Saya baru saja selesai berdiskusi bebas dengan beberapa orang yang amat mengagumkan, mulai dari teori teori mendasar politik, sistem pendidikan, kasus kasus di indonesia dan satu topik yang yakin selalu ada di setiap sesi kopi teman teman sekalian. Pemilihan Presiden 2014.
singkat cerita selesai diskusi rasanya saya tidak tahan untuk menuangkan hasil sampah sampah pikiran yang ada di otak saya yaitu :
Indonesia seringkali terperangkap dalam sebuah cerita.
pemilihan presiden 9 juli mendatang dengan 2 raksasa capres dan cawapres sedang gencar gencarnya melakukan kampanye kepada masyarakat, namun sayang (menurut saya) kampanye yang beredar kurang informatif dan malah membuat masyarakat terperangkap (ya saya salah satu orang yang bingung untuk memilih karena perangkap informasi ini).
Kok terperangkap ?
ya menurut saya untuk mendapatkan keputusan memilih salah satu calon, masyarakat harus dapat menilai calon yang dipilihnya. namun sayangnya hari ini informasi yang kita dapat untuk menilai calon yang kita pilih hanya terpaut pada koalisi, black campaign, masa lalu, personality. banyak asumsi asumsi pendek yang membuat kita memilih presiden dan wakil presiden kita hanya berdasarkan satu indikator. dan saya yakin pasti statement statement ini sering teman-teman dengar :
"Gw milih capres A soalnya dia itu keras, dan indonesia butuh itu"
"Gw milih capres B soalnya indonesia butuh pemimpin yang jujur"
"Gw gak akan milih capres B ah, janjinya dia aja katanya bersumpah memimpin jakarta 5 tahun"
"Gw gak akan milih capres A karena masa lalunya buruk"
hari ini saya mendapatkan semua kontra argumen dari semua statement statement umum diatas.
"Memangnya indonesia sedang butuh pemimpin yang keras? kenapa? apakah kekerasan bisa menyelesaikan masalah?"
"Memangnya cuma modal jujur mampu menyelesaikan job desk presiden? kemampuan intelektual apakabar? "
"Ibaratkan anda seorang polisi yang sedang menyelesaikan kasus maling ayam lalu diajak untuk turun peran dalam menangkap pembunuh berantai. apakah anda akan menolak kesempatan turun peran dalam menangkap pembunuh berantai demi kasus maling ayam?"
"apakah yang iya lakukan di masa lalu pasti akan dia lakukan lagi dimasa ini?"
kita selalu terperangkap dalam cerita-cerita yang berkembang dan lupa kalau sebenarnya yang kita pilih itu presiden, bukan ketua rt setempat yang bisa dengan mudah diganti sama warganya. kita akan memilih pasangan yang akan memimpin negara dan secara tidak langsung hidup teman teman sekalian di 5 tahun mendatang.
Karena ini pemilihan terpenting dalam 5 tahun mendatang ada baiknya kita jangan langsung percaya satu cerita sepihak. coba secara personal gali lebih dalam kebutuhan pemimpin indonesia dan cocokkan dengan kapabilitas masing masing capres dan cawapres karena sekali lagi mereka akan menentukan hidup kita 5 tahun mendatang.
Sekali lagi, ini pemilihan presiden, bukan ketua rt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H