Sementara itu, dalam bidang olahraga, nano partikel digunakan untuk membuat peralatan olahraga menjadi lebih kuat, lebih baik, dan berdaya guna tinggi. Dengan nanoteknologi, manusia juga bisa membuat pesawat ruang angkasa dari bahan komposit yang sangat ringan, tetapi memiliki kekuatan seperti baja. Bahkan juga bisa memproduksi mobil yang beratnya hanya 50 kilogram. Wow........keren bukan???
Debu - debu pintar yang sengaja direkayasa dan diletakkan di dalam tubuh manusia akan mampu membaca sebuah penyakit. Sehingga seorang dokter tidak perlu melakukan pembedahan, Â akan tetapi sudah mendapatkan informasi yang cukup dari debu pintar.
Deretan ini akan bertambah panjang dengan hadirnya tato pintar, pil pintar yang akan mampu membaca berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Tato pintar yang melekat di tubuh kita bukan sekadar menjadi hiasan yang super keren, pada akhirnya akan berfungsi menjadi telpon pintar sebagaimana HP di saku kita. Hemmm... lagi --lagi kita semakin terperanjat.
Di masa depan kehidupan dengan skala atomik akan banyak memasuki dunia pendidikan. Â Betapa komputer yang sangat besar kini sudah menjadi superkomputer di saku kita, yang sangat kecil bentuknya.Â
Perangkat pendidikan akan semakin canggih. Jika artificial intelegence  (kecerdasan buatan ) sudah mulai merambah dunia pendidikan di luar negeri sana, bukan tidak mungkin ia akan menyusup ke dalam kelas kita sebagai bagian dari pembelajaran dan perangkat digital para guru.
Jika robot --robot pintar belum masuk kelas, hal ini dikarenakan pemerintah memproteksi para guru untuk lebih memaksimalkan kinerjanya. Presiden Jokowi, ketika memberikan sambutan di hadapan para peserta Rapimnas PGRI di Jogyakarta beberapa waktu silam, bahwa peran guru tak tergantikan.Â
Keberadaan artificial intelegence ( robot pintar ) tak bisa menggeser peran para guru. Sebab hanya guru yang mampu mentransformasikan nilai -- nilai akhlak dan karakter, sedangkan peran itu tak mungkin dilakukan oleh sebuah robot yang canggih sekalipun.
Para guru patut bersyukur, sebab pemerintah  masih memproteksi kemuliaan para guru. Dalam beberapa tahun ke depan, pendidikan di Indonesia bisa saja masih datar -- datar saja, menggunakan perangkat seadanya. Akan tetapi dengan dinamika dan era disrupsi yang tak terhindarkan lagi, sekolah menuntut kecepatan pelayanan dan digitalisasi di bidang pendidikan.Â
Sangat tidak mungkin prilaku guru masih berorientasi dengan pola kerja manual dan sangat sederhana. Apalagi sampai tidak memiliki skill dalam penguasaan teknologi informasi.
Ke depan, nanoteknologi yang jauh lebih kecil dari robot -- robot pintar, akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan guru. Disinilah diperlukan persiapan mental dan keilmuan, untuk terus beradaptasi dengan keadaan baru.Â
Jika selama ini bentuk adminstrasi guru mulai dari RPP, presensi, perangkat supervisi, penilaian, masih menggunakan kertas dan pendekatan manusal, ke depan dunia paperless sudah menunggu kita. Data sudah berada dalam komputasi awan. Digitalisasi sekolah menjadi tak terbantahkan. Selamat datang nanoteknologi dalam pendidikan masa depan.