Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Nasib Hubungan AS-Uni Eropa Pasca-Terpilihnya Kembali Trump

18 Desember 2024   04:45 Diperbarui: 18 Desember 2024   04:45 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reaksi Pemimpin Uni Eropa

Meskipun terdapat kekhawatiran yang besar, pemimpin Uni Eropa tetap menyampaikan ucapan selamat kepada Trump atas kemenangannya. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dalam pernyataan resminya, menekankan pentingnya menjaga kemitraan transatlantik yang kuat dan berharap dapat bekerja sama dalam berbagai isu global. Namun, di balik ucapan formal ini, terdapat keraguan mengenai kemampuan kedua belah pihak untuk memperbaiki hubungan yang sudah retak.

Sejumlah negara Eropa seperti Jerman dan Prancis, yang selama ini memimpin inisiatif strategis Uni Eropa, kemungkinan akan meningkatkan usaha mereka untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Bahkan, ada desakan dari dalam Uni Eropa untuk memperkuat pertahanan Eropa secara mandiri guna mengurangi risiko ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perubahan kebijakan AS.

Dampak Ekonomi Global

Kebijakan Trump tidak hanya berisiko pada hubungan AS-Uni Eropa tetapi juga membawa implikasi terhadap ekonomi global. Proteksionisme perdagangan yang diusung Trump dapat memicu fragmentasi dalam sistem perdagangan internasional. Dengan adanya ketegangan dagang antara dua kawasan ekonomi terbesar dunia, yakni AS dan Uni Eropa, rantai pasokan global dapat terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Investor global juga khawatir terhadap volatilitas pasar keuangan yang dapat terjadi akibat kebijakan Trump yang sering kali tidak dapat diprediksi. Ketidakpastian ini membuat banyak negara, termasuk di Eropa, mulai mencari alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada AS, misalnya dengan memperluas hubungan ekonomi dengan Asia dan Afrika.

Strategi Uni Eropa ke Depan

Menghadapi tantangan ini, Uni Eropa perlu mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitasnya. Salah satu strategi utama adalah memperkuat solidaritas internal di antara negara-negara anggotanya. Diversifikasi hubungan perdagangan dengan negara-negara lain seperti Cina, India, dan negara-negara Asia-Pasifik juga menjadi langkah yang penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.

Selain itu, Uni Eropa harus meningkatkan kemampuan pertahanan mereka untuk mengantisipasi kemungkinan lemahnya dukungan dari AS di bawah Trump. Rencana pembentukan pasukan pertahanan Eropa yang sempat dibahas beberapa tahun lalu mungkin akan kembali menjadi prioritas.

Kesimpulan

Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden AS membawa tantangan signifikan bagi hubungan AS-Uni Eropa. Kebijakan proteksionisme perdagangan, sikap skeptis terhadap perubahan iklim, dan pendekatan unilateral dalam diplomasi menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh Uni Eropa. Namun, Uni Eropa memiliki peluang untuk memperkuat solidaritas internal, membangun hubungan perdagangan baru, dan meningkatkan kapabilitas mandiri di berbagai sektor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun