Mohon tunggu...
Lintang Hamidjoyo
Lintang Hamidjoyo Mohon Tunggu... -

http://www.lintanghamidjoyo.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Kelompencapir 2.0 : Ayo menanam jagung di kebun kita ?

21 Januari 2011   21:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal positif pada era pemerintahan mantan presiden Soeharto kalau teman teman masih ingat adalah Kelompencapir, dimana secara periodik, Sang Presiden dapat berkomunikasi dan tatap muka secara langsung kepada Kelompok Kelompok Petani di daerah di seluruh Indonesia, Kelompok masyarakat yang peduli pada pemanfaatan informasi. Antara lain untuk mengembangkan usaha masyarakat. baik untuk mencari teknik baru bercocok tanam, pupuk, kecenderungan pasar, maupun keluhan keluhan yang masyarakat rasakan dapat terakomodasi kepada sang Presiden secara langsung melalui kelompencapir.
Tapi lain dulu lain sekarang, Presiden kita saat ini adalah presiden 2.0, dimana beras akan di gantikan dengan jagung seperti di kutip dari Antara News ; Presiden: Sosialisasikan Diversifikasi Pangan Non-Beras". Maksudnya presidennya makan beras rakyatnya makan jagung :p

Tapi ironisnya dengan kemajuan tehnologi seperti saat ini justru soal pangan di indonesia dalam bahaya, Vivanews : Menkeu: Soal Pangan, Indonesia dalam Bahaya, Menkoinfo nya hanya ribut masalah Blackberry yang nggak bayar setoran. Seharusnya pemanfaatan tehnologi informasi komunikasi dimanfaatkan agar pemerintah daerah (Bupati) maupun pemerintah pusat (Presiden) pun secara periodik dapat melakukan Video Conference dengan rakyatnya yang notabene adalah petani, dan dapat disiarkan melalui layar telivisi dan mungkin dapat bekerja sama dengan pihak televisi/RRI dengan format modern.

Apa Perlu dihidupkan kembali Kelompencapir dengan wajah dan format baru ? Kelompencapir sebagai alat perubahan sosial dan budaya yaitu berfungsi untuk mencukupi kebutuhan informasi kepada masyarakat, mengapa pemerintah masih enggan menggunakan tehnologi informasi seperti video/teleconfrence untuk berkomunikasi dengan petani di daerah ? katakanlah sekarang Internet sudah Masuk Desa namun tetap saja rakyat disuruh memikirkanya sendiri. Petani tidak kenal blackberry, petani tidak kenal facebook.

Apapun profesinya kita semua masih butuh beras, apa jadinya apabila generasi petani yang sekarang ada sudah tidak yang mau menanam padi ? sudahkah anda siap makan jagung sebagai makanan pokok ?

Apa perlu Kelompencapir versi 2.0 dihidupkan kembali agar dapat mengatasi persoalan-persoalan sensitif yang timbul di lapisan masyarakat sehingga kebutuhan informasi terakomodir dengan baik dan menyeluruh ?  Alangkah mubazirnya Internet Masuk desa namun tetap saja masyarakat pedesaan tidak dapat berbicara langsung dengan Bupatinya apalagi dengan Presidennya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun