Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Masa Depan Transportasi Publik Bandung: Antara Harapan dan Tantangan

22 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 22 Januari 2025   06:00 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.tribunnews.com/regional/2012/08/17/ruas-jalan-di-kota-bandung-cenderung-lengang

Transportasi publik di kota-kota besar Indonesia, termasuk Bandung, selalu menjadi isu penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat. Seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah penduduk, urbanisasi, dan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan sistem transportasi yang efisien dan terjangkau semakin mendesak. Bandung, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam menghadirkan sistem transportasi publik yang memadai untuk warganya. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat sejumlah harapan besar yang dapat membawa perubahan signifikan dalam kehidupan perkotaan.

Harapan: Implementasi Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya

Salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi masalah transportasi publik di Bandung adalah implementasi sistem Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya. BRT merupakan sistem transportasi bus yang dirancang untuk memiliki jalur khusus dan operasional yang lebih efisien, guna mengurangi kemacetan dan meningkatkan kenyamanan penumpang. Proyek BRT Bandung Raya ini diharapkan dapat menciptakan sistem transportasi yang lebih terintegrasi, efisien, dan ramah lingkungan.

Menurut informasi yang dirilis oleh ANTARA News Jawa Barat, BRT Bandung Raya dijadwalkan untuk disosialisasikan mulai Januari 2025 dengan target mulai beroperasi pada tahun 2027. Proyek ini dirancang untuk melayani kawasan Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang, termasuk Kecamatan Jatinangor. Proyek ini bertujuan untuk menghubungkan daerah-daerah tersebut dengan jaringan transportasi yang lebih mudah diakses oleh masyarakat, baik di pusat kota maupun daerah pinggiran.

BRT Bandung Raya direncanakan memiliki 21 koridor yang mencakup jarak lebih dari 100 kilometer, serta dilengkapi dengan fasilitas jalur khusus sepanjang 21 kilometer di Kota Bandung. Dengan adanya jalur khusus ini, diharapkan sistem transportasi ini dapat berjalan lebih lancar tanpa terganggu oleh kemacetan yang sering terjadi di pusat kota. Sebagai langkah awal, diharapkan ada sekitar 500 unit bus yang akan digunakan dalam operasional BRT Bandung Raya, yang sebagian besar akan didanai dengan hibah sebesar Rp1,2 triliun dari Bank Dunia.

Selain mengurangi kemacetan, BRT Bandung Raya diharapkan dapat meningkatkan kualitas udara dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Hal ini tentunya akan membawa dampak positif bagi kualitas hidup warga Bandung, baik dari segi mobilitas, efisiensi waktu, maupun kesehatan. Proyek ini juga sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan kota yang lebih ramah lingkungan.

Tantangan: Infrastruktur dan Pendanaan

Meskipun harapan terhadap BRT Bandung Raya sangat besar, tidak dapat dipungkiri bahwa proyek ini menghadapi tantangan besar dalam hal infrastruktur dan pendanaan. Pembangunan infrastruktur BRT yang memadai memerlukan investasi yang tidak sedikit. Selain itu, keberhasilan proyek ini juga sangat bergantung pada dukungan anggaran yang cukup dari pemerintah pusat dan daerah.

Proyek BRT Bandung Raya membutuhkan pembebasan lahan yang cukup luas untuk pembangunan jalur khusus bus dan stasiun. Hal ini tentu memerlukan koordinasi yang baik antara pemerintah kota Bandung, kabupaten/kota lainnya di Bandung Raya, serta masyarakat yang terdampak oleh proyek tersebut. Proses pembebasan lahan ini seringkali menjadi kendala utama dalam pelaksanaan proyek infrastruktur besar. Selain itu, pembangunan stasiun dan terminal bus yang terintegrasi juga memerlukan waktu dan biaya yang besar.

Tidak hanya itu, keberlanjutan pendanaan juga menjadi salah satu tantangan. Seiring dengan perkembangan jumlah armada bus dan perluasan jalur BRT, pemerintah perlu memastikan bahwa dana yang ada dapat mencakup biaya operasional jangka panjang, pemeliharaan bus, serta peningkatan fasilitas transportasi publik secara berkelanjutan.

Tantangan: Perubahan Perilaku Masyarakat

Selain tantangan infrastruktur dan pendanaan, perubahan perilaku masyarakat juga menjadi kendala dalam mewujudkan transportasi publik yang efisien. Masyarakat Bandung, seperti halnya di kota-kota besar lainnya di Indonesia, lebih cenderung memilih menggunakan kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor, daripada menggunakan angkutan umum. Hal ini terjadi karena masih banyaknya angkutan umum yang tidak terjadwal dengan baik, tidak nyaman, dan tidak terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.

Untuk itu, dibutuhkan kampanye sosial yang intensif untuk mengubah pola pikir masyarakat. Pemerintah perlu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya beralih ke transportasi publik sebagai upaya mengurangi kemacetan dan polusi udara. Selain itu, perlu ada insentif yang menarik agar masyarakat lebih tertarik menggunakan angkutan umum, seperti tiket murah atau fasilitas parkir yang mudah diakses di stasiun-stasiun BRT.

Salah satu langkah yang sudah diusulkan oleh pihak pemerintah adalah pembangunan fasilitas parkir motor di setiap stasiun BRT. Hal ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. Masyarakat yang memiliki motor dapat memarkirkan kendaraan mereka di stasiun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan BRT, sehingga sistem transportasi ini menjadi lebih terjangkau dan mudah digunakan oleh semua kalangan.

Tantangan: Integrasi dengan Moda Transportasi Lain

Salah satu kunci keberhasilan BRT Bandung Raya adalah sejauh mana sistem ini dapat terintegrasi dengan moda transportasi lain, seperti angkutan kota (angkot), kereta api, dan angkutan perdesaan. Integrasi ini akan memudahkan masyarakat dalam berpindah dari satu moda transportasi ke moda transportasi lainnya tanpa mengalami kesulitan. Selain itu, integrasi ini juga akan memperluas jangkauan layanan transportasi publik, mencakup lebih banyak wilayah di luar Kota Bandung.

Keberhasilan integrasi antara BRT dan moda transportasi lainnya akan sangat bergantung pada ketersediaan fasilitas penghubung, seperti halte-halte terintegrasi yang terletak di dekat terminal angkutan kota atau stasiun kereta api. Sistem tiket terintegrasi yang memungkinkan masyarakat menggunakan satu kartu untuk berbagai moda transportasi juga sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran sistem ini.

Kesimpulan

Masa depan transportasi publik di Bandung memang menyimpan harapan besar, terutama dengan hadirnya BRT Bandung Raya. Sistem ini diharapkan dapat mengatasi masalah kemacetan, meningkatkan kualitas udara, dan menyediakan alternatif transportasi yang lebih efisien bagi masyarakat Bandung. Namun, harapan besar ini juga tidak terlepas dari berbagai tantangan, baik dari segi infrastruktur, pendanaan, perubahan perilaku masyarakat, maupun integrasi dengan moda transportasi lainnya.

Keberhasilan implementasi BRT Bandung Raya akan sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Selain itu, perubahan perilaku masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang memadai akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan transportasi publik yang efisien, terjangkau, dan ramah lingkungan di Bandung. Dengan perencanaan yang matang, pendanaan yang cukup, serta dukungan masyarakat, BRT Bandung Raya berpotensi menjadi solusi efektif dalam mengatasi masalah transportasi di kota ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun