Mohon tunggu...
dimasmul prajekan
dimasmul prajekan Mohon Tunggu... Guru - Komitmen untuk lebih baik

Anak Desa Mencari Jati Diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Pandemi, dan Komunikasi Gaya Baru

25 Agustus 2020   20:51 Diperbarui: 25 Agustus 2020   20:51 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemampuan para guru, sebagai bagian tenaga kerja pada akhirnya juga akan menjadi profesi terdampak untuk berubah. Ada perubahan eksponensial pada wilayah ini. 

Tidak bisa lagi harkat dan martabat guru diukur kemampuan oratoris dan kedashyatan verbalistik. Sudah banyak korban, betapa para guru yang mabuk kepayang pada kondisi ini, merasa puas dengan kemampuan yang stagnan, enggan belajar mengupgrate diri, antipati dengan digitalisasi dan komputerisasi, secara perlahan mereka mengalami pengeroposan nilai alami. Betapa banyak diklat dan worshop yang diadakan berbagai lembaga, mewajibkan setiap para peserta membawa laptop dan mahir komputer. Nah, pada titik ini mulai terasa, makna dari kehadiran teknologi.

Dari sepotong laptop atau android, kita bisa mengembara kemana -- mana. Dengan laptop dan android kita dapat melakukan berbagai kegiatan sekaligus dalam waktu bersamaan. Pada saat kita mengikuti workhop, sekali -- sekali kita bisa mengechek penjualan barang online kita melalui start up seperti Shoppe, Bukalapak, atau Blibli. Sekali -- sekali kita juga bisa menerima pesan dan berkomunikasi dengan banyak orang secara japri ataupun di WAG kita.

Kebijakan -- kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah terkait Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) yang menggunakan aplikasi Siplah ( Sistem Informasi Sekolah ) menunjukkan perubahan itu. Pengiriman data Dapodik ataupun data yang dibutuhkan Badan Kepegawaian Daerah ( BKD ) secara paperless, menjadi bukti kuat tentang perubahan besar sedang berlangsung. Pada era ini antara fisik, biologis dan digital menjadi tiga serangkai yang tak bisa diabaikan salah satunya.

Bersamaan dengan kuncup Revolusi Industri Keempat itu, tiba -- tiba dunia dikepung oleh pandemi covid19 yang begitu panjang dan belum bisa diprediksi secara valid kapan akan usai. Begitu banyak wilayah kehidupan yang terdampak belum bisa menemukan formula akurat untuk dijadikan solusi. 

Para pakar masih berdebat antara prioritas ekonomi atau kesehatan. Saya memiliki keyakinan, dengan pandemi selain sebagai ujian, Allah sedang mengalirkan ilmu -- ilmu baru, hikmah --hikmah baru. Paling kurang, para pakar punya pekerjaan rumah untuk menemukan vaksin penjinak yang paling akurat.

Hidup melalui adaptasi baru dengan mengikuti protokol kesehatan yang ada, tetap menjaga jarak, terbiasa cuci tangan, dan memakai masker. Sebuah kebiasaan baru positif yang patut dipatuhi. Inilah inti dari adaptasi kebiasaan baru itu sebenarnya. Pada saat itu pula pandemi mengajarkan kepada kita tentang komunikasi gaya baru, penyesuaian -- penyesuaian baru. 

Betapa diskusi daring, webinar, whorkshop online, pada beberapa bulan lampau tak pernah kita mengenalnya, pada era pandemi semua orang dipaksa untuk menjadi makhluk pembelajar. Webinar bertajuk Driving Skill for Teacher beberapa waktu lalu yang diikuti oleh 15.016 orang guru tersebar di seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa ada semangat belajar baru terhadap kehadiran teknologi. Pandemi yang membuyarkan, tapi teknologi mampu merajut dan menyatukan.

Gagap dan gamang terhadap kebiasaan baru dalam berkomunikasi menjadi hal yang wajar, bukan menjadi penghalang untuk terus mempelajari banjirnya aplikasi, sejenis Zoom, Webeg, dan Microsoft Team. Para presenter dan narasumberpun juga tertantang untuk memasuki wilayah yang benar -- benar baru. Narasumber yang begitu asing dengan dunia broadcasting, secara mendadak harus membekali diri dengan aplikasi Open Broadcaster Software ( OBS Studio ). Inilah yang saya sebut kita harus menyesuaikan dengan kebiasaan baru, berkomunikasi gaya baru.

Kehadiran komunikasi gaya baru pada saatnya akan menjadi kebiasaan baru yang tak terbantahkan. Internet untuk segala dan kehadiran digital akan menjadi sahabat kita. Dalam dunia kita, yang semakin terkoneksi ini, internet menjadi bagian tak dapat dipisahkan dari kehidupan fisik seseorang. 

Saat ini popularitas seseorang bisa dilacak lewat jejak digital facebook, akun twitter, instagram, blog, dan profil linkedln. Dengan mengetik nama seorang pesohor di mesin pencarian Google kita akan begitu mudah mencari ragam dan rekam jejak seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun