Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mau Donald Trump, Mau Vladimir Putin...Sama Saja!

12 Desember 2024   09:45 Diperbarui: 12 Desember 2024   09:49 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam politik global, nama Donald Trump dan Vladimir Putin kerap menjadi sorotan utama. Meski berasal dari latar belakang, budaya, dan sistem politik yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan dalam pendekatan kepemimpinan: memprioritaskan kekuatan nasional dengan mengorbankan hubungan internasional dan prinsip demokrasi. Artikel ini akan menguraikan kesamaan keduanya dari segi kebijakan, retorika, dan dampaknya terhadap masyarakat domestik maupun dunia.

Donald Trump: "Make America Great Again" yang Berujung Polaritas

Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat yang kembali menang pada Pemilu 2024, menjanjikan pendekatan yang lebih keras terhadap imigrasi, perdagangan, dan kebijakan luar negeri. Ia menggembar-gemborkan deportasi massal, penghentian suaka, dan tarif tinggi terhadap barang impor, khususnya dari Tiongkok. Janji-janji ini terlihat selaras dengan retorika populisnya untuk "mengembalikan kejayaan Amerika".

Namun, kebijakan ekonomi Trump selama menjabat tidak semuanya menghasilkan dampak positif. Penelitian menunjukkan bahwa perang dagang yang ia lancarkan terhadap Tiongkok meningkatkan biaya barang-barang konsumsi bagi warga AS hingga ribuan dolar per tahun. Selain itu, reformasi pajak yang ia terapkan cenderung menguntungkan korporasi besar dan golongan kaya dibandingkan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Kritik lain yang sering diarahkan pada Trump adalah kegagalannya membangun kesepakatan jangka panjang di tingkat global. Dalam isu perubahan iklim, misalnya, Trump menarik AS keluar dari Perjanjian Paris, yang mengakibatkan ketegangan dengan sekutu tradisional Amerika. Retorika anti-imigrasinya juga memecah belah masyarakat domestik, sementara hubungan dengan NATO seringkali diwarnai ketegangan.

Vladimir Putin: Nasionalisme Ekstrem dengan Harga yang Mahal

Di sisi lain, Vladimir Putin telah memimpin Rusia selama lebih dari dua dekade dengan tangan besi. Ia sering kali memanfaatkan isu nasionalisme untuk mengkonsolidasikan kekuasaan. Salah satu contohnya adalah invasi ke Ukraina pada 2022, yang disebut Putin sebagai upaya melindungi kepentingan Rusia dari ancaman Barat. Namun, invasi ini menimbulkan kecaman internasional dan serangkaian sanksi ekonomi yang menghantam Rusia.

Meskipun demikian, Putin tetap populer di Rusia berkat kontrol media yang ketat dan propaganda yang menggambarkan Rusia sebagai korban kebijakan agresif Barat. Namun, realitasnya, perang di Ukraina telah menyebabkan ribuan nyawa melayang dan jutaan warga Rusia hidup dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit. Nilai rubel merosot, sementara inflasi dan pengangguran melonjak.

Seperti Trump, Putin juga menggunakan pendekatan populis untuk menjaga legitimasi kekuasaannya. Ia menggambarkan Rusia sebagai benteng terakhir melawan dekadensi Barat, sebuah narasi yang disambut baik oleh pendukungnya. Akan tetapi, kritik dari dalam negeri mulai muncul, terutama dari kelompok intelektual dan pemuda yang menentang perang di Ukraina.

Kesamaan Strategis Trump dan Putin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun