Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mau Pilkada Bersih Dan Efisien? Belajarlah Pada Brasil Dan AS

15 Desember 2024   19:53 Diperbarui: 15 Desember 2024   19:53 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://stock.adobe.com/images/voting-and-election-concept-vector-illustration-pre-election-campaign-citizens-putting-paper-vote-in-to-the-ballot-box-

Pilkada yang bersih dan efisien merupakan fondasi demokrasi yang sehat. Dalam sistem demokrasi, kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu sangat penting untuk menjaga legitimasi pemerintahan. Namun, sering kali pemilu, termasuk Pilkada di Indonesia, diwarnai berbagai tantangan, seperti potensi kecurangan, biaya tinggi, hingga pelanggaran administratif yang mencoreng asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (luber dan jurdil). Dalam upaya memperbaiki kualitas Pilkada di Indonesia, penting bagi kita untuk belajar dari negara-negara lain yang sudah memiliki pengalaman panjang dalam menjalankan pemilu yang lebih transparan dan efisien. Dua negara yang patut menjadi contoh adalah Brasil dan Amerika Serikat (AS).

Brasil: Pionir dalam Penerapan E-Voting

Brasil merupakan salah satu negara yang menjadi pelopor dalam penerapan sistem pemilu elektronik atau e-voting. Sejak tahun 1996, negara ini mulai menggunakan mesin pemungutan suara elektronik untuk menggantikan sistem manual yang rentan terhadap kecurangan. E-voting di Brasil bertujuan untuk mengatasi masalah yang sering terjadi dalam pemilu tradisional, seperti manipulasi data hasil pemilu dan lambatnya proses penghitungan suara.

Keunggulan sistem e-voting Brasil terletak pada kecepatan penghitungan suara. Dalam pemilu presiden 2022, misalnya, hasil pemilu dapat diketahui hanya dalam waktu beberapa jam setelah tempat pemungutan suara (TPS) ditutup, meskipun Brasil memiliki populasi lebih dari 200 juta jiwa dengan luas wilayah yang sangat besar. Sistem ini membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam penghitungan suara, sehingga mengurangi potensi konflik akibat hasil pemilu.

Namun, penerapan teknologi ini bukan tanpa tantangan. Pada pemilu 2022, Presiden Jair Bolsonaro sempat meragukan keandalan sistem e-voting dan mengklaim adanya potensi kecurangan. Meskipun tidak ada bukti kuat yang mendukung tuduhan tersebut, keraguan ini menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap teknologi pemilu sangat penting. Sebuah laporan dari militer Brasil mengonfirmasi tidak adanya kecurangan dalam penghitungan suara, meskipun mereka merekomendasikan peningkatan keamanan untuk mencegah risiko di masa depan.

Amerika Serikat: Kompleksitas dan Transparansi

Amerika Serikat memiliki sistem pemilu yang berbeda dengan Brasil. Negara ini menggunakan sistem Electoral College dalam pemilihan presiden, di mana suara rakyat diterjemahkan ke dalam suara elektoral berdasarkan negara bagian. Meskipun sistem ini sering dianggap rumit, ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari transparansi proses pemilu di AS.

Di AS, teknologi informasi telah dimanfaatkan untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan publik. Misalnya, penggunaan mesin penghitungan suara elektronik dan publikasi hasil pemilu secara real-time membuat masyarakat dapat memantau proses pemilu secara langsung. Selain itu, keberadaan lembaga independen yang mengawasi proses pemilu menjadi jaminan bahwa hasil pemilu diolah secara adil dan transparan.

Namun, AS juga menghadapi tantangan besar, terutama terkait keamanan siber. Pada pemilu 2020, ada laporan tentang upaya peretasan oleh pihak-pihak asing yang ingin mengganggu integritas pemilu. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah AS memperkuat sistem keamanan siber dan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya melindungi data pribadi.

Pelajaran yang Dapat Diambil Indonesia

Indonesia telah memulai langkah menuju pemilu yang lebih efisien dan transparan dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu contohnya adalah Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) Dan Sirekap yang digunakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Situng dan Sirekap memungkinkan hasil penghitungan suara ditampilkan secara real-time, sehingga masyarakat dapat memantau proses rekapitulasi suara. Namun, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk mencapai tingkat efisiensi dan kepercayaan publik seperti yang dicapai Brasil dan AS.

Beberapa pelajaran penting yang dapat diambil adalah:

1. Keamanan Sistem Pemilu

Penggunaan teknologi dalam pemilu, seperti e-voting, harus disertai dengan langkah-langkah keamanan yang ketat untuk mencegah kecurangan dan serangan siber. Brasil telah menunjukkan bahwa sistem e-voting yang aman dapat mempercepat proses pemilu tanpa mengorbankan integritas hasil.

2. Ketersediaan Infrastruktur Teknologi

Indonesia perlu memastikan bahwa infrastruktur teknologi tersedia di seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah terpencil. Kesenjangan digital dapat menjadi hambatan besar dalam penerapan e-voting, karena tidak semua wilayah memiliki akses internet yang memadai.

3. Kepercayaan Publik

Keberhasilan teknologi pemilu sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat. Sosialisasi yang baik dan transparansi dalam setiap tahap pemilu akan membantu membangun kepercayaan publik terhadap sistem yang digunakan.

4. Kerangka Hukum yang Kuat

Indonesia memerlukan regulasi yang jelas dan komprehensif untuk mengatur penggunaan teknologi dalam pemilu, termasuk perlindungan data pribadi, audit independen, dan sanksi terhadap pelanggaran.

5. Pendidikan Pemilih

Edukasi kepada masyarakat tentang sistem pemilu dan penggunaan teknologi baru sangat penting. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya memahami proses pemilu, tetapi juga dapat mengantisipasi potensi masalah yang mungkin timbul.

Mewujudkan Pilkada Bersih dan Efisien

Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kualitas Pilkada dengan belajar dari pengalaman Brasil dan AS. Penerapan teknologi, seperti e-voting, dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai tantangan yang selama ini dihadapi, seperti biaya tinggi, waktu penghitungan yang lama, dan potensi manipulasi data.

Namun, penerapan teknologi harus dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Pemerintah perlu memastikan bahwa infrastruktur, regulasi, dan keamanan sistem telah siap sebelum mengadopsi teknologi baru. Selain itu, melibatkan masyarakat dalam setiap tahap proses pemilu akan membantu meningkatkan kepercayaan publik dan legitimasi hasil pemilu.

Dengan belajar dari keberhasilan dan tantangan Brasil dan AS, Indonesia dapat mewujudkan Pilkada yang lebih bersih, efisien, dan terpercaya. Pada akhirnya, Pilkada yang berkualitas akan menjadi fondasi bagi pembangunan demokrasi yang kokoh dan pemerintahan yang lebih baik di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun