Mohon tunggu...
Dimas Wibisono
Dimas Wibisono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Im a Fallen Trees

Seperti Api.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Konvergen dan Potensinya

14 April 2021   11:35 Diperbarui: 14 April 2021   11:40 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tugas ini tentang persoalan pengalaman saya dengan Media Konvergensi dan seluk beluknya, Saya pribadi sedang menjalani sebagai mahasiswa UAD semester 4 akan menjabarkan dan menceritakan pengalaman saya tentang Medi Konvergen ini, sebelum itu kita ulas apa itu Media Konvergen ? Seperti yang kita tahu Media Konvergen adalah penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan kedalam satu titik tujuan. Konvergensi media biasanya merujuk pada perkembangan teknologi komunikasi digital yang dimungkinkan dengan adanya konvergensi jaringan. Konvergensi jaringan adalah suatu koeksistensi efisien telepon , video dan komunikasi data dalam satu jaringan. Penggunaan beberapa mode komunikasi dalam jaringan yang tunggal bisa menawarkan kenyamanan dan fleksibilitas dan bukan tidak mungkin jika dengan prasarana yang terpisah.  

Konvergensi biasanya pada umumnya berarti persimpangan media lama dan media baru. Pernyataan dari Henry Jenkins bahwa Media Konvergensi adalah "Aliran Konten di platform beberapa media yang kerja sama antara industri beberapa media dan perilaku khalayak media"

Konvergensi media tidak hanya pergeseran dalam paradigma industri budaya dan sosial yang mendorong konsumen untuk mencari informasi baru. Konvergensi media terjadi dengan melihat bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain pada tingkat sosial dan menggunakan bentuk baru media dan konten yang menghubungkan kita secara sosial dan tidak hanya ke konsumen lain namun untuk para produsen perusahaan media. Gerakan konvergensi media tumbuh secara khusus dari mulai munculnya Internet dan  digitalisasi informasi. Konvergensi media ini menyatukan 3C yaitu Computing (Memasukkan data melalui komputer), Communicantion ( Komunikasi), dan Content (Materi isi/konten). Teori konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins pda tahun 2006 menyatakan bahwa konvergensi media merupakan sebuah proses yang terjadi sesuai dengan perkembangan pada budaya masyarakat.

Faktor faktor pendorong Konvergensi Media :

-Perubahan Perilaku Konsumen , Pada tahun 2009 sebuah penerbitan surat kaar media di Amerika Serikat The Boston Globe menunggu nasib untuk ditutup atau diteruskan oleh investor baru . Performa koran yang sudah berusia 137 tahun itu merosot karena perubahan perilaku konsumen membaca berita. Oplah menurun 14 persen dalam 6 bulan pada tahun 2009

-Tahun 2009 di Amerika Serikat merosotnya sirkulasi dan pendapatan dari iklan juga memaksa surat kabar Tribune Co. memutuskan hubungan kerja 61 orang dari 205 tim berita The Baltimore Sun. Sepekan sebelumnya , Chicago Tribune juga merumahkan 53 karyawan ruang redaksi.

-Harga bahan baku koran semakin mahal

Pendukung Konvergensi Media yaitu Media Massa Konvensional ( Tv, Radio, Surat kabar) , Intenet dan Perangkat Lunak. 

Bentuk media baru akibat konvergensi media yaitu munculnya fenomena konvergensi media ini, memaksa media konvensional melebarkan sayap dan masuk kedalam jaringan internet untuk dapat mempertahankan atau memperluas bisnisnya. Jurnalisme konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis media cetak, media siar dan media web untuk menghasilkan berita terbaik yang dimungkinkan, dengan menggunakan berbagai sistem penyampaian. Hal ini menyebabkan berkembangnya media konvensional menjadi digital. Aplikasi teknologi komunikasi terbukti mampu menjebatani jalur transportasi pengiriman informasi media kepada khalayak. Akibatnya muncul jurnalisme online yang membuat wartawan untuk terus menerus memperbaharui informasi yang mereka ampilkan seiring dengan temuan - temuan baru di lapangan. Dalam konteks ini, konsekuensi lanjutnya adalah berkurangnya fungsi editor dari sebuah lembaga pers karena wartawan relatif mempunyai kebebasan untuk segera memasukan informasi baru tanpa terkendala lagi oleh mekanisme kerja lembaga pers konvensional yang relatif panjang .

Televisi sebagai media konvensional, dirasa masih tetap eksis menahan genpuran media-media baru yang ada. Berdasarkan hasil survei yang dikembangkan oleh Neilsen televisi masih diminati dan mendapatkan tempat teratas media yang di minati oleh masyarakat Indonesia. Khalayak pada umumnya menyukai televisi dikararenakan karakternya yang praktis akan sebuah informasi dan hiburan yang disajikannya (Sari, 2016). Perkembangan televisi diikuti dengan bertambahnya stasiun televisi baik lokal maupun nasional dari tahun ke tahun serta diberangai dengan meningkatnya mutu kualitas dan kuantitas menjadikan bukti media televisi masih bisa eksis sampai saat ini dikalangan masyarakat.  Para kreatif industri pertelevisian tidak pernah berhenti untuk melakukan eksplorasi dan penemuan formula baru dalam menayangkan sebuah program audiovisual yang berkualitas (Suprihono et al., 2019). Kemunculan internet didalam perkembangan televisi menumbuhkan kolaborasi diantara keduanya, atau biasa disebut dengan istilah konvergensi. Tapscott (1996) dalam bukunya yang berjudul The Digital Economy, Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence, menyatakan bahwa telah terjadi perubahan perkembangan industry mesin/otomotif ke bentuk komputer dan jaringan (networking). 

Masifnya informasi terjadi ketika pola komunikasi yang dibatasi oleh ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas sehingga tidak mengherankan apabila terjadi perubahan dari media massa konvensional menjadi media massa baru. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pesatnya perkembangan teknologi media massa mencuatkan istilah konvergensi media di kalangan para penggiat media. Romli (2016) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa fenomena awal konvergensi media mulai dirasakan pada media cetak dan radio hingga akhirnya mulai merambah ke industri pertelevisian nasional. Dalam pandangan para penggiat media, hadirnya konvergensi dipandang sebagai proses multiplatform konglomerat media yang sebelumnya terspesialisasi dalam satu platform seperti cetak, radio, televisi atau online. Konvergensi teknologi platform terjadi karena digitalisasi konten media, yang menyebabkan media lama dan baru bertabrakan (Jenkins, 2006). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun