Mohon tunggu...
Dimasmul Prajekan
Dimasmul Prajekan Mohon Tunggu... Guru - berbagi kebaikan untuk kehidupan

Anak desa mencari makna hidup

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Membangun Wisata Edukasi Bondowoso

20 Agustus 2021   05:41 Diperbarui: 20 Agustus 2021   13:37 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adalah Thoriq Rizki Maulidan salah seorang survivor  yang meninggal di Gunung Piramid Bondowoso beberapa waktu silam, sempat viral di media sosial dan mengisi trending topic beberapa penerbitan. Ia menjadi korban setelah melakukan pendakian bersama beberapa temannya. Ia adalah tumbal dari ekstrimnya alam dibalik keberaniannya untuk belajar menjadi sang penakluk.

Betapa semangat dan keberanian tidak berbanding lurus dengan keberhasilan. Perubahan suhu yang datang mendadak, cuaca yang gelap berkabut, sulitnya medan yang tak sebagaimana biasanya menjadi tantangan bagi seorang pendaki. Berbekal keberanianpun tak cukup. Ia perlu kemampuan dan peralatan yg memadai untuk benar - benar menjadi sang penakluk.

Thoriq dan Piramid menjadi perbincangan banyak orang, pada saat kehilangannya. Padahal selama ini, kita kurang familiar dengan gunung yang tak terlalu tinggi tersebut. Akan tetapi tiba - tiba merenggut korban. Dalam pengembangan wisata, Gunung Piramid masih kalah populer dengan Kawah Ijen, Kawah Wurung, Rengganis, Bato Soon, dan Air Terjun Tancak Kembar di Bondowoso.

Keindahan Gunung Piramid menjadi salah satu fenomena keindahan alam tersendiri mulai diakui banyak orang. Ia berada diantara banyak keindahan alam yang terserak. 

Banyaknya potensi alam yang masih natural dan perawan, menunjukkan Bondowoso kaya potensi dan memiliki nilai jual sebagai subyek wisata. Beberapa subyek wisata yang memiliki daya pikat luar biasa akan menjadi ikon Bondowoso jika terus dikemas menjadi subyek wisata yang menarik. Kehadiran wisatawan yang terus bertambah setiap waktunya menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten untuk terus mengelola  daerah ini.

Berbicara tentang pengembangan pariwisata dan dibukanya kembali partiwisata Bondowoso di era kenormalan baru Pandemi Covid 19, saya menjadi teringat gagasan Wakil Bupati, Irwan Bahtiar Rahmad, tentang kegiatan para siswa untuk tidak berwisata ke luar daerah beberapa tahun yang lalu. Harapan pemerintah untuk lebih menikmati subyek wisata yang ada di Bondowoso. Hal ini tentu menjadi pemikiran positif dalam rangka menghidupkan potensi wisata lokal potensial.

Selama ini, para siswa ( peserta didik ) lebih tertarik untuk mengunjungi subyek wisata di luar daerah dan luar kabupaten. Daerah yang menjadi tujuan wisata seperti Pulau Merah ( Banyuwangi ), Watu Ulo ( Jember), Pasir Putih ( Situbondo ). Bahkan beberapa sekolah ada yang berminat mengunjungi Jatim Park ( Malang), Taman Safari Prigen ( Pasuruan ). Bahkan ada yang lebih jauh lagi ke Borobudur, Prambanan, Kraton Yogyakarta, Taman Pintar (Yogyakarta ).

Saya pernah mengedarkan angket kepada para siswa, tentang pilihan untuk berwisata. Jika akan berwisata, daerah mana yang Anda pilih? Yogyakarta, Malang, atau Bali ? Jawabnya, sebagian besar diantara mereka menginginkan berwisata ke Yogyakarta. Selebihnya memilih Bali dan Malang. Lantas apa yang menjadikan daya pikat  Yogyakarta bagi anak - anak ?  Mereka menyukai berkunjung ke Kraton, Museum Dirgantara, Taman Pintar, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Monumen Yogya Kembali. Selain ke Yogya ingin wisata belanja ke Marioboro.

Dalam pengembangan wisata, Yogyakarta bisa dianggap berhasil. Dari kemampuan merawat budaya dan warisan yang ada hingga inovasi yang sengaja direkayasa sebagai sebuah subyek wisata yang layak dijual. Sebut saja subyek wisata Taman Pintar menjadi primadona bagi anak -- anak, karena selain berwisata, sekaligus belajar dan mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan. 

Demikian pula dengan Kraton, Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan subyek wisata sejenis, anak --anak akan belajar sejarah secara langsung. Dengan berada di tengah -- tengah lokasi wisata, kita telah menghadirkan suasana masa lalu kepada anak -- anak. Kehidupan sosial, budaya, sekaligus teknologi. Itulah salah satu implementasi pembelajaran bermakna yang sebenarnya.

Secara ekonomi, dengan berwisata ke suatu daerah, akan menghidupkan denyut nadi perekonomian bagi daerah yang bersangkutan. Banyak terbukanya lapangan kerja bagi usaha mikro kecil seperti pedagang asongan, dan industri kreatif seperti souvenir akan ikut mengiringinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun