Memang benar, ada kalanya, atau bahkan seringkali, kebahagiaan kita mencederai kebahagiaan makhluk lain.
Pertikaian, peperangan, korupsi, pembunuhan, kejahatan, semua kepahitan berakar dari pikiran yang sempit, yaitu "This is mine."
"Maka kita wajib bijaksana. Be kind to everything that lives. Find happiness in kindness," ucap beliau.
Memang kita perlu cermati kebahagiaan itu sendiri.
Kita semua ingin berbahagia.
Semua makhluk pun ingin berbahagia.
Maka, mari jadikan keinginan untuk berbahagia ini sebuah energi positif untuk menjadikan diri sebagai pribadi yang lebih bajik dan bijak.
Bukannya malah menjadi ajang perang kepentingan yang saling mencederai kebahagiaan masing-masing.
"As part of the universe, we should extend loving-kindness to all beings.
We seek happiness, and so do all beings; they also seek happiness.
Animals feel the same way: they too seek happiness.
And for all aspirations, we must create causes or conditions.
If we desire longevity, we must frequently practice fangsheng.
If we seek wealth, we must donate often, and
If we aim for happiness, we must smile often, reduce anger," he continues.
Apabila sebab kebahagiaan bermuara dari kebaikan, maka itulah kebahagiaan.
Namun apabila suka cita kita menyakiti makhluk lain, itu bukanlah kebahagiaan, tetapi ketamakan.
Di kala penulis telah memutuskan untuk berbahagia, dia dijodohkan dengan pembabaran Dhamma tentang berbahagia dengan cara yang bijaksana.
Semesta tahu penulis yang masih awam ini perlu dibimbing agar dia tidak memburu kebahagiaannya dengan membabibuta.
Salah jika dia tidak mengindahkan kebahagiaan makhluk lain hanya agar kebahagiaan dia tercipta.
Mere greed.
Selamat Hari Raya Waisak bagi saudara-saudara yang merayakan.
Kiranya hari ini menginspirasi kedamaian hati dan kebahagiaan bagi semua makhluk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H