Mohon tunggu...
Dita Nugrahani
Dita Nugrahani Mohon Tunggu... -

tunjukkan bahwa diri kita ada dan patut dipertimbangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

GE

31 Mei 2013   11:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:45 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Ge, seperti huruf e dalam pengejaan kata Gelombang. Tidak dibaca dengan ejaan inggris. Ada enam suku kata yang menyeiringi namaku, sehingga kawan-kawanku enggan menghafalnya. Bukan hanya kawan, guruku saja tak tahu harus menulis bagaimana diijazahku, kemudian dosen serta semuannya. Akhirnya akau hanya menggunakan penggalan paling mudah.

Namaku Ge, lengkapnya Siti Susilowati Handaini Handaisih Ge Makmuran Jumilatin. Aku wanita sukses diusiaku 25 tahun pada Oktober lalu, hal ini membuat aku selalu memberikan aplous pada diriku sendiri.

Bagaimana tidak, sejak lulus SMP aku mendambakan puncak karier di usia 25. Karena itu aku selalu berusaha semua aku raih diusia tersebut. dan sekarang apa yang aku inginkan bisa terwujud dengan kerja kerasku.

Dua tahun lagi garis merah kembali menungguku untuk segera menemukan jodoh, ya itu tidak boleh ditawar. Aku harus sudah menikah diusia 27 dan usia 30 aku siap menjadi ibu. Karierku? Biar menjadi sampingan atau diteruskan suamiku kelak. Aku hanya menarget satu anak, untuk meneruskan tahta yang saat ini telah aku bangun, sikap serta pencapaian sepertiku.

Kemudian garis merah selanjutnya aku akan mengajak suami dan anakku untuk menjalankan ibadah haji. Aku ingin minta maaf dengan Tuhan. Ketika aku kecil lingkunganku terus mengajariku untuk percaya pada batu besar dipojok kampong. Setiap jelang Ujian semester aku akan bangun pagi mengendap, membawa minyak goreng kemudian berangkat kebawah batu itu. Aku menjalankan ritual pada pensil dan buku-bukuku. Semua rapalan aku hapal, dan aku ingin mint maaf pada Tuhan karena itu.

Dan garis terakhir ketika anakku berusia 20 tahun, sudah mampu untuk berdiri sendiri. Yah aku menarget umurku hanya pada 50 tahun saja. Jika Tuhan menghendaki jikalau tidak diusia itu aku akan istirahat, memberikan seluruh waktuku pada Tuhan serta pada kebahagiaan.

**

Namaku Ge, lulusan Magister di Universitas terkemuka. Aku owner perusahaan ternama, dosen pakar dibeberapa Perguruan Tinggi, konsultan puluhan perusahan dalam maupun luar negeri, pendiri yayasan social yang berperan melindungi Ibu dan anak, juga organisasi anti korupsi, serta usaha bareng dengan teman dibidang kontruksi. Aku juga menjadi wanita panggilan untuk beberapa desainer dunia, setelah itu fotoku akan dinikmati para pemerhati fashion internasional. Usahaku telah merambah dibeberapa Negara, aku memilih GE sebagai label besar beberapa produk yang kini banyak dicari orang.

Sebentar lagi aku akan merampungkan strata Doktoralku dibidang yang aneh dan menurut beberapa temanku unik, kata mereka tak singkron dengan keilmuanku saat ini. Ya diam-diam aku menikmati kuliah strata 3 difakultas Boga. Tentu karena 2 tahun lagi aku akan bersuami dan selanjutnya aku akan siap menjadi ibu.

Aku tidak perlu koleksi mobil terlalu banyak, hanya jeep untuk beberapa kali refresing lintas alam, sedan Segitiga, serta Jaguar terbaru yang baru saja dikirim dari dealer. Aku tak berharap mempunyai sopir dan bodyguard dalam perjalananku. Karena semua bisa aku lakukan bersama Tuhan. Aku menikmati itu.

Pertemuan dengan beberapa kolega membuat aku semakin optimis aku akan segera menikah 2 tahun lagi. Menurutku Tuhan tidak akan bohong, setalah apa yang Dia inginkan aku lakukan.Untuk masa depanku temanku kembali menertawakan aku. Aku mulai kesengsem dengan sosok lembut seorang pustakawan muda. Lulusan D2 disalah satu Perguruan Tinggi swasta. Kami berjodoh dipertemukan disebuah rapat terbuka disalah satu Perguruan Tinggi. Ya temanku tertawa juga untuk hal ini. Mungkin menurutnya aku terlalu bodoh.

Aku yakin dia jodohku, pustakawan serta interpreneur muda dikotanya. Membuka beberapa gerai makanan kecil bersama koleganya seprofesi. Aku yakin dia jodohku, sepertinya Tuhan telah menyampaikan ini padaku kapan waktu. Tapi aku tidak mau membicarakan dia terlalu panjang. Yang pasti komunikasi kami baik sampai saat ini, dan dia lelaki yang bisa membuatku menjadi Ge yang sebenarnya.

**

Siti Susilowati Handaini Handaisih Ge Makmuran Jumilatin, ya itulah aku alias Ge. Aku tulen keahiran Jawa, Jawa Timur, tepatnya di Desa Gedangan, Pacitan. Pesisir selatan dekat dengan Dewi Retno Suwido alias kanjeng ratu kidul. Siapa yang tidak mengenal aku, beberapa kali wajahku tersorot tivi nasional dalam acara pembahasan yang serius. Dan itulah aku yang kerap kali didatangi sekelompok mahasiswa dari berbagai kota untuk belajar bersama.

Hidupku menyerupai dongeng, ditengah kerajaan besar yang super lengkap membuat aku tidak pernah terusik. Aku sendiri, bersama bayang-bayang masa depan yang tinggal aku petik. Dirumah beberapa pembantu selalu membuat aku bersyukur memiliki mereka. Sosok-sosoknya cekatan dan selalu benar apapun yang kuminta.

Aku mau hidup sehat, ahli gizi serta lulusan akademi keperawatan dan sarjana boga ku kolaborasikan untuk menu setiap hari. Mereka adalah penjaga sepiring hidangan yang akan aku santap 4 kali sehari. Tetapi aku tidak suka dokter, karena aku bisa atasi sakit tanpa obat. Aku selalu melakukan olahraga rutin yang pas untuk tubuhku, makanan yang sesui, tidur tepat waktu, dan menyeimbangkan aktifitas dengan istirahat yang cukup.

Seorang pembantu lagi adalah tetanggaku, yang kini anaknya aku kuliahkan di Perguruan Tinggi. Dia bersama suaminya penanggungjawab out door taman dan lain-lain. Beberapa waktu lalu suaminya selesai aku ikutkan pelatihan tata taman yang diadakan koalisi beberapa perusahaan kontruksi. Seorang ahli mechanic menjadi bidikanku, dia lulusan S1 dibidangnya, tugasnya hanya digarasiku, dan dia lolos melakukan semua hal yang aku inginkan.

Pavilium belakang ada 4 guru seni yang masing-masing konsen di seni rupa, gerak, fotografi serta kelompok menulis. Aku wadahi anak-anak yang menurut orang tuanya hiper aktif disana, gratis, walaupun anak pejabat nomor satu dinegara ini. Aku sayang mereka, dan aku tahu mereka mempunyai hal lain yang diandalkan. Disana juga tersedia seorang psikolog dan ahli anak. Aku hanya ingin membantu mewujudkan masa depan mereka.

***

Ya itulah aku Ge. Setiap satu bulan sekali, aku selalu meluangkan waktu untuk datang ke kuburan ibuku yang baru saja aku benahi. Kuburan nun jauh ditanah kelahiranku, membutuhkan waktu sehari semalam perjalanan dengan mobil dan angkutan antar provinsi yang lain. Hal ini membuat aku beberapa kali harus menggunakan jet sewaan.

Ibuku meninggal ketika aku brumur 10 tahun. Ironisnya ibuku ditinggal mati orang tuannya ketika masih bayi, setelah itu hanya ada 1 saudara yang menjaga ibu hingga dewasa. Aku meyebutnya Paklik, dia pula yang menjagaku hingga usiaku 15 tahun, dan kemudian dia menyusul ibu meninggalkanku.

Bapakku adalah seorang lelaki yang bertanggungjawab. Itulah, kenapa sampai saat ini aku selalu berusaha menyelami dan memahami pikiran lelaki. Aku sangat menyayagi bapakku. Walaupun sekejap saja aku tidak pernah tahu wajah bapakku. Kata ibu itu adalah rahasiannya. Tetapi aku yakin aku pasti punya bapak, itu juga yang dikatakan ibu.

Aku berfikir, kalau dulu bapakku menikahi ibu itu berarti bapakku bukan lelaki bertanggung jawab, karena boleh jadi, bapakku adalah bapak anaknya. Yang harus dijaga dan diberinya tanggungjawab penuh. Beberapa kali aku meneteskan air mata melihat leleki tua yang mengemban tugas berat, aku tahu jika bapakku ada begitulah yang akan dilakukan untukku, dan bapakku sekarang ini pasti melakukan itu juga untuk keluarganya. Jikalau suatu hari ada lelaki renta datang padaku, mengenalkan diri sesuai profilnya bahwa dia bapakku, akan aku jadikan dia raja diraja dirumahku.

Diusiaku 15 tahun, lulusan SMP, membuat aku harus menapakkan semuannya sediri. Pagi hari usai subuh aku mencucikan tumpukan piring bu lurah, setelah itu aku meyapu halaman sekolah dasar didesaku. Kemudian aku mengumpulkan sampah dari beberapa tetangga yang akan dibeli bu Rusmi untuk dijadikan pupuk. Lalu agak siang aku membantu warung sebelah. Satu tahun semua berjalan seperti itu. Dan aku menikmatinya. Uang itu aku pakai masuk kejar paket SMA. Dan aku diterima kerja sebagai OB dikantor rekonstruksi.

Aku pakai duitnya untuk kuliah D2 kemudian melanjutkan ke S1. Menjadi mahasiswa membuat aku berkarier bagus dibeberapa perusahaan ternama. Juga penulis freelens dimedia dan perkantoran. Dan itulah aku yang terus membuka jaringan besar. Mengenggam kepala merea satu persatu. Mempercayakan mereka bahwa Ge tidak pernah digariskan menjadi gadis kampong yang cupu.

***

Ya akulah Ge, yang bberapa waktu lalu miris melihat beberapa kawan kampungku memilih hal yang selama ini tak pernah aku bayangkan. Syifa’, anak guru ngaji Masjid besar mengatakan padaku akan berhenti tahun ketiga kariernya karena ditahun itu telah dirasa cukup banyak apa yang akan didapat. Namun hingga tahun kesekian gadis ayu itu tetap menjalani kariernya, sebagai penjaja kemaluan yang handal.

Lusiana, tak jauh dari itu. Usai kucarikan majikan dia rela menjadi istri kelima anak majikannya. Demi sebuah usaha dan masa depan cerah. Beberapa kali kutemui dia teah menjadi ibu muda nan cantik dan bersahaja. Kaya raya tentunya.

Aku ingat pada Herlin, anak kepala sekolahku yang dulu selalu ringking 1 ketika SD. Terakhir aku bertemu 2 tahun lalu, dengan mobil eropa terbaru nyaris tak lagi mengenaliku. Dia masih suka membujang, menikmati hubungan gelapnya dengan seorang menteri berdompet tebal. Aku tahu benar bagaimana dia melakukan kehidupannya. Waktunya habis untuk bersenang-senang.

Prihatin, anak piatu yang selalu pendiam. Tambang batu barannya slalu memberikan provit yang tak habis utnuk 7 turunan. Dia selalu mengatakan selangkangannya perih untuk aborsi yang ke 6 kalinya. Dia berjanji akan rutin minum Pil KB sejak itu.

Itu teman dekatku dulu. Si Ahmad, lelaki baik hati. Yang ketika SD selalu mau mengambilkanku buah ceremai tinggi. Dia datang membuat aku selalu menjadi pendengar baik. Katanya pegawai negeri tak cukup membuatnya hidup bersama ke 2 istri serta 3 anaknya. Tahun lalu dia memutuskan berangkan menjadi TKI ke Taiwan. Dan sepanjang sore bulan lalu aku tertegun, dia mengirimiku foto bersama istri barunya disana, berdandan nyentrik dengan jaz mahal. “Aku krasan disini,”katanya.

***

Aku tidak akan menjadi mereka, aku akan menjadi Ge, yang terus tumbuh dalam irama dan intonasi tinggi. Agatr nanti aku tak memilih menjadi mereka kawan-kawanku. Agar nanti aku bias bertanggung jawab seperti ayahku. Siti Susilowati Handaini Handaisih Ge Makmuran Jumilatin, akan tetap manjadi nama panjang, yang diucapkan setiap orang dalam alunan cantik dan puji-pujian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun