Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Soekarno di Mata Pramoedya Ananta Toer: Antara Kekaguman dan Kritik

29 Januari 2025   11:41 Diperbarui: 29 Januari 2025   11:48 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperingati 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer 

Pramoedya Ananta Toer, atau yang akrab disapa Pram, adalah salah satu sastrawan terbesar dalam sejarah Indonesia. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri, bahkan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pram bukan hanya seorang penulis, tetapi juga seorang intelektual yang aktif dalam dinamika politik dan kebudayaan Indonesia. Ia hidup di masa pergolakan nasional dan mengalami berbagai fase dalam sejarah Indonesia, mulai dari penjajahan, kemerdekaan, hingga era pemerintahan Soekarno dan Soeharto.

Salah satu tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan hidup dan pemikiran Pram adalah Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Hubungan antara keduanya mencerminkan interaksi yang kompleks antara seni, politik, dan ideologi. Di satu sisi, Pram mengagumi Soekarno sebagai seorang pemimpin besar yang memiliki visi untuk Indonesia, tetapi di sisi lain, ia juga tidak segan mengkritik kebijakan-kebijakan yang menurutnya tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan.

Kekaguman Pram terhadap Soekarno

Pram memiliki kekaguman yang mendalam terhadap Soekarno. Dalam berbagai kesempatan, ia menyatakan bahwa hingga saat ini, belum ada pemimpin Indonesia yang dapat menandingi kebesaran Soekarno. Ia melihat Soekarno sebagai sosok yang memiliki wawasan luas, retorika luar biasa, serta keberanian untuk melawan imperialisme dan kolonialisme.

Menurut Pram, Soekarno adalah pemimpin yang memahami karakter bangsa Indonesia dan berusaha membangun identitas nasional yang kuat. Konsep 'Nation and Character Building' yang dikemukakan Soekarno menjadi inspirasi bagi banyak pemikir, termasuk Pram sendiri. Ia meyakini bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin seperti Soekarno, yang tidak hanya mengandalkan kekuatan politik, tetapi juga memiliki gagasan besar untuk memajukan bangsa.

Dalam salah satu wawancaranya, Pram pernah mengatakan bahwa setelah Soekarno, Indonesia belum memiliki pemimpin yang benar-benar memahami visi kebangsaan secara utuh. Hal ini menunjukkan betapa besarnya penghormatan Pram terhadap sosok Proklamator Indonesia tersebut.

Peran dalam Konflik Kebudayaan

Pada era 1960-an, terjadi perdebatan sengit antara kelompok sastrawan yang mendukung realisme sosialis dan mereka yang mendukung humanisme universal. Pram termasuk dalam kelompok pertama, yang berpandangan bahwa sastra harus berorientasi pada kepentingan rakyat dan perjuangan revolusi. Ia aktif dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), sebuah organisasi yang memiliki hubungan erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Melalui rubrik "Lentera" di harian Bintang Timur, Pram secara terbuka mengkritik para sastrawan yang menandatangani Manifesto Kebudayaan (Manikebu), yang dianggapnya tidak sejalan dengan haluan Demokrasi Terpimpin yang dipromosikan oleh Soekarno. Ia bahkan mendorong agar para sastrawan Manikebu dipecat dari jabatan publik dan karya-karya mereka dilarang terbit.

Puncak dari konflik ini terjadi ketika Soekarno, yang saat itu sangat gencar mengampanyekan Pancasila Dasar Negara Besar Dan Nasakom Sebagai Front Persatuan Nasional, akhirnya membubarkan Manikebu pada tahun 1964. Langkah ini membuat para sastrawan yang tergabung dalam Manikebu kehilangan banyak ruang berkarya.

Pandangan terhadap Demokrasi Terpimpin

Pram juga mendukung konsep Demokrasi Terpimpin yang diperkenalkan oleh Soekarno. Baginya, sistem demokrasi ala Barat yang seringkali dikaitkan dengan eksploitasi dan penjajahan tidak cocok diterapkan di Indonesia. Ia lebih percaya bahwa Indonesia harus menemukan jalannya sendiri dalam berdemokrasi, yaitu melalui sistem yang sesuai dengan karakter bangsa.

Dalam perspektif Pram, Indonesia bukanlah negara yang bisa berkembang dengan sistem demokrasi liberal seperti di Barat. Oleh karena itu, ia menilai bahwa Demokrasi Terpimpin adalah bentuk demokrasi yang lebih sesuai untuk Indonesia, di mana pemimpin memiliki peran yang kuat dalam mengarahkan bangsa.

Kritik terhadap Soekarno

Meskipun mengagumi Soekarno, Pram juga tidak segan untuk mengkritiknya. Salah satu kritiknya yang paling tajam dapat ditemukan dalam novel Korupsi, yang menggambarkan praktik korupsi yang merajalela pada era Orde Lama.

Dalam novel tersebut, Pram secara tidak langsung menyoroti berbagai kelemahan dalam pemerintahan Soekarno, terutama terkait birokrasi yang korup dan tidak efisien. Novel ini menunjukkan bahwa meskipun Pram adalah pendukung ide-ide revolusioner yang juga diusung oleh Soekarno, ia tetap memiliki sikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan sosial.

Perubahan Sikap Pasca 1965

Setelah peristiwa G30S tahun 1965 dan jatuhnya Soekarno, Pram mengalami perubahan signifikan dalam hidupnya. Ia ditangkap dan diasingkan ke Pulau Buru tanpa melalui proses pengadilan yang jelas.

Selama masa penahanannya, Pram tetap produktif menulis. Di Pulau Buru, ia menghasilkan karya-karya monumental seperti tetralogi Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Menariknya, dalam karya-karya ini, gaya bahasa Pram mengalami perubahan. Jika sebelumnya ia dikenal dengan gaya tulisan yang tajam dan penuh kritik, maka di Pulau Buru, ia mulai menggunakan gaya bahasa yang lebih sastrawi dan reflektif.

Warisan dan Pengakuan terhadap Karya Pram

Setelah reformasi 1998, karya-karya Pram yang sebelumnya dilarang mulai mendapatkan pengakuan yang lebih luas. Novel Bumi Manusia, yang pernah dicekal pada masa Orde Baru, kini telah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sebagai bacaan yang direkomendasikan bagi siswa.

Pengakuan terhadap Pram tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri. Ia beberapa kali masuk dalam daftar nominasi penerima Hadiah Nobel Sastra. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan internasional.

Pada tahun 2025, dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, diluncurkan gerakan #SeAbadPram. Gerakan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali pemikiran, semangat, dan nilai-nilai dalam karya-karya Pram. Festival peringatan ini diselenggarakan di Blora, kota kelahiran Pram, dengan berbagai kegiatan seperti pameran, diskusi, dan pementasan teater.

Kesimpulan

Hubungan antara Pramoedya Ananta Toer dan Soekarno adalah gambaran kompleks tentang interaksi antara seni, politik, dan ideologi di Indonesia pada abad ke-20. Pram mengagumi Soekarno sebagai pemimpin besar yang memiliki visi kebangsaan, tetapi ia juga tidak ragu untuk mengkritik kebijakan-kebijakan yang dianggapnya bermasalah.

Karya-karya Pram menjadi saksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari perjuangan kemerdekaan hingga masa-masa penuh gejolak di bawah kepemimpinan Soekarno dan Soeharto. Ia adalah contoh nyata seorang intelektual yang berani menyuarakan kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai konsekuensi berat.

Kini, dengan semakin diakui dan dipelajarinya karya-karya Pram, masyarakat Indonesia diharapkan dapat mengambil pelajaran dari sejarah dan terus memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan kemanusiaan yang selalu diperjuangkan oleh Pram maupun Soekarno.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun