Memasuki tahun 2025, rakyat marhaen---kelompok masyarakat yang terdiri dari petani kecil, buruh tani, dan pekerja sektor informal---masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai kesejahteraan dan kemandirian yang diimpikan. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif dengan angka 5,11% pada triwulan pertama tahun 2024, kenyataannya sebagian besar rakyat marhaen belum merasakan manfaat signifikan dari kemajuan tersebut. Ketimpangan sosial-ekonomi yang masih tinggi menjadi refleksi bahwa agenda kesejahteraan rakyat marhaen harus tetap menjadi prioritas dalam pembangunan nasional.
Kondisi Terkini Rakyat Marhaen
Rakyat marhaen, terutama mereka yang bergantung pada sektor pertanian, masih menjadi kelompok yang paling rentan terhadap berbagai tekanan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyerap 28,18% dari total tenaga kerja di Indonesia. Meski sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional, pekerja di dalamnya kerap menghadapi masalah seperti upah rendah, akses pasar yang terbatas, hingga biaya produksi yang terus meningkat.
Ironisnya, mayoritas petani di Indonesia adalah petani gurem yang memiliki lahan kurang dari 0,5 hektare. Jumlah mereka terus meningkat dari 14,24 juta pada tahun 2013 menjadi 16,36 juta pada tahun 2023. Kondisi ini memperlihatkan bahwa struktur agraria di Indonesia masih belum berpihak pada petani kecil. Alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri, perumahan, atau infrastruktur juga semakin menggerus ruang hidup petani.
Selain itu, regenerasi petani juga menjadi persoalan yang mendesak. Generasi muda cenderung enggan melanjutkan profesi sebagai petani karena minimnya insentif ekonomi, sulitnya akses teknologi, serta kurangnya dukungan kebijakan yang menjanjikan masa depan cerah bagi sektor ini. Data menunjukkan bahwa proporsi petani muda berusia 25-34 tahun menurun dari 11,97% pada 2013 menjadi 10,24% pada 2023. Jika tren ini terus berlanjut, keberlanjutan produksi pangan nasional akan semakin terancam.
Tantangan yang Dihadapi
Tantangan utama yang dihadapi rakyat marhaen, terutama petani kecil, terletak pada beberapa aspek berikut:
1. Distribusi Hasil Pertanian yang Tidak Adil
Rantai pasokan yang panjang menjadi penghambat bagi petani untuk memperoleh keuntungan maksimal dari hasil panen mereka. Banyak petani bergantung pada tengkulak yang sering memberikan harga di bawah standar pasar. Akibatnya, keuntungan terbesar justru dinikmati oleh perantara, sementara petani tetap hidup dalam kondisi pas-pasan.
2. Biaya Produksi yang Tinggi