Di tengah keterbatasan lahan di perkotaan, hunian vertikal seperti apartemen murah atau rumah susun bisa menjadi solusi. Pemerintah harus menggandeng pengembang swasta untuk membangun hunian vertikal yang layak dengan harga terjangkau bagi rakyat kecil.
3. Mempermudah Akses Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Saat ini, salah satu hambatan terbesar bagi masyarakat berpenghasilan rendah adalah sulitnya mendapatkan KPR. Persyaratan bank yang ketat, seperti minimal gaji tertentu dan status pekerjaan yang tetap, sering kali menghambat mereka untuk mendapatkan pembiayaan rumah.
Pemerintah bisa bekerja sama dengan bank untuk menyediakan skema KPR dengan syarat lebih fleksibel bagi pekerja informal dan buruh, mengingat mereka adalah kelompok yang paling sulit mendapatkan akses kredit.
4. Menyediakan Bank Khusus Perumahan Rakyat
Pemerintah perlu mempertimbangkan pembentukan bank khusus yang fokus pada pembiayaan rumah untuk masyarakat kecil. Bank ini bisa memberikan bunga lebih rendah dan persyaratan yang lebih mudah dibandingkan bank konvensional.
5. Memberikan Insentif bagi Pengembang Properti
Para pengembang perumahan sering kali lebih memilih membangun properti kelas menengah ke atas karena lebih menguntungkan dibandingkan perumahan rakyat. Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu memberikan insentif, seperti pengurangan pajak dan kemudahan perizinan bagi pengembang yang membangun rumah murah.
Kesimpulan: Rakyat Marhaen Butuh Kepastian, Bukan Beban Tambahan
Rumah adalah hak dasar setiap warga negara. Rakyat marhaen tidak hanya membutuhkan tempat berteduh, tetapi juga lingkungan yang layak untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Sayangnya, dengan harga rumah yang semakin tidak terjangkau, akses pembiayaan yang sulit, dan kebijakan yang kurang berpihak pada masyarakat kecil, impian memiliki rumah masih menjadi tantangan besar bagi banyak orang.
Pemerintah harus lebih serius dalam menangani masalah perumahan dengan memperbanyak rumah subsidi, memperbaiki akses KPR, serta mendorong pengembangan hunian vertikal yang lebih terjangkau.