Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mengapa Agrarianisme Menjadi Background Kelompok Politik Sayap Kanan di Eropa?

16 Desember 2024   04:06 Diperbarui: 16 Desember 2024   04:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.indonesiana.id/read/165938/masyarakat-agraris-dalam-antroposentrisme-antara-impian-dan-merawat-tradisi

Agrarianisme, sebuah ideologi yang menempatkan pertanian dan kehidupan pedesaan sebagai pusat pembangunan masyarakat, semakin sering dihubungkan dengan kelompok politik sayap kanan di Eropa. Fenomena ini menarik perhatian, mengingat agrarianisme pernah menjadi bagian dari narasi politik sayap kiri yang memperjuangkan hak-hak petani dan reforma agraria. Namun, dalam dekade terakhir, ideologi ini lebih banyak diasosiasikan dengan kelompok konservatif kanan yang mengutamakan nasionalisme dan tradisionalisme. Artikel ini akan membahas penyebab pergeseran ini dan relevansi agrarianisme dalam politik Eropa kontemporer, disertai fakta dan data terbaru.

Sejarah Agrarianisme di Eropa

Agrarianisme pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai respons terhadap industrialisasi yang masif. Industrialisasi membawa perubahan sosial-ekonomi besar, termasuk migrasi besar-besaran dari desa ke kota, ketimpangan ekonomi, dan degradasi kehidupan tradisional di pedesaan. Dalam konteks ini, agrarianisme berkembang sebagai ideologi yang menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai tradisional pedesaan, memperkuat swasembada pangan, dan melindungi petani kecil dari tekanan pasar global.

Pada masa itu, agrarianisme sering menjadi bagian dari agenda kelompok politik kiri yang memperjuangkan keadilan sosial. Gerakan ini mendorong reforma agraria sebagai langkah melawan dominasi tuan tanah dan kapitalisme agraria. Sebagai contoh, revolusi agraria di Rusia dan Spanyol pada awal abad ke-20 merupakan hasil perjuangan kaum kiri untuk mendistribusikan tanah kepada petani miskin.

Namun, setelah Perang Dunia II, agrarianisme mulai beralih ke spektrum politik kanan. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan paradigma politik, sosial, dan ekonomi di Eropa.

Faktor-Faktor Peralihan Agrarianisme ke Sayap Kanan

1. Nasionalisme dan Identitas Budaya

Kelompok politik sayap kanan di Eropa memanfaatkan agrarianisme untuk membangun narasi nasionalisme yang kuat. Desa dan pertanian sering dianggap sebagai simbol identitas nasional yang otentik, bebas dari pengaruh globalisasi dan modernisasi. Dalam narasi ini, kehidupan pedesaan diposisikan sebagai penjaga tradisi budaya lokal dan sebagai perlawanan terhadap homogenisasi budaya akibat globalisasi.

Sebagai contoh, Partai Nasionalis Prancis, National Rally (sebelumnya Front National), sering menggunakan simbol pedesaan dalam kampanyenya untuk menekankan pentingnya melindungi warisan nasional dari imigrasi dan pengaruh asing. Partai ini meraih dukungan besar di wilayah pedesaan Prancis, terutama dalam pemilihan Parlemen Eropa 2019, di mana mereka mendapatkan 30% suara di daerah pedesaan dibandingkan hanya 20% di kota-kota besar.

2. Konservatisme Sosial dan Nilai Tradisional

Agrarianisme menekankan pentingnya nilai-nilai tradisional seperti keluarga, komunitas lokal, dan kesederhanaan hidup. Nilai-nilai ini sangat selaras dengan ideologi konservatif sayap kanan yang mengedepankan stabilitas sosial dan menolak perubahan yang terlalu cepat. Di banyak negara Eropa, partai-partai sayap kanan menggunakan agrarianisme untuk menarik dukungan dari populasi pedesaan yang merasa kehilangan relevansi dalam era globalisasi.

3. Skeptisisme terhadap Globalisasi dan Urbanisasi

Globalisasi dan urbanisasi telah membawa perubahan besar di Eropa, tetapi tidak semuanya membawa manfaat bagi komunitas pedesaan. Petani kecil sering merasa terpinggirkan oleh kebijakan perdagangan bebas dan persaingan global yang mendominasi sektor agraria. Sayap kanan memanfaatkan agrarianisme untuk mengkritik globalisasi dan menuntut perlindungan ekonomi lokal.

Partai seperti Jobbik di Hungaria, yang mengidentifikasi dirinya sebagai partai patriotik, telah secara konsisten menentang kapitalisme global dan pengaruh asing di sektor pertanian Hungaria. Mereka menyerukan perlindungan terhadap petani lokal dan mempromosikan kebijakan swasembada pangan sebagai alternatif terhadap ketergantungan pada impor.

Mengapa Sayap Kiri Kehilangan Agrarianisme?

Meski agrarianisme awalnya memiliki hubungan erat dengan kelompok kiri, posisi ini mulai melemah pada dekade-dekade terakhir. Salah satu penyebab utamanya adalah fokus sayap kiri yang lebih kuat pada isu-isu perkotaan, seperti hak-hak buruh, keadilan sosial, dan perubahan iklim.

Partai-partai kiri seperti Partai Hijau dan Partai Sosialis lebih sering mengadvokasi agenda lingkungan hidup yang bersifat global daripada mendukung kebutuhan spesifik komunitas petani lokal. Selain itu, adopsi kebijakan progresif yang lebih condong pada isu gender, imigrasi, dan hak-hak minoritas membuat mereka kurang relevan di mata populasi pedesaan yang cenderung lebih konservatif.

Kehilangan dukungan di daerah pedesaan tercermin dalam data pemilu. Dalam pemilu di Jerman, misalnya, Partai Hijau mendapatkan mayoritas suara dari wilayah urban, sementara partai-partai seperti AfD (Alternative fr Deutschland) memperoleh hasil yang jauh lebih baik di daerah pedesaan.

Data Terbaru: Preferensi Politik Pedesaan di Eropa

Menurut laporan Pew Research Center tahun 2023, ada peningkatan signifikan dalam dukungan terhadap partai-partai sayap kanan di wilayah pedesaan Eropa. Di Italia, Liga (Lega) mendapatkan lebih dari 40% suara di daerah pedesaan utara, sedangkan di Jerman, AfD menerima dukungan sebesar 35% dari komunitas pedesaan di kawasan timur.

Laporan ini juga menunjukkan bahwa ketidakpuasan terhadap kebijakan Uni Eropa (UE) terkait pertanian memainkan peran penting dalam meningkatnya dukungan kepada sayap kanan. Banyak petani merasa bahwa kebijakan UE lebih menguntungkan korporasi besar dibandingkan melindungi petani kecil.

Kesimpulan

Agrarianisme telah berkembang menjadi ideologi yang lebih sering diasosiasikan dengan kelompok politik sayap kanan di Eropa. Nasionalisme, konservatisme sosial, dan skeptisisme terhadap globalisasi menjadi faktor utama yang mendorong pergeseran ini.

Sebaliknya, partai-partai kiri, yang sebelumnya menjadi pendukung utama agrarianisme, kehilangan relevansi di komunitas pedesaan karena lebih fokus pada isu-isu perkotaan dan global. Data terbaru memperkuat fakta bahwa daerah pedesaan di Eropa kini menjadi basis dukungan utama bagi partai-partai sayap kanan.

Dalam konteks ini, agrarianisme bukan hanya sekadar isu ekonomi atau budaya, tetapi juga menjadi alat politik yang efektif untuk membangun narasi identitas dan perlawanan terhadap modernisasi yang dirasakan merugikan komunitas pedesaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun