Mohon tunggu...
Dimas Rahmaddika
Dimas Rahmaddika Mohon Tunggu... Mahasiswa - belajar

Mahasiswa yang tidak pandai menulis

Selanjutnya

Tutup

Music

Musik Keras dan Skena Underground-nya

27 April 2021   17:00 Diperbarui: 27 April 2021   17:10 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Metallica on stage. posted by HANNY777 on http://heavy-metal-rock-fan.blogspot.com/2009/10/metallica-world-magnetic-tour.html

Musik keras seperti rock, metalcore, deathcore, hardcore, post-hardcore, punk, screamo, noise, dan lain-lainnya kini menjadi bahan perbincangan apakah musik-musik dengan genre tersebut masih dapat berkembang dalam industri permusikkan dan apakah masih dapat menarik para pendengar baru—terutama pendengar dari generasi sekarang. Jika kita sandingkan dengan lagu pop sekarang yang dimana dengan nuansa bumbu EDM dan bumbu sound FX, dipastikan menjadi pilihan para remaja sekarang, dikarenakan musiknya yang ringan dan alunan yang enak untuk berjoget. Lalu apakah musik-musik keras akan mati? Apakah frase “rock is dead” benar nyata adanya?. 

Sebuah ilustrasi yang terlalu lebay untuk menggambarkan kematian musik-musik keras. Bagi mereka musik keras tidak ada matinya, bahkan mereka juga akan ngotot berargumen bahwa lagu-lagu keras tak akan pernah mati. Mereka lupa dengan suatu keniscayaan dimana zaman sekarang bukan lagi eranya musik keras.

Walaupun kenyataan ini bukanlah fakta yang mudah untuk dicerna. Tetapi di era sekarang para remaja akan lebih memilih lagu pop culture, EDM dibanding mereka harus mendengar lagu metal-rock-hardcore dan lainnya. Fenomena itu juga tidak bisa dipungkiri lagi ketika pada beberapa tahun terakhir ini musik dengan genre keras tidak bertengger dalam papan atas bilboard. Papan atas bilboard selalu diisi dengan lagu pop, cengeng, EDM yang digunakan untuk berjoget-joget. Dari sini aja sudah bisa dikatakan bahwa musik keras telah mati. 

Tidak bisa ditolak lagi bahwa remaja sekarang akan lebih memilih mendengarkan lagu-lagu yang terasa familiar di telinganya, bak musik yang mirip layaknya musik pengiring iklan produk keren yang menyasar kalangan remaja. Beberapa tahun terakhir, konsumen remaja mutlak jadi sasaran utama iklan produk-produk keren. Sebagaimana Migos yang memamerkan 19 brand, seperti Chanel dan Segway dalam lagunya “Bad and Boujee”, lalu ada Miley Cyrus dalam video klip lagunya “We Can’t Stop” yang dengan jelas memoleskan bibirnya dengan EOS lip balm. 

Atau seperti para musisi yang seakan berlomba menggunakan headphone Beats by Dre. Dengan fenomena seperti itu, kehidupan lifestyle yang selalu glamour dengan menggunakan perhiasan serba mewah ditambah lagi dengan lagu lagu macam iklan, mengakibatkan kualitas musik pop era sekaran menurun dan melorot jauh.

Ini menjelaskan mengapa remaja sekarang lebih memilih musik yang mereka akrabi. Mereka hanya ingin mendengarkan musik ringan yang memiliki alunan enak ketika digunakan untuk berjoget. Disayangkan remaja masa kini lebih memilih musik seperti itu dibanding mendengar band niat macam Attila.

Kehidupan musik keras dalam industri memang sudah tidak lagi mendongkrak seperti di era Megadeth, Slayer saat mereka berada dalam era kejayaannya. Ya walaupun setiap kali ada concert band musik keras tiketnya laku keras dan habis hanya dalam hitungan jam. Setiap kali musik-musik dengan genre ini dilirik dan didengarkan oleh penikmat musik mainstream, selalu berhasil amburadul. Mereka akan berkomentar “ini lagu apa, vocal berisi distorsi, teriak-teriak gak jelas, gini ini lagu yang enak? It’s a trash.” Berbagai macam lontaran komentar yang akan menggambarkan bahwa musik keras sekarang dipandang sebelah mata oleh penikmat musik mainstream.

Ditambah lagi nuansa gelap yang ada dalam lagu-lagu musik keras. Dan membuat sebuah stereotype jika lagu lagu keras ini adalah panji-panji pujian terhadap iblis. Tentu saja hal ini semakin membuat musik keras dianggap sebelah mata dan juga dianggap lagu yang menyesatkan.

Masa depan musik keras yang mungkin suram, hingga muncul frase “rock is dead” mungkin memang menjadi niscaya untuk keberlangsungan musik ini. Menjadi jalan yang terbaik bagi metal, death, hardcore, dan lainnya. Dikarenakan era sekarang pun banyak band yang mengaku rock atau aliran keras lain yang menjadi one hit wonder saja. Mencetak atau membuat satu lagu yang menembus papan bilboard lalu menghilang tanpa jejak, Greenday salah satunya. Jadi jika dikatakan apakah band musik keras ini akan memiliki kemungkinan untuk dilirik label besar dan melegit tembus papan atas bilboard, dipastikan tidak akan terjadi lagi.

Kini musik keras hanya akan menjadi wadah bagi para culun untuk mencari jati diri dalam ajang pembuktian dirinya dalam lingkungannya. Namun tidak bagi pendengar musik “iklan”. Sebuah keniscayaan jika musik-musik keras ini dapat menembus pasar lagi, mungkin diperlukan Metallica KW atau Black Sabbath KW.

Namun terlepas dari apapun yang akan menimpa kehidupan musik keras di era mendatang. Genre ini telah memiliki pasarnya sendiri dan penikmatnya sendiri. Dan akan terus berkembang walau pergerakkannya di bawah tanah, karena tidak terlihat itu menjadi sebuah niscaya bagi musik keras. Band band baru akan terus muncul dan berkembang di acara gigs underground. Walaupun dengan skena yang tidak terlihat dipermukaan, kehidupan musik keras ini akan tetap memiliki keniscayaannya mereka sendiri.

Mungkin ramalan saya ini akan menjadi ramalan yang terlalu optimis atau terlalu berandai-andai. Tetapi alasan untuk kembali menyaksikan para musisi musik keras bermain di atas panggung dengan pemarin drum dan gitarnya yang sangat penuh dengan skill, ramalan itu akan menjadi sebuah harapan keniscayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun