ibu, ada Ayah yang menjaga Ibumu dan kamu. Ada keringat Ayah dibalik mainan yang kamu mainkan, da nada jasa Ayah dibalik semua makanan yang engkau makan.

Jadi, sudah seharusnya dan sudah waktunya kamu mencintai, menyayangi, menjaga dan melindungi Ayahmu. Dengarkan setiap kali iya mengajakmu mengobrol atau bercerita, atau buatkan kopi selagi dia masih ada, karena dibalik segelas kopi dan cerita dia, ada pesan yang sangat bermakna dan berguna bagi kehidupan anaknya. bukankah berbicara tentang banyak hal kepadanya jauh lebih baik daripada hanya menulis selamat hari Ayah di Media sosial.

Mungkin bagimu, sosok Ayah adalah sosok yang tegas, tak kenal kompromi, atau sosok yang sangat cuek. Tapi, dibalik ketegasan, kecuekan tersebut. Dia selalu menanyakan hal-hal tentangmu pada Ibu. Dia selalu memastikan semuanya baik-baik saja, dan berharap anaknya menjadi manusia kuat.

Lalu, untuk sebagian anak. Hari ayah menjadi hari yang biasa sama seperti hari-hari lalu. Tak ada sosok pelindung, tak ada sosok yang menjaga keluarga, atau bahkan taka ada sosok yang bisa ia tiru tentang bagaimana cara memandang dunia. Hal itu karena mungkin Ayahnya yang telah meninggal dunia, dia yang pergi entah kemana, atau juga dia yang membuatmu merasa kecawa dan tak nyaman karena ulahnya pada keluarga. Yang pasti, untuk kamu yang tak memiliki sosok Ayah karena berbagai hal. Suatu saat kamu pasti akan memiliki seorang Anak dan Keluarga. Maka, jadilah "Ayah" yang ideal bagi calon anak dan keluargamu. Jadilah Ayah yang selalu kau mimpi-mimpikan kehadiranya. Jangan menjadi "Ayah" yang kau benci, jangan menjadi "Ayah" yang mengecewakanmu.

Terakhir. Terkadang kepergian Ayah menjadi hal yang sangat kau benci. Karena ia telah berpulang pada Yang Maha Kuasa. Kamu mungkin berpikir itu tak adil bagimu, karena disaat kamu membutuhkan Ayah, ia telah berada diatas sana. Tapi, cobalah untuk selalu mengambil hikmah dan pelajaran dari kehilangan Ayah. Misalnya, mulailah menulis tentang hidupmu, tentang pikiranmu dan tentang segala hal di sebuah buku. Sehingga, disaat kamu memiliki anak dan takdir berkata bahwa anakmu akan menjadi anak Yatim (ditinggal mati oleh Ayah). Anakmu masih memiliki "buku" yang kamu tulis, buku yang kamu wariskan untuk anakmu akan menuntun anakmu menjadi seperti anak yang kamu inginkan. Dia akan tumbuh dan berkembang dengan pemikiran-pemikiran Ayahnya yang ada di "buku" itu.

Sekali lagi, selamat Hari Ayah. Jaga dia selagi masih ada, peluklah raganya, dengarkan setiap ceritanya, dan belajarlah dari dia tentang arti dari kehidupan. Lalu, untuk kamu yang ditinggal pergi oleh Ayah, do'akanlah dia, dan percayalah kelak kamu dan Ayah beserta keluarga akan berkumpul kembali di alam sana, di kehidupan setelah kematian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun