Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Toleransi Tanpa Merusak Aqidah Islam dan Marhaenisme: Menjaga Keberagaman dalam Kehidupan Bersama

19 Januari 2025   03:07 Diperbarui: 19 Januari 2025   03:07 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toleransi adalah konsep yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Dalam konteks negara yang sangat majemuk seperti Indonesia, dengan berbagai latar belakang budaya, etnis, dan agama, toleransi merupakan fondasi utama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, dalam menjalankan toleransi, sering muncul pertanyaan: bagaimana menjaga toleransi ini tanpa merusak aqidah Islam dan prinsip-prinsip yang diperjuangkan dalam Marhaenisme?

Toleransi dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi prinsip toleransi, dengan berbagai ajaran yang menggarisbawahi pentingnya hidup berdampingan dengan sesama manusia tanpa melihat perbedaan agama. Al-Qur'an sendiri memberikan banyak petunjuk yang mengajarkan umat Islam untuk bersikap adil dan menghargai perbedaan agama. Salah satu ayat yang sering dikutip adalah QS. Al-Kafirun ayat 6, "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku," yang menegaskan bahwa umat Islam dihimbau untuk saling menghormati perbedaan agama tanpa memaksakan keyakinannya kepada orang lain.

Dalam ajaran Islam, toleransi tidak hanya sebatas pada pengakuan terhadap eksistensi keyakinan agama lain, tetapi juga berkenaan dengan perlakuan adil terhadap sesama manusia. Islam mengajarkan bahwa umat Islam wajib berlaku baik kepada siapa saja, termasuk non-Muslim, selama mereka tidak memusuhi atau menyakiti umat Islam. Hal ini tercermin dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 8 yang menyatakan bahwa kita harus bersikap baik dan adil kepada orang yang tidak memusuhi kita, tanpa membedakan agama atau kepercayaan mereka.

Namun, toleransi dalam Islam tentu memiliki batasannya. Islam mengajarkan agar umatnya tidak mencampurkan ajaran agama atau melakukan sinkretisme yang dapat merusak aqidah. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Kafirun ayat 1-6 yang mengharuskan umat Islam untuk tidak menyamakan atau mencampuradukkan keyakinan mereka dengan keyakinan agama lain. Ini adalah batas toleransi dalam Islam, di mana umat Islam diharapkan tetap menjaga kemurnian ajaran agamanya sambil menghargai orang lain yang berbeda keyakinan.

Marhaenisme dan Nilai-Nilai Toleransi

Marhaenisme, yang diperkenalkan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno, adalah ideologi yang berfokus pada perjuangan untuk mensejahterakan kaum kecil, atau yang dikenal sebagai kaum Marhaen. Nilai-nilai Marhaenisme mengedepankan keadilan sosial, pemerataan kesejahteraan, dan penolakan terhadap penindasan, baik itu oleh individu, kelompok, atau negara. Marhaenisme juga mendorong penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, termasuk hak untuk hidup dalam keberagaman.

Konsep toleransi dalam Marhaenisme sangat terkait dengan perjuangan untuk menciptakan keadilan sosial tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan. Bung Karno, sebagai penggagas ideologi ini, menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Marhaenisme mengajarkan bahwa kebebasan beragama dan berkeyakinan harus dihormati, dan semua warga negara berhak untuk memperoleh hak-hak dasar mereka tanpa diskriminasi.

Dalam hal ini, penerapan toleransi dalam Marhaenisme tidak berbeda jauh dengan ajaran Islam. Keduanya mendorong agar setiap individu, baik Muslim maupun non-Muslim, diperlakukan dengan adil dan dihargai hak-haknya. Marhaenisme, seperti halnya Islam, menekankan pada pentingnya solidaritas sosial dan kesetaraan, serta mengutamakan kesejahteraan rakyat kecil, yang seringkali menjadi pihak yang termarjinalkan dalam struktur sosial.

Data dan Fakta Terbaru tentang Toleransi di Indonesia

Meskipun ajaran Islam dan nilai-nilai Marhaenisme menekankan pentingnya toleransi, kenyataannya dalam masyarakat Indonesia masih terdapat tantangan besar terkait sikap intoleransi. Data terbaru menunjukkan adanya peningkatan intoleransi, terutama di kalangan remaja. Menurut laporan Setara Institute, intoleransi di kalangan pelajar SMA meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Survei yang dilakukan pada Januari-Februari 2023 menunjukkan bahwa jumlah pelajar yang memiliki sikap intoleran aktif meningkat dari 2,4% pada 2016 menjadi 5,0% pada 2023. Selain itu, yang terpapar ekstremisme kekerasan juga meningkat, meskipun persentasenya masih terbilang kecil, dari 0,3% pada 2016 menjadi 0,6% pada 2023.

Sementara itu, survei nasional yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta pada 2020 menunjukkan bahwa sekitar 30,16% mahasiswa di Indonesia memiliki sikap toleransi beragama yang rendah atau sangat rendah. Meski demikian, sekitar 88,78% mahasiswa menunjukkan perilaku toleransi yang tinggi atau sangat tinggi terhadap pemeluk agama lain. Data ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam sikap toleransi, tantangan terhadap intoleransi dan ekstremisme tetap ada, terutama di kalangan generasi muda yang rentan terhadap pengaruh radikalisasi.

Toleransi Tanpa Merusak Aqidah: Jalan Tengah

Untuk menerapkan toleransi tanpa merusak aqidah Islam, umat Islam perlu memahami dengan jelas batasan toleransi dalam ajaran agamanya. Sikap toleran yang dianjurkan Islam adalah penghargaan terhadap perbedaan, tanpa harus mengorbankan keyakinan agama. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga toleransi ini antara lain:

1. Pendidikan Agama yang Komprehensif: Pendidikan agama yang mendalam akan membantu umat Islam memahami ajaran agama secara utuh, sehingga dapat membedakan antara toleransi yang diajarkan oleh Islam dan tindakan yang dapat merusak aqidah.

2. Dialog Antaragama: Mengadakan dialog antaragama yang saling menghormati akan membantu mengurangi prasangka dan membangun pemahaman yang lebih baik antara umat Islam dan pemeluk agama lain, tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing.

3. Menghindari Sinkretisme: Meskipun Islam mengajarkan toleransi, umat Islam harus menghindari praktik sinkretisme, yaitu mencampuradukkan ajaran agama lain dengan Islam yang dapat merusak kemurnian aqidah.

4. Menjaga Identitas Keislaman: Umat Islam harus tetap teguh pada ajaran agamanya, menjaga identitas keislamannya sambil tetap menghormati hak orang lain untuk berkeyakinan.

Integrasi Marhaenisme dengan Toleransi

Nilai-nilai Marhaenisme, yang mendorong perjuangan untuk keadilan sosial dan hak-hak rakyat kecil, sangat sejalan dengan prinsip-prinsip toleransi dalam Islam. Keduanya menekankan pada penghargaan terhadap hak individu dan kelompok tanpa membedakan agama, ras, atau golongan. Dalam kehidupan bermasyarakat, Marhaenisme mendorong umat Islam untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera, dengan cara menghargai keberagaman dan memperjuangkan hak-hak orang yang termarjinalkan.

Sebagai umat Islam, kita dapat mengimplementasikan nilai-nilai Marhaenisme dengan cara mendukung kebijakan yang pro-rakyat kecil, berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang mempromosikan toleransi, serta menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Marhaenisme mengajarkan bahwa keadilan sosial dan keberagaman harus dihargai, dan setiap individu berhak untuk hidup dalam damai tanpa rasa takut akan diskriminasi.

Kesimpulan

Toleransi adalah kunci untuk menjaga kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Bagi umat Islam, penerapan toleransi harus dilakukan dengan tetap menjaga kemurnian aqidah dan tidak mencampuradukkan ajaran agama. Sementara itu, nilai-nilai Marhaenisme yang menekankan pada perjuangan untuk keadilan sosial dan hak-hak rakyat kecil juga sejalan dengan prinsip toleransi dalam Islam. Dengan pendidikan yang baik, dialog antaragama yang terbuka, dan penghindaran terhadap sinkretisme, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, damai, dan penuh toleransi, tanpa harus mengorbankan keyakinan agama kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun