Sebaliknya, apabila pikiran seorang manusia ini damai, sanggup melepas, menerima kenyataan sebagai sebuah kenyataan, tetap berusaha dan mampu menerima kegagalan sebagai sebuah pembelajaran. Maka dunia ini penuh dengan kebahagiaan. Di sinilah surga.
Dari sini penulis melihat bahwa surga dan neraka bukanlah sebuah tempat yang nun jauh di sana; di angan-angan.
Di langit tingkat sembilan atau di lorong tergelap di dalam tanah.
Tetapi di sini; dekat di sini: di dalam kepala kita sendiri.
Maka, pertanyaannya:
Mau kah kita memutuskan untuk berbahagia sekarang?
Penulis telah memutuskan bahwa mulai sekarang dia akan memilih untuk berbahagia.
____
Karena jodoh, di masa-masa perayaan Hari Raya Waisak, penulis mendengarkan sebuah pembabaran Dhamma oleh seorang bikhu tentang kebahagiaan.
Sungguh berjodoh.
Beliau bertanya, "We all wish for happiness. Is it right?"
"Benar," ucap semua umat sepakat.
"Namun bagaimana jika, contohnya seseorang berpikir bahwa dia akan merasa bahagia apabila mendengarkan kicau burung setiap pagi. Maka dia mengurung burung ini untuk menghiburnya. Apakah ini patut?"
Sungguh luar biasa.