Mohon tunggu...
Dimas Prasetyo
Dimas Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Menulis adalah mengeluarkan energi yang negatif dalam diri dan dijadikan sebuah rangkaian kata yang menjadi kalimat per kalimat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Buku "Aku" dalam "Ada Apa Dengan Cinta" Adalah Cikal Bakal Anak Muda Membeli Buku

17 Mei 2019   15:33 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:37 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di awal kemuculan film ada apa dengan cinta di tahun 2002, pasti sudah tidak asing lagi kan bagaimana cerita Rangga dna Cinta yang saling mencintai, namun akhinrya terpaksa dipisahkan karena rangga harus pergi ke amerika, dan cinta yang punya geng ceweknya di sekolah sebagai anak mading yang sangat hits pada masa itu.  

Tapi tahu kah kalian bahwa ada yang lebih hits dan malahan mempengaruhi penontonnya yang membius para penonton film ada apa dengan cinta, salah satunya adalah buku "Aku", karangan Sjuman Djaya, yang dimana banyak penonton film ini membeli bukunya hanya sekedar untuk menjadi rangga yang keren, dan menjadi pria misterius karena selalu membaca buku di jam istirahat dan menyendiri, seperti anak yang sangat pintar. Namun saat kita akhirnya membeli bukunya dan membacanya di sekoah malah jadi kayak siswa tidak jelas dan akhirnya malah malu sendiri, pernah ada yang seperti ini kan?.

Tapi dari sini, buku "aku" yang bercerita tentang perjalanan hidup Chairil Anwar dan karya nya sebagai penyair adalah cikal bakal dari kita anak muda yang akhirnya membeli buku, walau hanya sekedar ajang gaya gayaan saja, tapi setidaknya kita bisa memahami dan mengerti isi buku tersebut dan pastinya yang paling penting bagi anak muda di masanya bisa menjadi rangga dalam sehari dan mungkin bisa menggaet wanita seperti cinta lewat puisi puisi ala rangga.

Dokpri
Dokpri

Bahkan, pasti ada yang membacanya hingga berkali kali, mungkin kalau dahulu sudah ada yang namanya instagram pasti bakal kita posting, dengan caption yang mendayu dayu, atau akan mengutip puisi yang ada di dalam buku untuk kode kepada gebetan.

Tapi balik lagi, pada masanya buku ini sangat sulit untuk didapatkan, bahkan jarang banget untuk didapatkan. Bahkan untuk membelinya itu harus berjuang mencari dimanapun karena toko buku pada saat itu masih sedikit, begitu pun toko buku yan eceran juga kadang sudah habis, karena diburu oleh anak muda laiinnya yang ingin keren seperti Rangga. Namun ada hal postif yang dapat kita bisa ambil, yaitu kita bisa memahami buku, mengerti isi buku dan mengenal tentang buku.

Jadi pernah kah anda menjadi rangga pada zaman itu, terima kasih rangga karena kau telah mengenalkan kita dengan buku. Selamat hari buku nasional.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun