Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2024 menjadi salah satu momen krusial bagi masyarakat Marhaen, yang identik dengan petani, buruh, dan masyarakat kecil lainnya, untuk menentukan masa depan mereka. Dengan potensi besar sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, Jawa Barat memiliki berbagai tantangan, mulai dari masalah ekonomi, pendidikan, hingga lingkungan, yang sangat memengaruhi kehidupan masyarakat bawah.
Isu dan Harapan Rakyat Marhaen
1. Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan Banyak masyarakat pedesaan di Jawa Barat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian dan perikanan. Pasangan calon (paslon) seperti Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan menawarkan program pemberdayaan ekonomi pedesaan melalui pembangunan infrastruktur irigasi dan pengembangan lumbung pangan. Janji ini disambut positif oleh komunitas Marhaen yang mendambakan dukungan lebih besar untuk sektor pertanian.
2. Akses Pendidikan dan Kesehatan Pendidikan dan kesehatan selalu menjadi isu mendasar bagi masyarakat kecil. Pasangan Acep Adang Ruchiat-Gitalis Dwi Natarina membawa program pendidikan gratis dan pusat kesehatan ibu dan anak di setiap kecamatan. Ini menjawab kebutuhan masyarakat terpencil yang sering kali kesulitan mendapatkan layanan dasar.
3. Digitalisasi dan Peluang Teknologi Di era modern ini, digitalisasi menjadi peluang besar, tetapi juga bisa menjadi tantangan bagi masyarakat kecil. Paslon Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie fokus pada digitalisasi untuk meningkatkan peluang kerja bagi anak muda dan pelaku usaha kecil. Dengan program inkubator bisnis, pasangan ini berusaha membawa teknologi ke pedesaan, yang dapat memberdayakan petani dan pengrajin lokal.
4. Perhatian terhadap Lingkungan Isu lingkungan menjadi perhatian penting, terutama untuk komunitas petani yang sangat bergantung pada alam. Kampanye Dedi Mulyadi yang mengusung pelestarian lingkungan dengan menanam pohon di bantaran sungai mendapat apresiasi. Hal ini penting untuk mencegah bencana banjir dan melindungi hasil panen.
Fakta dan Data Pendukung
1. Kondisi Ekonomi Jawa Barat Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada 2023, angka kemiskinan di Jawa Barat masih berada di angka 7,98%, dengan mayoritas penduduk miskin berada di daerah pedesaan. Sektor pertanian, yang menjadi penopang ekonomi pedesaan, menyumbang sekitar 13% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat.
2. Ketimpangan Layanan Publik Banyak daerah terpencil di Jawa Barat masih kekurangan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Sebuah laporan pada 2023 menunjukkan bahwa 40% desa di Jawa Barat belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Masalah ini menjadi sorotan utama dalam kampanye.
3. Peluang Teknologi di Pedesaan Dengan meningkatnya penetrasi internet di pedesaan Jawa Barat, yang mencapai 65% pada 2023, digitalisasi menjadi peluang besar. Namun, pelatihan dan infrastruktur pendukung belum sepenuhnya tersedia, sehingga program digitalisasi yang diusung paslon tertentu bisa menjadi solusi nyata.
Tantangan Pasca-Pilkada
Masyarakat Marhaen juga menyadari bahwa janji kampanye sering kali tidak terealisasi. Oleh karena itu, mereka menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemimpin terpilih. Dengan beragamnya program yang ditawarkan, masyarakat berharap hasil Pilkada Jawa Barat 2024 dapat membawa perubahan nyata, terutama untuk kelompok rentan yang selama ini sering terabaikan dalam kebijakan pemerintah.
Kesimpulan
Harapan masyarakat Marhaen terhadap hasil Pilkada Jawa Barat 2024 terletak pada komitmen para pemimpin untuk memperjuangkan hak-hak dasar mereka, baik melalui pemberdayaan ekonomi, akses layanan publik, maupun perlindungan lingkungan. Dengan berbagai tantangan yang ada, pemimpin yang memiliki visi jelas dan keberpihakan terhadap rakyat kecil akan menjadi kunci untuk membawa Jawa Barat menuju masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H