Mohon tunggu...
DiMei
DiMei Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang murid di sekolah kehidupan

Seorang manusia dan murid yang biasa-biasa saja. Ingin berbagi cerita kepada semua yang mau sama-sama belajar tentang apa saja. Berharap tulisan saya dapat menjadi sebuah titik kecil di dunia yang kadangkala terlalu sibuk untuk sekadar berhenti sejenak.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa tapi Kok Tidak Menang?

23 Maret 2024   06:06 Diperbarui: 23 Maret 2024   06:24 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa Tapi Kog Tidak Menang?

"Kamu kog makan depan aku sih. Aku ini sedang puasa," celetuk seorang kawan penulis.

Merupakan sebuah berkat.
Sekolah penulis adalah sekolah dengan anggota yang sangat heterogen. Fitur lingkungan yang seperti ini membuat penulis banyak belajar. Rekan-rekan datang dari background yang berbeda-beda. Maksudnya bukan pendidikan formal dimana orang tua adalah S1 atau S lima, tetapi lebih ke pendidikan keluarga dan nilai-nilai yang ditekankan di rumah.
Karena ragamnya, kejadian sehari-hari menginspirasi penulis, dan itu semua selalu memperkaya dia.

Di bulan Ramadan ini penulis mendapatkan kesempatan dari semesta untuk belajar makna berpuasa.

Berpuasa sejatinya ada di hampir semua agama.
Di dalam Catholicism ada yang disebut berpantang. Di masa-masa paskah umat berpuasa untuk merasakan saat-saat di mana Tuhan sedang bersedih dan susah. Dengan berpantang dari makanan yang disuka, umat turut merasakan perjuangan Tuhan di kala itu; refraining from indulging oneself.

Di dalam Buddhism ada juga tata cara berpuasa dimana umat menjalani kehidupan sederhana seperti pertapa. Tidak makan selepas tengah hari, tidak mendengarkan musik, menonton tayangan hiburan, bernyanyi dan sebagainya. Menjalani kehidupan non-duniawi seperti para bikhu

Di muslim, kurang lebih sama. Tidak makan minum ditambah bersabar menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan batalnya puasa.

Pada intinya, penulis melihat sebuah persamaan misi dalam berpuasa di semua ajaran-ajaran di atas, yaitu pentingnya pengendalian diri atau self-denial.  Ini adalah sebuah 'latihan' untuk mengendalikan mental kita.

Yang pertama menjadi penggoda adalah raga yang lapar dan haus. Raga menderita akan meronta-ronta mempengaruhi jiwa yang berpuasa. Alhasil, pelatihan ini akan menjadi lebih efektif dan berasa karena kondisi yang direkayasa.

Bagaimana aku menanggapi rasa lapar dan haus ini.
Keinginan untuk melahap nasi padang yang berminyak ini.
Atau jus jambu yang pink sejuk beraroma?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun