"Antara Anyer dan Jakarta...Kita Jatuh Cinta...Antara Anyer dan Jakarta...Kisah cinta tiga malam...Kan kuingat selamanya...Antara Anyer dan Jakarta"Â
Penggalan lirik dari tembang yang dinyanyikan oleh Datuk Sheila Majid yang bertajuk 'Antara Anyer dan Jakarta'. Tembang yang menceritakan tentang kisah cinta terlarang yang hanya terjalin selama 3 malam saat keduanya sedang berada di Anyer. Serupa dengan apa yang dirasakan oleh Mahasiswa UNJ yang tinggal di sekitar JABODETABEK, mereka telah jatuh cinta dengan UNJ, tapi terhalang oleh jarak. Mungkin transportasi bisa merestui hubungan mereka, tapi kebijakan pemerintah berkata tidak.Â
Bagi mahasiswa yang menaiki KRL pastinya akan singgah di Stasiun Manggarai untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Rawamangun dengan menaiki Transjakarta. Secara nominal, kedua akomoda tersebut tidak memakan banyak pengeluaran. Total bisa menghabiskan sebanyak Rp. 3.000,00 - Rp. 5.000,00 untuk KRL dan Rp. 3.500,00 untuk Transjakarta. Dengan nominal kurang dari Rp. 10.000,00 mahasiswa bisa menjalin hubungan yang erat dengan UNJ.Â
Namun, terdapat banyak halangan yang mencoba untuk memutuskan hubungan keduanya. Mereka tidak bisa berangkat dengan nyaman karena harus berdesak-desakan dengan penumpang lain, utamanya adalah pekerja yang juga harus berangkat pagi. Tidak sampai di situ, hubungan mereka juga tidak direstui oleh Pemerintah DKI Jakarta. Pasalnya pada tanggal 30 Oktober 2023 lalu, Pemerintah DKI Jakarta resmi membuka pembangunan LRT fase 1B antara Velodrome dan Manggarai. Pembangunan ini menyebabkan kemacetan yang brutal di sepanjang jalan dari Manggarai menuju Rawamangun, terutama di Jalan Tambak.
Bahkan sebelum dilakukan pembangunan LRT, Jalan Tambak sudah terkenal macet. Jalan yang tidak terlalu besar ini harus dikorbankan untuk pembangunan LRT, spesifiknya dibagian jalan khusus Transjakarta. Sehingga Transjakarta harus melalui jalur yang biasa dilalui oleh kendaraan pribadi yang mengakibatkan kemacetan yang tidak terelakkan. Dengan begitu, kendaraan harus bergiliran untuk keluar menuju pertigaan Jalan Proklamasi dan Jalan Matraman Raya. Biasanya kemacetan akan berlangsung selama kurang lebih 30 menit, waktu yang sangat berharga bagi mahasiswa UNJ untuk mengejar kelas setiap harinya.Â
Salah satu mahasiswa UNJ yang tinggal di Bogor, biasanya harus berangkat dari pukul 5 pagi untuk menghindari keterlambatan. Bukan untuk menghindari kemacetan di Jalan Tambak karena kemacetan akan selalu menyertai Jalan Tambak. Butuh waktu 3 jam perjalanan untuk setidaknya sampai dan tidak terlambat mengikuti kelas, utamanya kelas pagi.Â
Bagi mahasiswa UNJ yang terbiasa menaiki transportasi umum, tidak ada alternatif lain, selain dua akomodasi tersebut. Dengan dibangunnya LRT rute Velodrome-Manggarai, diharapkan bagi mahasiswa UNJ dan penumpang layanan transportasi umum lainnya, bisa memiliki alternatif akomodasi lain. Meskipun harus memakan korban di segala aspek, seperti waktu dan mental.Â
PJ Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi juga menyampaikan bahwa faktor kunci untuk mendorong masyarakat mau menggunakan transportasi publik adalah kemudahan dan kenyamanan. Pembangunan LRT fase 1B dijadwalkan akan rampung pada September 2024. Dengan begitu, pengguna transportasi umum, utamanya mahasiswa UNJ harus bersabar, setidaknya sampai bulan September nanti.Â
Adapun siasat mahasiswa UNJ untuk terhindar dari kemacetan dan ancaman terlambat masuk kelas pagi adalah menggunakan kendaraan pribadi. Beberapa mahasiswa yang tinggal di kisaran Bekasi, lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor karena jarak menuju kampus tidak terlalu jauh. Mereka hanya menempuh waktu kurang dari dua jam untuk sampai di kampus. Begitu pula dengan salah satu mahasiswa yang tinggal di Tangerang Selatan. Dia berangkat pada pukul 6 pagi dan bisa sampai ke kampus tanpa terlambat.
Namun, bagi yang tinggal di daerah Bogor atau Depok untuk bisa sampai ke Rawamangun, perlu waktu yang lebih lama. Bukan hanya waktu, tapi juga mental untuk menghadapi begal. Mereka bisa saja sampai tujuan dengan keadaan tanpa kendaraan atau bahkan hanya kendaraan saja.
Selain itu, ada siasat lain untuk menghemat waktu, yaitu dengan menaiki ojek online. Jika memesan dari Manggarai, memang akan merogoh kocek yang mahal, yaitu sekitar Rp.20.000,00 sampai Rp.25.000,00, apalagi jika tidak memiliki promo potongan harga. Maka dari itu, disarankan untuk turun di beberapa stasiun yang dekat dengan kampus UNJ, seperti Stasiun Kramat, Stasiun Pondok Jati, dan Stasiun Jatinegara. Dengan begitu harga yang digelontorkan untuk menaiki layanan ojek online tidak terlalu mahal, hanya sekitar Rp. 16.000,00 saja, tidak termasuk jika ada promo potongan harga.Â
Memang jarak antara Manggarai dan Rawamangun tidak sejauh Anyer dan Jakarta, tapi mengapa begitu banyak cobaan yang menimpa? Seolah semesta ingin menguji kesetiaan mahasiswa UNJ dengan memberi segala gempuran cobaan. Semoga saja kebijakan pemerintah segera berakhir, sekaligus mengakhiri kisah cinta terlarang mahasiswa JABODETABEK dengan UNJ.Â
"Kini seakan mimpi yang buruk...Kualami setiap hari...Cinta yang sudah tiada lagi...Tinggal memori membawa kembali"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H